Mertua

Estimated read time 3 min read
Share This:
See also  Rumah Tangga Wawan dan Sumi

Mertua
Ilustrasi mertua (sumber foto: Unsplash/Dario Valenzuela

Mertuamu sama saja dengan orangtuamu. Kerena orangtuamu orangtuaku juga. Begitu harapan semua orang ketika hidup berpasangan, kita pasti menginginkan pengertian dan perhatian dari orang terdekat yang kita cintai, istri atau suami diharapkan sama-sama mengerti bahwa berumah tangga adalah kehidupan baru berdua. Wejangan orang tua dulu selalu menanamkan bahwa tak ada yang sempurna, karena manusia belajar selamanya termasuk menjadi pasangan, menjadi orang tua dan bahkan menjadi anak yang berbakti adalah hal yang sulit sepanjang masa maka manusia harus terus belajar soal itu.

Bicara soal orangtua memang tidak akan ada habisnya. Karena betapa besarnya pengorbanan yang mereka tumpahkan kepada kita. Kita tidak akan pernah bisa membayar dengan hitungan apapun. Dari mulai cinta, materi, juga waktunya habis untuk kita sebagai anaknya.

Sebagai anak yang telah menapaki babak baru kehidupan, pernikahan adalah hal yang sangat besar dan sulit. Berbeda dengan kehidupan sosial model lain, pernikahan adalah ikatan sosial yang kita pilih dan tentukan sendiri. Menjadi nasib kehidupan senang dan sulit ke depannya adalah pilihan karena ditentukan oleh kita sendiri.

Memilih pasangan adalah memilihkan orang tua untuk anak kita, tak bisa dipungkiri mengenal kepribadian seseorang yang akan menjadi pasangan kita kelak adalah hal paling penting sebelum benar-benar menentukan langkah ke depan.

Setelah menikah kita sebagai pasangan harus memahami perasaan orang yang kita sayangi. Berusaha menghadapi berbagai masalah bersama-sama dan melewati banyak hal tanpa melibatkan orang lain termasuk orangtua kita. Menerapkan pemikiran bahwa jika pasangan kita tersakiti berarti ada yang tidak sesuai dengan dirinya, baik dari diri kita sebagai pasangan dan lingkungan barunya, atau bahkan orang tua kita sebagai mertuanya.

See also  Ojeg Online

Dengarkan semua cerita pasangan, buka hati dan pikiran serta tempatkan diri kita pada posisi pasangan. Bayangkan jika kita menjadi dirinya danmenemukan kesulitan beradaptasi. Namun kita dituntut untuk menyesuaikan juga berdampingan dengan orang lain menjadi keluarga selamanya, bukan berarti kita tidak menghargai orang tua kita. 

Akan tetapi meskipun demikian kita harus selalu ingat bahwa pasangan kita adalah anggota keluarga yang kita pilih. Jadi apapun yang keluarga kita jalani bisa jadi belum atau tidak langsung sesuai dengan hati dan pikirannya.

Jangan sesekali mencampurkan orang tua ke dalam masalah rumah tangga yang sedang kita hadapi, sebab kita adalah pasangan yang setiap waktu akan saling membutuhkan maka sangat mudah bagi kita untuk mencapai kembali kedamaian tapi tidak dengan orangtua dan mertua kita. Jika mereka telah mengetahui ada yang salah dalam kepribadian salah satu dari kita, maka mereka akan selalu mengingat kesalahan itu baik dari kita sebagai anaknya atau kita sebagai menantunya.  Bahkan bisa jadi mereka membenci kita karena dianggap telah pernah memberi luka kepada anaknya.

Apapun yang terjadi hari ini tentang berbagai pandangan negatif mengenai mertua semoga tidak menyurutkan kita untuk selalu berbenah diri menjadi pasangan yang baik skaligus anak yang berbakti pada orangtua.

Jauh terlupakan adalah ucapan terima kasih kepada mertua karena atas jasa mereka yang telah memberikan pemdidikan yang baik kepada anaknya, sehingga membentuk pasangan kita yang hari ini piawai memperlakukan pasangan. Manusia yang lembut penyayang, menerima kita apa adanya dan siap hidup bersama kita selamanya.

Share This:

Kamu Mungkin Suka

Tulisan Lainnya

+ There are no comments

Add yours