Menulis adalah seni. Sebuah cara mengungkapkan dan mencari kebahagiaan. Saat bersedih dan gelisah menulis tentang kesedihan dan kegelisahan yang sedang dialami akan memberikan sensasi tersendiri. Kesembuhan yang tidak dapat dicari dari obat apapun. Pikiran yang semula jelimet perlahan terurai karena apa yang kita pikirkan mampu tertuang dalam sebuah tulisan. Begitupun sebaliknya, ketika kita merasakan kebahagiaa, berjuta ide pun bermunculan di dalam pikiran. Karena sejatinya, berkembannya ide kreatif lebih banyak muncul dalam keadaan bahagia bukan dalam keadaan yang tertekan. Jika sudah banyak ide, tidak sulit lagi untuk segera mencurahkannya dalam sebuah tulisan.
Mungkin banyak di luar sana orang-orang yang baru mengenal dunia kepenulisan dan mulai memiliki minat terhadap keterampilan menulis. Lantas ketika ia merasa sudah bisa menulis maka serta merta berharap bahwa keterampilannya itu mampu menghasilkan uang seperti yang sering dijanjikan oleh banyak motivator kepenulisan. Bahwa menulis juga bisa menghasilkan cuan dengan gampang.
Hal itu sah sah saja. Bahkan sangat normal. Terlebih kini profesi penulis jauh lebih dihargai daripada beberapa tahun silam. Kini orang yang benar-benar memiliki keahlian menulis bisa berbangga hati, karena ternyata profesi penulis dibutuhkan. Meskipun jenis profesinya berlum terdaftar dalam pilihan profesi saat anak sekolah mengisi kolom pekerjaan orangtua dan harus memilih profesi orangtuanya. Ya, tidak ditemukan profesi ‘penulis’ di sana.
Namun kembali lagi kepada tujuan kita menulis. Setiap orang tentu memiliki tujuan utama dan paling mendasar ketika pertama kali memutuskan untuk menekuni dunia kepenulisan dan rela bekerja keras untuk belajar menulis sampai ia merasa bisa. Walaupun bagi saya belajar menulis adalah belajar sepanjang masa.
Tujuan awal ini lah yang akan menjadikan penulis memiliki tujuan selanjutnya ketika ia sudah benar-benar menulis. Entah itu menulis artikel, karya ilmiah, buku-buku inspirasi, novel, cerita pendek, dan banyak lagi bentuknya. Tujuan awal itulah yang kemudian akan mewarnai tulisan-tulisan yang lahir sebagai buah karya seorang penulis.
Saya, sejak awal memiliki tujuan bahwa menulis adalah obat dan sebuah solusi bagi saya. Sebuah langkah kecil untuk mendobrak ketidak berdayaan saya dalam berbicara kepada banyak orang tentang ide-ide yang berjubel di kepala. Obat yang paling ampuh ketika saya bersedih, rindu, cemas, bahkan ingin marah sekalipun. Sebuah solusi yang saya anggap pas untuk menyalurkan kekesalan dan setiap kegelisahan yang saya rasakan tentang semua kejadian yang berhasil ditangkap oleh seluruh indra saya. Keresahan umum, fenomena yang terjadi di masyarakat, kekerasan dan ketidak adilan terhadap perempuan, masalah dan solusi rumah tangga, pendidikan anak-anak, dan banyak lagi hal yang tidak bisa saya sebutkan di sini karena saking banyaknya; tidak akan tertampung.
Tujuan kedua mengapa saya menulis adalah, saya ingin menorehkan jejak positif ketika saya sudah tiada di muka bumi. Untuk siapa? Untuk siapapun yang merasabahwa menulis hal baik adalah sebuah kebaikan. Terutama untuk anak-anak dan keturunan saya semoga memotivasi mereka bahwa menulis hal baik dan menginspirasi banyak orang lewat tulisan itu sangat menyenangkan.
Menulis Adalah Seni
Seperti halnya seorang seniman pelukis yang menuangkan idenya dalam sebuah karya seni lukis yang indah dan menjadi ciri khas tangan terampilnya, bagi saya pun menulis adalah seni. Dimana seni memerlukan dan tentu saja menggunakan ide yang original. Ide ini tidak akan pernah bisa dibeli.
Ketika saya menulis dengan anggapan bahwa menulis adalah seni, maka siapapun tidak ada yang boleh mengendalikan ide saya. Saya bebas menulis dan menumpahkan apapun yang ada di kepala. Saya pun yakin di manapun tidak akan ada yang persis sama dengan apa yang saya tulis, terkecuali ketika saya mengharuskan diri saya menyisipkan tulisan orang lain dalam bentuk kutipan, referensi, dan lain sebagianya.
Banyak Saran yang Masuk
Sejak awal saya aktif menulis, banyak sekali saran yang masuk yang berhubungan dengan perkembangan karir, karya yang viral, sampai kepada penghasilan. Semua saran saya tampung dan saya simak baik-baik walaupun ada beragam respon yang saya lakukan untuk itu semua.
Respon pertama adalah mempertimbangkan. Saran-saran yang sesuai dengan tujuan saya menulis saya pikirkan matang-matang. Suatu saat pasti saya lakukan. Tentunya saya kolaborasikan dengan mimpi dan rencana pribadi saya.
Respon kedua, saya telan lalu saya muntahkan kemudian. Ini berlaku untuk saran yang benar-benar tidak sesuai dengan tujuan dan impian saya pribadi. Kalaupun saya harus mengubah keputusan, itu karena saya memang memutuskan untuk mengubahnya. Bukan karena pengaruh, saran, atau iming-iming dari pihak lain.
Hebat Itu Menjadi Pelopor Bukan Pengekor.
Bagi saya, tetap memegang teguh prinsip ‘yang hebat itu menjadi pelopor bukan pengekor’. Kalau ada banyak orang yang mengejar sukses dengan mengikuti jalan yang sama dengan banyak orang sukses di luar sana, maka biarlah saya meniti jalan sendiri, dengan cara yang berbeda; cara saya sendiri. Karena bagi saya, menikmati proses itu jauh lebih menyenangkan daripada menikmati hasil instan dengan jalan yang tidak saya ketahui secara jelas awal mulanya. Apalagi dengan cara yang bertentangan dengan hati nurani.
Saya harus menjadi pembangun. Bukan orang yang hanya ikut serta dalam sebuah bangunan megah dan tidak ikut proses bangunnya. Bagi saya hebat itu ditiru bukan meniru.
Mungkin terdengar naif dan terlalu idealis. Akan tetapi ini lah kenikmatan yang saya rasakan ketika saya melakukannya. Seperti Kurt Cobain yang mengatakan, “Mereka menertawakan aku karena aku berbeda. Aku menertawakan mereka karena mereka semua sama.” Kalimat Kurt Cobain itu sangat sejalan dengan pikiran saya dalam menjalani peran sebagai manusia. Bukan hanya dalam frame seseorang yang dijuduli sebagai seorang penulis. Dalam hal lain pun begitu.
Mendapatkan Penghasilan dari Menulis
Apakah saya tidak ingin mendapatkan penghasilan yang banyak dari menulis? Websitenya berkembang pesat dan mengikuti jejak orang lain di bidang yang sama? Jawabannya tentu saja mau. Sebagian sudah saya rasakan manfaat dari menulis dalam bentuk transferan rupiah. Mendapatkan bayaran dari sesuatu yang kita senangi sebagai hobi adalah sebuah passion yang sangat menyenangkan. Menulis artikel, menjadi ghost writer, penulis skenario alhamdulillah pernah saya lakoni dan dibayar dengan jumlah yang sangat memuaskan bahkan ketika saya benar-benar baru mengawali bidang ini.
Kini saya tidak perlu iri dengan mereka yang dapat mendulang banyak rupiah karena menulis novel di platform tertentu. Tulisannya banyak yang baca. Setiap bab ditunggu jutaan pembaca. Hanya ketika saya ikut membaca, kenapa mayoritas isinya tentang seks bebas dan hedonisme ya? Apakah tidak akan menjadi contoh negatif untuk para pembaca?
Seperti halnya saya yang merasa bebas berekspresi dalam tulisan, siapapun bebasn menuliskan apapun. Namun kebayankan dari cerita yang kebetulan saya baca, para penulis ini menggambarkan bahwa betapa mudah dan bebasnya melakukan seks dengan orang yang baru dikenali di bar hanya karena menginginkan sejumlah uang untuk mengangkat martabat keluarga. Ya, beberapa cerita novel online yang kebetulan saya baca ceritanya seputar itu semua. Terserah sih ya. Itu kembali kepada tujuan menulis masing-masing.
Jika bukan penulis novel online, ada juga rekan-rekan penulis yang mendulang banyak uang dari kasus selebritis tertentu. Isu negatifnya diangkat, ”digosok sampai semuanya sip” alias gosip. Mumpung viral, semua diumbar.
Jika saya boleh memberikan saran, kalau memang ada yang sedang viral, maka yuk hadirkan ajakan kepada para pembaca untuk mengambil hikmah dan pelajaran dari apa yang dialami oleh publik figur itu. Bukan malah menambah dan memperluas ajakan ghibah. Saya yakin dengan semakin digosipin pihaknya sedikit banyak mentalnya terganggu. Tahu sendiri kan kekuatan netizen +62 seperti apa? He he he.
Ah, sok suci banget sih Diantika IE. Bukan sok suci. Akan tetapi bukankah akan sangat menyenangkan jika tulisan yang kita tebar memiliki dampak positif dan bermanfaat bagi banyak orang? Bukankah itu yang justru yang menjadi amal jariyah?
Apakah Saya Tidak Butuh Cuan dari Menulis?
Sebagai manusia biasa yang sangat normal juga konsumtif dan senang belanja chekout sana-sini tentu saja saya akan sangat senang jika ada job yang sesuai dengan kriteria saya. Saya tetap menerima permintaan bantuan jasa kepenulisan baik artikel, sebagai copywriter, maupun ghost writer atau yang lainnya. Selama itu sesuai, maka jika saya sanggup dan percaya diri bisa melakukannya maka akan saya lakukan. Kenapa harus percaya diri dulu? Karena saya tidak ingin mengecewakan klien dengan karya saya yang amburadul gara-gara saya tidak menguasai/tidak mampu melakukannya.
Karena pernah, ada tawaran job menulis tetapi saya tolak karena harus membuat tulisan tentang seorang tokoh yang ternyata…. Ah, sudahlah, ngeri kalau ingat itu.
Ya. Intinya, siapapun yang memiliki minat untuk jadi penulis, pikirkan kembali tujuamu mengapa merasa perlu dan harus menulis. Sebaiknya miliki tujuan yang baik juga benar. Karena apa yang kita tulis akan selalu diminta pertanggung jawabannya.
Lho, apakah semua tulisan saya sudah baik? Saya akui belum semua baik sih. Namun saya selalu berusaha untuk tidak menyengaja menyajikan tulisan yang mungkin menginspirasi seseorang untuk berbuat buruk. Sejauh yang saya usahakan insyaallah saya sekalipun berniat untuk mengajak kepada kesesatan, dan prilaku menyimpang atau sejenisnya. Adapun respon yang ditimbulkan oleh pembaca setelah membaca tulisan saya, itu semua di luar kendali saya.
Yuk, nulis hal-hal baik. Viral itu baik jika memang setelah viral lebih banyak yang mendapatkan manfaat dari apa yang kita tebar. Namun tulisan yang bernilai saya yakin jauh lebih baik dari sekadar viral dan terkenal.
Mari mulai konsisten menulis sesuatu yang baik dan bermanfaat bagi banyak orang.
Oh iya, hampir lupa. Kalau misal ada yang membutuhkan jasa saya bisa langsung email saja ke diantikaie21@gmail.com atau melalui surel.ruangpena.id@gmail.com ya. Terima kasih sebelumnya.
Tetap semangat, salam pena kreatif dan semoga bermanfaat.
+ There are no comments
Add yours