Kehinaan dan keberkahan adalah dua hal yang sangat jauh berbeda. Bulan ini seluruh umat yang melaksanakan ibadah puasa tebtunya selaiknya mendapatkan keberkahan atas ibadah yang dilakukannya. Namun apakah semuanya layak mendapatkan keberkahan tersebut?
Dalam keindahan bulan Ramadan, tidak semua yang menyapanya akan meraih berkah yang diinginkan. Hadis riwayat Abu Hurairah di bawah ini memberikan contoh jelas tentang bagaimana seseorang bisa merasakan kecelakaan meskipun telah bersua dengan bulan yang penuh kemuliaan ini.
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: “رَغِمَ أَنْفُ رَجُلٍ ذُكِرْتُ عِنْدَهُ فَلَمْ يُصَلِّ عَلَيَّ وَرَغِمَ أَنْفُ رَجُلٍ دَخَلَ عَلَيْهِ رَمَضَانُ ثُمَّ انْسَلَخَ قَبْلَ أَنْ يُغْفَرَ لَهُ وَرَغِمَ أَنْفُ رَجُلٍ أَدْرَكَ عِنْدَهُ أَبَوَاهُ الْكِبَرَ فَلَمْ يُدْخِلَاهُ الْجَنَّةَ.
Artinya: “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‘Celakalah seseorang, aku disebut-sebut di depannya dan ia tidak mengucapkan shalawat kepadaku. Celakalah seseorang, Bulan Ramadhan menemuinya kemudian keluar sebelum ia mendapatkan ampunan, dan celakalah seseorang yang kedua orang tuanya berusia lanjut namun kedua orangtuanya tidak dapat memasukkannya ke dalam Surga.'” (HR. Tirmidzi)
Sebagaimana disampaikan dalam hadis tersebut, tidaklah cukup hanya dengan bersua Ramadan, namun juga penting untuk memahami makna dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Sebagaimana yang terungkap, orang yang tidak mengucapkan shalawat kepada Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم saat disebutkan namanya, orang yang menyia-nyiakan keberkahan Ramadan dan keluar darinya tanpa mendapatkan ampunan, serta orang yang tidak mampu memasukkan kedua orangtuanya yang lanjut usia ke dalam Surga, semuanya menggambarkan kecelakaan spiritual yang sebenarnya.
Di tengah gemerlap bulan Ramadan, kata-kata Rasulullah mengalun seperti melodi yang memukau hati:
“Celakalah seseorang, aku disebut-sebut di depannya dan ia tidak mengucapkan shalawat kepadaku. Celakalah seseorang, Bulan Ramadan menemuinya kemudian berlalu begitu saja tanpa mendapatkan ampunan, dan celakalah seseorang yang kedua orang tuanya berusia lanjut namun kedua orangtuanya tidak dapat memasukkannya ke dalam Surga.”
Dalam rembulan yang mengalir melalui langit yang penuh kerinduan, terdapat keanggunan dan kebijaksanaan dalam setiap kalimat yang terucap. Sebuah peringatan yang membeku di udara, merangkul jiwa-jiwa yang terhenti dalam kebisuan kesadaran. Namun, ada satu kata yang menancap dalam jiwa seperti duri yang menusuk: “raghima anfu” – celaka. Jika dalam bahasa Sunda kata itu diartikan dengan “Si goreng dodonges”.
Dalam rimba kata-kata, celaka bukanlah sekadar kehinaan atau kerugian, namun sebuah keadaan yang merendahkan, mencelakakan, dan merugikan. Bagi yang tidak mampu meraih keberkahan Ramadhan, ia tenggelam dalam kehinaan dan kerugian di hadapan Sang Pencipta.
Maka, berbahagialah hati yang mampu merangkul keberkahan setiap detik Ramadan, sebelum terperangkap dalam angkara kehinaan dan kerugian yang tak terhingga.
Jadi, manakah di antara kehinaan dan keberkahan yang sekarang sedang berpihak padamu? Mari bersemangat memperbaiki kualitas ibadah Ramadan. Semoga keberkahan senantiasa Allah sertakan kepada kita semua.
Wallahu ‘alam bis shawab!
+ There are no comments
Add yours