Sedang menempuh kuliah S3, siapa sih yang tidak ingin desertasi cepat selesai dengan hasil terbaik sesuai yang diharapkan? Semua mahasiswa tentu menginginkan hal yang terbaik untuk karya terakhirnya sebagai bukti tanggung jawab dan kapasitasnya dalam menempuh jenjang perkuliahan. Gak mau dong kuliah S3 desertasinya lambat dan hasilnya kurang berkualitas. Ya, kan?
Menempuh kuliah baik jenjang S1, S2, apalagi S3 bukanlah hal yang mudah. Terlebih bagi mereka yang kuliah dengan dibarengi seabreg aktivitas dan beban yang berat lain di pundak. Beban tugas pekerjaan dan jabatan, maupun beban keluarga dan ekonomi yang membuat dilema semakin dramatis dalam menempuh pendidikan tinggi.
Di luar mereka yang masih harus mengubur mimpi karena masih belum bisa melanjutkan kuliah S3, ada orang-orang yang justru sudah memiliki kesempatan waktu dan materi untuk melanjutkan kuliah, tetapi kurang pandai memanfaatkan kesempatan yang mereka dapatkan.
Tidak bisa konsisten mengerjakan tugas akhir karena banyak godaan yang tidak bisa ditepiskan. Terbengkalai karena bingung memulai, kekurangan ide dan gagasan, kurangnya lieratur karena lemahnya literasi. Wal hasil, desertasi mangkrak, dan biaya makin membengkak karena kelamaan tambahan semster tanpa melakukan apa-apa.
Kalau sudah begitu, apa sih yang harus dilakukan?
Palah, Ketua IKA Pascasarjana PAI UIN Sunan Gunung Djati Bandung yang juga memiliki pekerjaan yang lumayan menguras waktu dan tenaga, sebagai wakil ketua 1 di STAI Kharisma Sukabumi, baru saja mendapatkan gelar Doktor (Jumat/17 Februari 2023) dengan predikat cumlaude.
Lama kuliah hanya 3,5 tahun, ternyata Palah punya tips praktis yang mungkin bisa diikuti oleh para mahasiswa S2 dan S3 yang baru masuk kuliah, sedang mulai menggarap tugas akhir, bahkan para mahasiswa yang tugas akhirnya mangkarak.
Berikut adalah tips agar desertasi cepat selesai dengan hasil yang memuaskan ala Palah Ketua IKA Pascasarjana PAI UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
- Konsisten dan istiqomah pada niat
Palah mengaku jika ia sudah membidik permasalahan yang akan diangkat dalam desertasinya tersebut sejak ia masih belum berstatus sebagai mahasiswa S3 PI UIN Bandung. Alasannya adalah karena selama ini ia bergelut di bidang pendidikan tinggi, selain itu ada semacam panggilan jiwa untuk memberikan kontribusi kepada daerah asal kelahirannya untuk ikut memajukan SDM di Sukabumi.
Mengambil judul tentang Perguruan tinggi yang diangkat dalam desertasinya, “Kontribusi Perguruan Tinggi Islam Swasta dalam Meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia di Kabupaten Sukabumi (Penelitian pada STAI Kharisma Sukabumi, STAI Darussalam Sukabumi, dan STAI Syamsul Ulum Gunungpuyuh Sukabumi)”, Palah mengaku bahwa masalah ini yang terus ada di benaknya, sehingga tidak pernah berniat untuk berubah. Walapun di tengah-tengah perjalanan pernah berpikir bahwa ada hal-hal yang dipandang lebih menarik untuk dijadikan bahan penelitian.
“Konsiten dan istikomah pada niat awal, jangan terganggu agar kita fokus menempuh jalan ke satu titik tuju,” ujar Palah.
2. Kerjakan apa yang disenangi dan jangan kerjakan apa yang disenangi
Meskipun menulis desertasi berbeda dengan menulis artikel dan lainnya, tetapi kunci utamanya adalah menulis lah apa yang kita senangi. Karena menulis sesuatu yang kita senangi tingkat semangatnya akan sangat berbeda dibandingkan dengan menulis sesuatu yang tidak kita senang. Karena itu, Palah menulis soal permasalahan yang ada hubungannya dengan perguruan tinggi, karena ia sudah begitu cinta dengan dunia tersebut.
Namun Palah juga berpesan kepada para pejuang desertasi agar “jangan mengerjalan apa yang disenangi”. Maksud dari kalimat tersebut adalah, ketika kita sedang fokus pada pilihan yang disenangi, maka tidak perlu mengerjakan hal lain yang kita senangi.
Misalkan jangan mudah tergiur karena menemukan topik yang dianggap lebih menarik dan gampang. Hal itu hanya akan merusak keistiqomahan kita pada apa yang sedang dikerjakan.
Kalimat ‘kerjakan apa yang kita senangi dan jangan kerjakan apa yang disenangi’ pun dapat mengandung arti menunda keinginan untuk kesenangan lain ketika sedang asik mengejakan sesuatu yang menjadi prioritas utama.
3. Kerjakan dari hal terkecil, termudah dan kerjakan segarang juga
Palah terinspirasi oleh wejangan yang disampaikan direktur Pascasarjana UPI ketika menjadi pembicara di kegiatan Orientasi Pascasarjana 2019 lalu. Sang direktur memberikan nasihat, ‘kerjakan dari hal yang terkecil, kerjakan dari yang termudah dan kerjakan sekarang juga! Karena itu, jika mampu menulis outline, maka tulislah. Jika mampunya menulis kata pengantar, maka lakukan lah.’
Hal itu lah yang membuat Palah memulai menuliskan apapun yang berhubungan dengan desertasinya.
“Kalau lagi kuliah menemukan materi atau teori yang relevan, maka saya tulis langsung dan saya jadikan satu file. Kalau saya menemukan sesuatu di luar sana, yang berhubungan dengan desertasi maka saya pun menuliskannya, dan dipisahkan dalam satu file. Bahkan saya memaksakan diri saya untuk menulis walaupun satu paragraf setiap harinya. Kalau tidak pagi, maka siang saya sempatkan. Jika tidak sempat pagi dan siang, maka malamnya saya paksakan,” papar Palah.
4. Relakan dan ikhlaskan waktu, tenaga, dan keinginan untuk berleha-leha
Menempuh kuliah S3, mengerjakan tugas-tugasnya sambil mengerjakan desertasi, serta dibarengi dengan tugas sebagai kepala keluarga dan sebagai dosen juga sebagai wakil ketua di STAI membuat Palah memikiki keterbatasan waktu untuk sekadar melakukan hal-hal yang mungkinn bisa disebut ‘healing’ seperti yang dilakukan kebanyakan orang kekinian.
Bukan tidak ingin bersantai, berleha-leha, tetapi merelakan dan mengikhlaskan waktu, tenaga, dan semua keinginan untuk bersenang-senang adalah hal yang harus dilakukan dalam menyelesaikan sebuah tujuan utama.
“Bersabar adalah kuncinya. Wayahna!” imbuh Palah.
5. Bantu dengan doa yang kuat dan rasa syukur yang banyak
Sekeras apapun iktiar manusia tidak akan berjalan sempurna tanpa dibarengi dengan doa. Berdoalah yang sebanyak-banyaknya kepada Allah SWT. Minta lah kemudahan dan keistiqomahan dalam mencapai impian. Jangan lupa bersyukur atas apa yang sudah kita dapatkan. Palah sangat bersyukur ketika sudah sampai di titik ini dengan perjuangan yang tidak mudah.
Hebatnya, Palah bahkan merasa banyak menemukan pencerahan dan refleksi di waktu sepertiga malam setelah ia ‘berkomunikasi dengan Allah’. Inilah yang membuat ia semakin yakin bahwa doa dan syukur tidak bisa dilepaskan dari iktiarnya menyelesaikan desertasi dengan cepat dengan hasil sesuai dengan harapan.
Lantas, ketika ditanya apa target besar setelah selesai desertasi dan meraih gelar doktor, Palah kembali menjawab, “saya akan melanjutkan apa yang saya kerjakan di desertasi, berkontribusi untuk SDM Sukabumi, sebagai rasa syukur saya atas apa yang telah saya dapatkan dengan jalan menempuh kuliah S3,” ujarnya.
Itulah tips desertasi cepat selesai ala Ketua IKA Pascasarjana PAI UIN Sunang Gunung Djati Bandung. Sekarang, sudah sampai di mana tugas akhirmu?
Semoga bermanfaat.
+ There are no comments
Add yours