Tentang Cabut Gugatan KDRT

Estimated read time 3 min read
Share This:
See also  Kapan Terakhir Ngobrol dan Kerjain Sesuatu Bareng dengan Ayah?

Cabut Gugatan KDRT

Kini sedang ramai soal berita cabut gugatan KDRT yang dilakukan oleh sosok publik figur pedangdut bersuara emas Lesti Kejora. Diberitakan bahwa yang bersangkutan mencabut gugatan karena alasan anak. Demi sang buah hati ia rela memaafkan perlakuan menyakitkan yang dialaminya. Bahkan jika memang pemberitaan itu benar bahwa penyiksaan itu dilakukan secara brutal, dengan membanting, mencekik, sampai luka lebam di mana-mana dan organ di leher bergeser, maka begitu hebatnya amarah sang pelaku.

Namun jika kita mengambil pelajaran dari kejadian yang dialami publik figur itu, banyak hal-hal penting yang harus direnungkan oleh kaum perempuan. Terlebih soal menjalani kehidupan rumah tangga yang tidak selamanya mulus dan membahagiakan seperti di kisah dongeng dimana pangeran dan putri hidup dengan sangat bahagia. Dalam kehidupan nyata, berumah tangga selalu memberikan banyak kejutan yang berwarna, tidak terkecuali warna hitam yang membuat hidup terasa begitu kelam. Akan tetapi sesakit apapun beberapa orang masih memilih untuk bertahan dengan alasan terbaik versi mereka. Meskipun sudah mendapatkan perlakuan yang tergolong pada kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang tergolong pada tindak pidana.

Soal keputusan untuk mencabut gugatan terhadap suami KDRT dengan alasan psikologis anak yang tidak mungkin memiliki ayah seorang narapidana dari satu sisi merupakan sebuah keputusan bijak. Namun ada sisi lain yang harus dipertimbangkan. Ketika kejadian itu terulang lagi, bukan hanya istri yang menderita. Namun mental dan psikologis anak malah jauh lebih dipertaruhkan.

Jika melihat ayah memukul, anak akan belajar memukul, mengira bahwa kekerasan adalah hal yang wajar. Kemungkinan kedua, ketika melihat ibunya dipukul, anak jadi tidak percaya lagi pada sosok ayah. Alih-alih percaya pada ayahnya, yang ada malah akan membuat hubungan ayah anak semakin jauh (banyak fakta di lapangan, anak lelaki yang sangat membenci ayahnya karena sering menyiksa ibunya) bahkan tidak jarang anak trauma dan mengalami krisis kepercayaan, terhadap orang lain.

See also  Hidup Gak Mesti Gini-gini Aja

Memaafkan adalah hal yang mulia, tetapi membuka kesempatan untuk kembali mendapatkan penyiksaan adalah hal terbodoh yang dilakukan perempuan. So, mencabut gugatan seharusnya tidak perlu siap sedia untuk kembali hidup dalam satu atap. Menjauh lah dengan jarak ribuan mill. Tutup buku, dan buka lembaran baru.

Perempuan yang rela bertahan dalam rumah tangga tidak sehat adalah perempuan yang HEBAT. Akan tetapi yang berani keluar dari zona penderitaan dan ketersiksaan dengan berani mengakhiri pernikahan adalah perempuan yang LUAR BIASA.

Sebagai perempuan yang bertalenta, tidak perlu takut untuk membuka lembaran baru. Menyelamatkan diri yang harus tetap waras, dan anak yang mentalnya harus dijaga.

Banyak kok, single parent yang berhasil membesarkan anak dalam keadaan baik, psikologis dan mental anak tetap berkembang dengan normal. Tentunya dengan dengan pola asuh yang tepat. Meski tanpa ayah kandung, tetap lah jalin kedekatan dengan sosok lelaki baik, yang menyayangi ibunya. Kakek, paman, sepupu, atau siapapun di dalam keluarga. Dengan begitu, anak-anak bisa tumbuh di tempat yang lebih tepat, daripada menjalani hari-hari yang mengerikan di masa kecilnya, karena harus menyimak tindakan kekerasan dalam keluarga.

Seorang ibu seharusnya memiliki pertimbangan jauh lebih matang, menimbang sisi baik dan buruk. Mana yang lebih berisiko? Jika sayang kepada buah hati, maka pilihlah keputusan dengan risiko paling minim. Jangan sampai karena mementingkan ego, malah berdampak lebih fatal pada orang-orang di sekeliling kita, terutama sang buah hati yang harus kita jaga keselamatan mental, fisik dan tumbuh kembangnya.

Jadi perempuan bucin boleh-boleh saja. Namun jangan sampai tidak tahu mana bahaya dan mana bukan. Perempuan punya kemampuan dan kekuatan yang jauh lebih besar untuk hidup, tanpa bergantung pada orang lain, apalagi kepada seorang monster yang perkataannya sering menyakiti hati, perlakuannya menyakiti tubuh, pola pikir dan gaya kepemimpinannya mematikan mental.

See also  4 Tanda Kamu Sedang Bekerja Keras

Semoga Allah senantiasa menjaga iman para lelaki yang bergelar imam keluarga, dan menjaga para perempuan untuk selalu bersikap santun kepada suami sehingga pertengkaran dan kekerasan bisa dihindari sekecil mungkin.

Semoga bermanfaat.

Share This:
Diantika IE https://ruangpena.id

Author, Blogger, Copy Writer, Content Writer, Ghostwriter, Trainer & Motivator.

Kamu Mungkin Suka

Tulisan Lainnya

+ There are no comments

Add yours