Ranking satu di kelas 5 SD diberi hadiah terbaik motor? Apakah boleh? Boleh dong, kalau orangtuanya memang hartanya berlimpah ruah gak ada habisnya.
Selesai hafalan satu juz hadiahnya gadget merek terkenal dengan harga belasan juta, boleh? Boleh saja… Apa sih yang gak boleh jika memang dananya ada. Sebagai orangtua tentu selalu ingin semua yang terbaik untuk anak-anaknya bukan?
Namun pernahkah terpikirkan oleh kita, apa yang akan terjadi ketika anak-anak terus dibesarkan dengan kemudahan materi? Dengan hadiah yang terlalu mudah? Menyelesaikan tantangan kecil dengan hadiah yang terlalu besar.
Lho kok kecil? Hafal satu juz itu susah lho, buat anak seusia mereka. Ranking satu di kelas itu hebat lho, buat anak yang sebelumnya tidak pernah masuk lima besar.
Memang benar, untuk mereka itu hal yang besar. Namun ukuran berat atau susah, kecil atau besar tidak selamanya diukur dari segi usia. Kadang kita perlu menggunakan sudut pandang yang berbeda.
Apa yang ditanamkan pada hati dan pikiran mereka lah yang justru akan sangat memberikan pengaruh. Ketika mereka paham bahwa mencapai suatu prestasi itu akan dihadiahkan sesuatu yang istimewa, apakah lantas menjadi jaminan anak-anak kita semakin bersemangat menjadi diri yang terbaik? Jangan-jangan itu hanya sebatas karena akan mendapatkan hadiah yang diiming-imingkan.
Besok lusa, saat dia kembali memiliki prestasi, bagaimana sikap yang timbul dari mereka ketika tahu bahwa orangtuanya tidak lagi memiliki keleluasaan finansial untuk membeli hadiah mereka? Bersabarkah, atau malah meminta hal yang jauh lebih besar dari sebelumnya?
Sebagai bentuk keresahan yang terjadi di dalam hati seorang ibu dan orangtua anak lelaki yang sedang tumbuh beranjak dewasa, saya merasa perlu menuliskan ini untuk dibaca para ayah dan ibu di luaran sana. Terlebih saya melihat langsung fenomena yang terjadi dewasa ini, bahwa orangtua milenial lebih latah untuk memberikan hadiah istimewa kepada anak-anaknya tanpa berpikir panjang akibat apa yang akan timbul setelahnya.
Banyak hal yang sangat ingin saya lakukan. Hal yang sangat ingin saya berikan. Terlebih jika anak saya telah melakukan hal baik dan mencapai prestasi tertentu. Tidak jarang saya berpikir untuk menguras tabungan sekadar untuk memberikan hadiah mahal, benda yang sangat dia inginkan.
Namun, kemudian saya berpikir. Apakah hadiah itu tidak terlalu mudah didapatkannya?
Pernahkah kita merenungi kehidupan orang-orang susah di sekeliling kita? Atau bahkan kehidupan kita sendiri yang tidak selamanya mulus dan sesuai harapan.
Bukankah betapa banyak tantangan besar yang tidak bisa diselesaikan dan dihadapi dengan uang, materi dan atau apapun yang serupa kekayaan?
Banyak hal besar yang ternyata tidak bisa dibeli. Hal-hal tersebut bahkan terlalu mahal jika diuangkan. Bahkan hal-hal itu hanya bisa diselesaikan dengan sikap, sabar, dan segala hal yang ada pada hati. Bahkan sampai harus melepaskan egoisme dan keangkuhan diri.
Banyak kebijakan orang penting yang ternyata tidak bisa dibeli dengan uang. Bos-bos besar di tempat kerja, tidak lagi melihat prestasi dan nilai IPK. Mereka lebih melirik orang-orang yang memiliki kemampuan bekerja sama, sikap yang arif, dewasa, mampu mengontrol diri serta tabiat dan perangai sehari-hari.
Mengapa? Karena ternyata karakter lah yang justru akan menjadi bekal anak-anak kita kelak.
Saya akhirnya merenung dalam-dalam. Ketika anak saya diberikan hadiah terlalu “wah” untuk sebuah prestasi yang belum terlalu besar (hanya tingkat kelas misal), tidak kah anak saya nanti meminta hal yang lebih besar lagi ketika mereka memiliki prestasi lain yang tingkatannya lebih tinggi?
Saya membayangkan. Jika semua prestasi dihargai dengan barang, uang, dan kemewahan, apakah benar anak kita menghebat dengan motivasi untuk menjadi yang terbaik dalam jiwanya? Saya khawatir, mereka menghebatkan diri karena adanya iming-iming hadiah barang yang menjadi incaran.
“Lah, itu kan hak kami untuk memberikan barang mahal. Kami mampu kok!”
Mungkin kalimat itu sangat layak dikeluarkan oleh orang yang hari ini berkecukupan. Namun apakah kita memiliki jaminan bahwa kita akan berumur panjang? Mampu mendampingi anak-anak kita sampai lanjut usia. Jika tidak, maka siapakah yang akan mendampingi mereka dalam mengurus harta benda?
Jika bukan kita yang menemani, maka seharusnya karakter mereka lah yang bisa membawa mereka berjalan dalam kehidupan yang sebenarnya. Sikapnya yang tidak tamak pada harta lah yang akan menemaninya kelak.
Mari ajarkan anak-anak dengan kasih sayang dan cinta. Saya rasa, hadiah terbaik untuk anak-anak berprestasi adalah doa, motivasi, dan teladan dari kita sebagai orangtuanya. Semoga anak-anak kita tumbuh dengan hati yang besar, pikiran yang besar dan jiwa yang besar. Pandai menghargai sesuatu dengan penuh kesyukuran bukan ketamakan. Menjadi orang-orang yang pantang menyerah, menghargai perjuangan dan orang-orang kaya yang dermawan penuh kasih sayang. Aamin ya robbal alamin.
Semoga bermanfaat.
+ There are no comments
Add yours