Keberhasilan pendidikan pada anak bukan soal sekolah di mana, sebagus dan sekeren apa sekolahnya. Melainkan tentang bagaimana dan oleh siapa anak-anak dididik dan diajarkan.
“Anak yang hanya dididik di sekolah adalah anak yang tidak terdidik.” — George Santayana.
Ungkapan di atas menunjukkan bahwa sebuah kekeliruan besar jika orangtua hanya berjuang agar anak-anak bisa masuk ke sekolah ternama, tetapi mereka lupa esensi bahwa sebenarnya orang tualah yang memiliki tanggung jawab penuh untuk mendidik mereka dengan pendidikan terbaik. Bukan malah mengantarkan pendidikan mereka dengan cara yang tidak tepat.
Banyak orang tua yang ngoyo ingin anaknya masuk sekolah keren. Sampai menghalalkan segala cara. Ada yang ingin masuk sekolah negeri favorit, sampai bohong soal lokasi tempat tinggal; bikin KK palsu.
Bahkan ada orang tua yang sengaja lewat “jalan belakang”, nitip jutaan rupiah biar anaknya bisa masuk. Karena lewat zonasi dan jalur prestasi sudah tidak mungkin dan gugur seketika.
Lantas anaknya diajari cara jawab pertanyaan, “kalau ada yang nanya kenapa kamu bisa masuk sini, jawab aja emang tempat tinggalnya deket!”, “kalau ada yang tahu rumah kamu jauh, jawab aja, kamu masuk lewat jalur prestasi,” dan banyak lagi cara lain yang diajarkan sebagai cara berkilah agar anak-anak selamat dari kecurigaan.
Tanpa sadar, mereka sedang mendidik anaknya curang dan egois. Secara tidak langsung mereka sedang memberi pelajaran bahwa hidup bisa disiasati dengan sesuatu yang licik. Seseorang bisa mengambi haknya secara paksa dengan berbagai cara. Mereka juga sedang mengajarkan, bahwa sebuah peraturan dan kebijakan bisa dilanggar asal menggunakan uang.
Mengapa tidak diubah cara tempuhnya?
Pendidikan bertujuan untuk memanusiakan manusia. Tidak hanya agar menjadi cerdas, anak-anak disekolahkan tentunya agar lebih beradab dan beretika. Memiliki akhlak yang baik dan siap menghadapi tantangan zaman dengan dada terbuka dan keberanian yang matang.
Bukankah semua orang tua ingin anaknya mandiri dan kuat di setiap keadaan?
Pertanyaan selanjutnya adalah, kalau misal tidak lolos zonasi saja anak sudah diajarkan untuk maksa masuk sekolah dengan sogokan, apakah tidak akan berdampak pada mentalnya kelak?
Masuk SMP dengan cara curang, masuk SMA, apa kabar? Mau curang lagi? Kuliahnya bagaimana? Skripsinya apakah mau pakai joki? Dikhawatirkan nanti masuk kerjanya juga dicarikan oleh orangtua lalu mengandalkan orang dalam. He he.
Ajarkan anak-anak untuk lebih lapang dada ketika tidak bisa mendapatkan apa yang diinginkan dan diharapkannya. Kita juga sebagai orang tua tidak perlu berlebihan sampai melakukan segala cara.
Ingin yang terbaik buat anak sih, sah sah saja. Ketika tidak diterima sekolah negeri terbaik, jika memang mampu, kita bisa mencarikannya sekolah swasta dengan program terbaik yang mumgkin serupa bahkan jauh lebih baik. Namun kalau misal terkendala dana, apa boleh buat? Mengajarkan mereka untuk bisa menerima keadaan akan jauh lebih baik untuk mereka dan kita sebagai orangtua, dibandingkan dengan selalu membantunya menang dengan usaha kita.
Biarkan mereka berupaya semampunya. Agar lebih percaya diri dan memaksimalkan kemampuan diri. Kalau memang ingin masuk ke sekolah terbaik, maka sebelumnya anak diberikan penjeslasan soal syarat dan usaha apa yang harus dilakukannya. Misalkan, belajar lebih giat agar nilai rapotnya tinggi dan wajib memiliki prestasi di bidang tertentu sebagai tiket masuk sekolah terbaik dengan jalur prestasi.
Jangan lupa, jelaskan pula risiko yang mungkin harus dihadapi jika targetnya tidak tercapai. Beri mereka motivasi, meskipun tidak bersekolah di sekolah favorit yang diinginkan, ia harus tetap berusaha untuk berprestasi dan berprilaku terpuji di sekolah alternatif pilihan.
Berikan penjelasan, bahwa dimanapun sekolahnya, yang menjamin keberhasilan itu bukan lokasi, gedung, apalagi gengsi. Melainkan dirinya sendiri dan kepada siapa ia belajar. Kalau anak sudah bisa membawa diri dan mengendalikan diri, maka ia akan berhasil menjadi anak/pelajar yang berhasil. Jika ia mampu mengambil pelajaran dari setiap guru, dari semua orang yang ditemuinya, dan dari semua keadaan yang menimpanya, maka sesungguhnya di situlah keberhasilan pendidikan akan menuai hasilnya. Anak-anak menjadi anak yang tangguh, legowo dan senantiasa berlapang dada.
Teruslah mendoakan keberhasilan pendidikan mereka karena yang Maha Menjaga hanya Allah Subhanahu Wa Taala. Bersemangatlah untuk tetap berusaha menjadi pendidik dan sumber teladan utama bagi mereka ketika di rumah. Karena sebagus dan sekeren apapun sekolahnya, guru paling dekat dan paling pertama adalah kita para orang tuanya.
Ini hanya opini. Semoga bermanfaat.
+ There are no comments
Add yours