Bermain-main dengan Waktu

Estimated read time 5 min read
Share This:
See also  Soal Komitmen Untuk Tepat Waktu

Bermain-main dengan waktu

Lagi-lagi saya selalu tertarik dengan bahasan soal waktu. Pertama karena saya termasuk orang yang merasakan betul manfaat dari tepat waktu, sekaligus kerap “menjadi korban” menunggu sesuatu atau seseorang yang masih senang “bermain-main” dengan waktu. Masih memiliki sifat “tega” bikin orang lain menunggu, dan berharap orang lain memaklumi keterlambatan yang dilakukannya. He he.

Namun saya selalu percaya, Allah membubuhkan sifat, sikap, dan karakter yang berbeda-beda kepada setiap orang. Pastinya, keterlambatan yang dibuat pun selalu memiliki alasan yang berusaha saya terima kecuali sebuah kesengajaan. But, btw saya tentunya tahu mana yang sengaja, mana yang memang super sibuk, dan mana yang mungkin belum paham dan belum bisa mengurutkan prioritas.

Ah, sudah lah. Sekali lagi semua orang tidak ada yang sama, bukan?

Namun bicara soal prioritas dan hubungannya dengan waktu, saya selalu pegang prinsip ini.

1. Janji dan kesepakatan adalah sesuatu yang harus dijunjung tinggi.

Janji dan kesepakatan adalah sakral adanya. Sebaik dan sedekat apapun hubungan kita dengan teman/klien/kolega/keluarga/seseorang yang telah menyepakati sebuah waktu tidak lantas jadi alasan bahwa kita boleh bersantai-santai, molor dari waktu yang telah disepakati. Dengan dalih, “ah, dia gak akan marah, toh dia orang baik kok!”

Saya senantiasa menanamkan kalimat ini di kepala, “mereka pasti punya keperluan lain, memiliki batas jenuh menunggu, memiliki batas sabar dan batas pemakluman.”

2. Orang yang rela menunggu adalah orang yang paling baik karena sudah rela mengorbankan waktu berharganya demi saya.

Siapa yang tahu, demi untuk datang tepat waktu ia telah membatalkan hal-hal penting yang lain. Peluang-peluang bisnis, silaturahmi, janji kencan, kunjungan rumah sakit, janjinya kepada keluarga, deadline pekerjaan atau apapun yang lebih berharga.

See also  Kapan Terakhir Ngobrol dan Kerjain Sesuatu Bareng dengan Ayah?

So, ketika ia masih baik kepada saya mau menunggu dengan sabar ketika saya ngaret-ngaret waktu, yang harus saya lakukan selanjutnya adalah berusaha untuk tidak melakukannya lagi. Sebisa mungkin janji pertemuan selanjutnya saya harus lebih awal hadir untuk menghormati dan menghargai komitmen.

Saya pun gak mau dong, jika dicap “si tukang telat.” Risiko terburuk dari cap itu adalah, suatu saat saya akan kehilangan kepercayaan darinya bahkan dari orang lain yang mungkin tahu kebiasaan buruk saya.

3. Allah Maha Pemaaf dan Manusia memiliki keterbatasan. So, saat berjanji, memenuhi janji baik kepada manusia adalah hal yang perlu saya dahulukan.

Mungkin tidak banyak yang sepakat dengan ini. Namun izinkan saya memaparkan alasannya.

Begini, saat kita janjian dengan orang lain, telah menyepakati satu waktu. Maka tugas kita adalah bergegas memenuhi janji kita. Karena jika orang yang sudah dijanjikan menunggu sampai jenuh, marah, kesal, maka tidak terbayangkan berapa doa yang terpanjat atas kekesalannya. Beruntung jika yang kita tinggalkan itu orang yang baik dan selalu positif. Lah kalau sudah terlampau kesal dan membenci kita karena merasa dirugikan habis-habisan?

So, ketika saya janjian dengan seseorang pagi, siang, sore, atau malam hari. Saya lebih memprioritaskan orang itu. Demi kejar waktu, saya tidak lagi melakukan salat sunnah setelah salat wajib. Saya terkadang meninggalkan dzikir setelah salat yang saya tunaikan. Saya tidak lagi pergi ke kamar mandi untuk mengambil air wudhu demi mendwamkan wudhu karena khawatir menyita waktu.

Sungguh, bukan saya menomorduakan Allah. Namun ketika yang wajib sudah tertunaikan, maka saya hanya berharap bahwa Allah Maha melihat usaha saya untuk menunaikan kewajiban yang lain. Yaitu, janji saya kepada sesama manusia. Pernah dengar ungkapan bahwa janji adalah utang? Pernah dengar bahwa dosa kepada sesama manusia itu jauh lebih berat daripada dosa kepada Allah SWT?

See also  Level Keluhan

4. Saya harus memprioritaskan keselamatan dan kenyamanan seseorang yang sudah saya janjikan pertemuan

Pernah bikin janji di sebuah tempat? Pernah berpikir untuk memastikan bahwa tempatnya benar-benar aman buat orang itu?

Saat janjian dengan seseorang yang datang dari luar kota. Orang tersebut pasti belum paham betul dengan keadaan daerah baru. Tidak tahu harus bagaimana dan kemana, harus apa, dan tempat manakah yang tepat untuk menghabiskan waktu demi menunggu kita. Kalau orang lokal/sudah tahu daerah sih aman, jenuh menunggu ia bisa kemana dulu. Belanja, jalan, lihat-lihat apa. Saran saya, segera penuhi janji Anda. Hormati orang tersebut.

Contoh berikutnya, misalnya janjian di tempat makan, orang yang menunggu kita pasti harus mengeluarkan uang ekstra sebelum pesan makan sama-sama karena malu dong, nongkrong doank di tempat makan nungguin kita. So, jangan suka membuang waktu dan membuat orang lain menunggu lama di tempat makan.

Pernah berpikir soal keselamatannya? Saya sering! Saya selalu berpikir, pas dia nungguin apa yang dilakukan? Apakah dia makan minum, apakah dia kepanasan, jenuh, ngantuk, bete?

Bagi saya, terlambat adalah kesalahan fatal. Selain membuat orang lain menunggu dan menyia-nyiakan waktu, kita pun mungkin telah berperan dalam:

1. Menggagalkan agenda orang lain yang seharusnya dilakukan sebelum atau setelah pertemuan

2. Bahasan tidak tuntas dibahas karena klient keburu lupa, bete, gak mood, bahkan karena waktunya sudah habis

3. Hilangnya peluang bagus, kontrak kerja, kesempatan bisnis, kesepakatan kerja sama, keuntungan besar, dll, karena waktu yang tepat telah terlewat

4. Hilangnya kepercayaan dari orang yang kita janjikan lalu dapat stempel “si tukang ngaret” di jidat kita.

Ah, tentu semua itu tidak perlu kita alami jika kita sama-sama memiliki komitmen untuk tepat waktu, tepat janji, dan saling menghormati kesepakatan yang sudah dibuat sebelumnya. Janji yang lebih dulu dibuat adalah janji yang harus dipenuhi terlebih dahulu. Bagaimana jika tingkat urgensinya berbeda? Maka kuncinya ada pada komunikasi. Bicaralah, buat penyelesaian yang indah dengan cara yang terhormat.

See also  Setiap Orang Ada Masanya Setiap Masa Ada Orangnya

Selain karena urutan janji yang dibuat, tentunya selalu ada urutan prioritas lain di hidup kita bukan? Janji terhadap pasangan dan atau mertua untuk senantiasa menjaga amanah dan memberikan kebahagiaan kepada mereka misal?

Eh, gimana, gimana?

Dah gitu aja. Semoga bermanfaat.

Share This:
Diantika IE https://ruangpena.id

Author, Blogger, Copy Writer, Content Writer, Ghostwriter, Trainer & Motivator.

Kamu Mungkin Suka

Tulisan Lainnya

+ There are no comments

Add yours