
Ilustrasi pejuang garis dua (Foto: unsplash.com/cedrikwesch)
Halo, para perempuan hebat sejagat raya yang sedang terus sabar menjadi pejuang garis dua. Apa kabarnya hari ini? Saya harap semuanya selalu dalam keadaan bahagia. Peluk hangat dari saya untuk Bunda semua.
Bunda semua, menjadi pejuang garis dua alias menunggu kehadiran sang buah hati di tengah-tengah keluarga adalah hal yang paling membuat posisi perempuan serba salah. Karena selain kita harus bergelut dengan gejolak emosi dalam diri sendiri, kita juga tidak pernah lepas dari pandangan orang-orang yang ada di luar diri kita.
Tantangan perempuan yang belum memiliki keturunan
- Dibombardir pertanyaan “kapan punya momongan?”
Entah apa maksud dari pertanyaan tersebut. Seringkali terdengar sebagai sebuah desakan sekaligus mengadili. Seolah mereka mengira bahwa kita semngaja menunda. Padahal mereka tidak tahu, betapa kita telah begitu lama menunggu.
- Dianggap tidak subur/tidak dapat memberikan keturunan
Sudah menikah tetapi tidak kunjung memiliki momongan kerap dianggap perempuan yang tidak mampu memberikan keturunan. Padahal sering sekali perempuan ingin berkata, “jangan hanya saya yang disalahkan!”
Belum lagi tayangan-tayangan televisi yang mengeksploitasi status perempuan yang belum memiliki keturunan. Mulai dari suaminya yang selingkuh, mertuanya yang memandang sebelah mata serta para tetangga yang resek. Saya berharap gambaran di tayangan televisi tidak sampai terjadi pada diri kita.
Masalah kesuburan dan pembuahan bukan hanya urusan sel telur yang ‘disumbangkan’ perempuan. Banyak faktor lain yang mempengaruhi kehamilan, tidak terkecuali kesehatan suami, kebiasaan merokok, pola hidup dan istirahat yang tidak baik, serta stres pada suami pun menjadi pemicu ketidak berhasilan pembuahan.
- Suami yang mulai tidak romantis
Bagi berapa orang, tujuan utama menikah adalah agar mendapatkan keturunan. Banyak di luar sana para suami yang melakukan poligami bahkan sampai ‘mengganti” istri dengan alasan karena istri tidak kunjung memberikan keturunan.
Saat setahun dua tahun pernikahan belum juga dikaruniai momongan, kegelisahan mulai muncul. Suami merasa jenuh dan rasa percaya diri istri pun mulai berkurang.
Hentikan perasaan bahwa Bunda satu-satunya orang yang bersalah! Sekali lagi, sebelum memastikan kesuburan dari pihak ahli, jangan dulu langsung merasa minder ya, Bunda. Ketika suami mulai tidak romantis, lakukan pendekatan dan fokus pada bagaimana membuatnya kembali romantis, bukan malah fokus pada rasa kekurangan yang dimiliki.
- Rasa kesepian
Rumah tangga memang akan terasa lebih ramai dan seru kalau ada anak. Pernyataan itu kerap dilontarkan oleh orang-orang yang tidak mengerti bagaimana membuat segala sesuatu tetap seru walaupun belum hadir anak di tengah-tengah pasangan. Jangan terpengaruh sama itu ya. Banyak kok hal seru yang bisa dilakukan berdua saja dengan pasangan. Kalian bisa berolahraga berdua, staycation, liburan bersama, atau sebatas mengerjakan pekerjaan rumah bersama-sama pun pasti menyenangkan. Merawat rumah bersama pasangan akan membuat suasana rumah lebih nyaman dan membuat betah.
Perasaan yang dirasakan perempuan pejuang garis dua
Saya sendiri sedang merasakannya. Setiap bulan menanti keterlambatan datang bulan. Saat tamu bulanan tu datang, rasa kecewa kerap menyelimuti hati. Lalu apa yang sebenarnya dirasakan?
Tentu saja itu kesedihan, kekecewaan, rasa percaya diri yang mulai berkurang, merasa tsayat kehilangan suami karena akan berpaling kepada perempuan lain, bahkan sampai pada titik merasa menjadi perempuan yang tidak sempurna.
Agar menunggu momongan tidak menjadi beban
Menunggu sesuatu yang belum pasti tentu melelahkan. Apalagi jika gangguan dari luar terus mengganggu fokus kita dalam mempersiapkan kesehatan dan mental untuk mendapatkan momongan. Sedang program hamil, masih saja ditanya kapan hamil. Lagi fokus menjalani pola hidup sehat, tiap bertemu tetangga masih saja ditanya sudah isi atau belum? Kan repot.
Namun sekali lagi Bunda jangan pernah terpengaruh sama hal-hal yang hanya membuat kita bertambah pusing. Maka hal yang selama ini saya lakukan adalah,
- Hindari stres
Stres ternyata menjadi salah satu pemicu terganggunya kesuburan. Dilansir dari Halodoc, stres dapat menyebabkan jadwal menstruasi terganggu yang akibatnya dapat mengganggu siklus yang lainnya. Stres juga dapat mengganggu kesuburan wanita karena mempengaruhi kadar hormon dan fungsi hipotalamus. Stres juga dapat menyebabkan gangguan ovulasi, sehingga membuat wanita sulit hamil.
Agar tidak stres berkepanjangan, Bunda dan suami bisa sering-sering melakukan kegiatan bersama, perbanyak olahraga, makan makanan sehat dan menjalani hobi yang menyenangkan.
- Kuatkan sabar dan pertebal keimanan
Ini adalah hal yang harus menjadi pondasi semua perempuan yang belum memiliki momongan. Kita hanya manusia. Semua yang terjadi semata karena kehendak-Nya. Setelah semua pemicu kehamilan selesai diikhtiarkan, maka bersabar dan berserah diri kepada Tuhan adalah cara yang paling menenangkan. Karena nyatanya, kehamilan bukan hanya ditentukan oleh seberapa subur istri dan seberapa perkasanya suami. Melainkan karena memang Tuhan berkehendak. Jika Allah belum berkehendak Bunda hamil, maka tunggulah sampai Allah menghendakinya. Yakinlah bahwa Allah selalu Maha Tahu yang Terbaik untuk Hamba-Nya. Perbanyaklah berdoa dan hindari perbuatan-perbuatan yang mungkin menjadi penyebab doa kita belum terkabulkan oleh Allah SWT.
- Lejitkan potensi yang ada
Agar proses menunggu momongan tidak terasa jenuh dan membosankan, sebaiknya tidak hanya diam dan menjalani hari-hari begitu saja. Cari aktivitas yang membuat Bunda lebih memiliki value. Mengapa demikian? Orang-orang di sekitar kita cenderung fokus pada kekurangan. Ketika kita memiliki value maka di dalam keluarga misal, kit amenjadi memiliki sisi kelebihan yang bisa membuat kita semakin merasa percaya diri.
- Ajak pasangan untuk fokus pada hal-hal yang bermanfaat
Membangun kemistri dengan pasangan tidak hanya dengan kehadiran anak di antara pasangan. Sama-sama menggali potensi dan melsayakan hal-hal yang bermanfaat dengan suami juga bisa dilakukan untuk menghalau kejenuhan saat menunggu momongan. Belajar keterampilan tertentu, mengikuti kursus, atau melsayakan kegiatan sosial bersama-sama dengan pasangan pasti akan sangat menyenangkan.
Apa yang saya tulis di atas adalah bentuk rasa sayang kepada para pejuang garis dua. Karena saya pun termasuk orang yang pernah bahkan sedang merasakan kegundahan dalam menjalani penantian. Merasakan berbagai prasangka, mendapatkan bombardir pertanyaan dan beban lain yang tentu dirasakan para Bunda pejuang garis dua.
Serahkan diri pada Yang Maha Kuasa, perbanyak doa, dan jangan lupa terus bahagia. Semoga Allah segera memberikan kepercayaan dan titipan amanah-Nya pada rahim kita.
Sehat-sehat semuanya ya, Bunda. Tetap semangat.