
Hai, Bun! selamat hari ibu. Kalian semua hebat. Meskipun telah lewat, mari kita saling merayakan.
Karena aku percaya kita sangat berharga dan kita semua berhak bahagia.
Tepat di tanggal 22 Desember diperingati sebagai hari ibu. Mungkin saja beberapa wanita di dunia ini banyak yang mengeluh karena perannya. Ada yang mengeluh karena peran gandanya sebagai perempuan pekerja dan ibu rumah tangga, ada juga yang mengeluh karena dia merasa tidak bermanfaat ketika memutuskan untuk sepenuhnya menjadi ibu rumah tangga. Ada yang berkeberatan dan hampir menyesal memiliki banyak anak tanpa bantuan siapa-siapa. Lantas ada pula yang sedang mengeluh setiap hari kepada Tuhan dan merasa dunia tidak adil sebab tak kunjung diberi keturunan.
Perempuan dan ibu selalu bermakna kompleks. Dari mulai profesinya, perannya, atau seleranya. Kadang ketika melihat rumah tangga orang lain yang terlihat bahagia dan sejahtera, perempuan akan mengeluh atas kekurangan keluarganya. Alih-alih bersyukur atas apa yang telah dibangun dengan susah payah melalui keringat suami dan pengasuhannya yang telaten itu, ia dengan mudahnya membandingkan pencapaian keluarganya dengan orang lain.
Sedankan, pendidikan anak kita tidak bisa dibandingkan dengan kultur keluarga orang lain. Bahkan saat anak kita gagal dan tidak mencapai apa yang anak lain raih. Kita sebagai ibu tidak perlu menyalahkan diri sendiri dan bertanya kurangnya dimana bun, mari kita dalami kebiasaan dan karakter keluarga kita, boleh jadi minat anak memang bukan disana. Sebagai ibu dan pendidik pertama, kita hanya bisa mendukung apa yang tengah diminati sang anak.
Sejenak kita evaluasi dan berhenti menyalahkan diri kita sendiri, Bun. Kita adalah anak yang bangga memiliki ibu, atau kita sebagai ibu yang dirayakan oleh anak kita. Untuk Bunda yang tidak dirayakan oleh siapa-siapa, mari merenung barang sebentar dan bertanya. Apakah diri kita sendiri pernah menghargai peran kita? Yuk koreksi perasaan kita sendiri, apakah memang betul kita benar-benar berada dalam zona aman dan nyaman?
Kita selama ini banyak berpikir tentang kegagalan membangun rumah yang hangat dan harmonis tanpa masalah, tapi jika ditelisik lebih dalam berusahalah yakinkan hatimu sebab ini semua bukan sepenuhnya salahmu. Apakah kita pernah berterima kasih? Apakah kita pernah menghargai diri kita sendiri?
Menjadi istri dan ibu itu pekerjaan yang tidak ada akhirnya, tetapi disitulah hebatnya perempuan. Kita sendiri harus merayakannya, tidak perlu menunggu suami atau anak kita. Hari Ibu atau bukan kita diapresiasi atau tidak, lapangkan hati kita sejenak untuk tidak memikirkan urusan keluarga. Mari kita apresiasi dan berterima kasihlah pada diri sendiri karena telah hebat sampai hari ini, hebat melaksanakan pekerjaan dari perusahaan, hebat berbisnis, sekaligus menjadi Ibu dan pendidik yang baik.
Banyak ibu yang telah membantu keuangan di dalam keluarga, banyak dari kita menjadi perempuan tangguh dan berdaya, dari mulai menghidupi diri sendiri bahkan orang lain. Banyak dari kita telah berkontribusi bukan hanya mendidik anak sendiri menjadi generasi yang baik, tapi mendidik anak lain untuk jadi penerus bangsa. Bukan sekadar seremonial belaka, tapi hari ini adalah bagian dari perjalanan sejarah bagaimana para perempuan bangkit dan berdampak.
Selamat hari ibu.