Belajar Dari Sikap Mario Dandy, Bagaimana Mendidik Anak Agar Tidak Sombong dan Arogan?

Estimated read time 4 min read
Share This:
See also  Mendidik Anak Mendidik Diri Sendiri Lebih Dahulu

Mario Dandy
Mario Dandy Satriyo. ©2023 Merdeka.com/Bachtiarudin Alam

Beberapa hari ini jagat maya diramaikan dengan pemberitaan tetang tindak kekerasan yang dilakukan oleh Mario Dandy Satriyo, anak mantan pejabat Kantor Wilayah Direktorat Jendral Pajak.

Sejak kasusnya mencuat ke permukaan, banyak yang semakin penasaran dengan sosok pemuda yang kini telah resmi menggunakan baju tahanan tersebut.

Meskipun sudah ditahan, Mario Dandy masih sanggup mendongakkan kepala. Padahal menurut keterangan dari Kasi Humas Polres Metro Jakarta Selatan, AKP Nurma Dewi, bahwa ia merasa menyesal atas perbuatannya. Seolah terkesan sombong dan tetap angkuh.

Memang tidak semua yang mendongakkan kepala mencerminkan kesombongan. Akan tetapi, sejatinya seseorang yang memiliki penyesalan mendalam akan menundukkan kepala dengan raut wajah penuh dengan kesedihan sekaligus merasa malu karena telah berbaju tahanan dan disorot media. Dandy, pemuda yang juga dikabarkan sering pamer barang mewah itu tetap tegak berani, memandang ke depan dengan kepala mendongak.

Entah bagaimana kehidupan yang dijalani anak muda ini selagi kecil hingga ia memasuki usia dewasa awalnya. Hingga ia begitu arogan dan sanggup melakukan tindakan kekerasan tanpa keraguan, bahkan sampai menyatakan bahwa ia ‘gak takut anak orang mati’. Jika menyimak video penganiayaan yang dilakukannya terhadap korban David, semua orang yang masih memiliki hati nurani pasti akan memiliki pendapat yang sama, bahwa itu tindakan yang keji.

Terlepas dari bagaimana pola pendidikan yang didapatkan Dandy, semua orangtua tentu tidak berharap anaknya menjadi seseorang yang sombong, arogan dan bahkan sampai harus menyakiti seseorang hingga nyaris kehilangan nyawa.

Berikut adalah beberapa tips yang mungkin bisa digunakan pada orangtua dalam mendidik anak agar tidak sombong dan arogan:

See also  Hidup Gak Mesti Gini-gini Aja

1. Ajarkan nilai-nilai positif sejak dini.

Mengajarkan anak nilai-nilai positif seperti kerendahan hati, kerja keras, dan kejujuran sejak dini disinyalir akan membuat anak-anak memiliki sikap tersebut sampai ia dewasa dan menjadi anggota masyarakat yang sesungguhnya.

Sebanyak apapun harta kekayaan yang dimiliki orangtua, selaiknya tetap ajarkan anak untuk bersikap sederhana, agar hati mereka tetap peka.

2. Berikan penghargaan yang wajar.

Jika anak Anda memiliki prestasi dan atau pencapaian yang membanggakan, maka berikan apresiasi sewajarnya tanpa harus memberikan pujian yang berlebihan.

Terbiasa memenangkan segala pujian dan hadiah yang berlebihan bisa menjadi penyebab anak menjadi sombong dan kurang menghargai jerih payah dan perjuangan orang lain. Bahkan bisa jadi ia tidak peduli pada keberadaan dan hak orang lain di luar dirinya.

3. Jangan membandingkan anak dengan orang lain.

Membandingkan anak dengan orang lain atau saudara kandungnya sekalipun, dapat memicu rasa inferioritas atau superioritas pada anak.

Inferioritas adalah perasaan rendah diri atau kurangnya rasa percaya diri pada seseorang. Orang yang mengalami inferioritas cenderung merasa kurang mampu dan tidak berdaya karena tidak sebanding dengan orang lain. Hal ini dapat memengaruhi kesehatan mental dan emosional seseorang dan memerlukan upaya untuk mengatasi perasaan tersebut agar tidak mengganggu kehidupan sehari-hari.

Sebaliknya, jika akibat dari membandingkan adalah superioritas, anak akan merasa lebih baik atau lebih unggul dari orang lain dalam aspek tertentu seperti kepintaran, kekuasaan, kekayaan, atau keberhasilan. Cenderung merasa superior atau di atas orang lain, dan merasa bahwa mereka berhak mendapatkan perlakuan yang lebih baik atau dihormati lebih tinggi.

4. Ajarkan anak untuk memahami perasaan dan sudut pandang orang lain.

See also  Menghadapi Hasil Ulangan Anak yang Jelek

Agar anak dapat memperlakukan orang lain dengan sopan dan ramah, maka ajarkan anak untuk memahami perasaan dan perbedaan sudut pandang dengan orang lain agar tidak merasa benar dan ingin memang sendiri.

5. Ajarkan anak untuk bersyukur atas apa yang dimilikinya dan menghargai kerja keras orang lain.

Berikan kesempatan pada anak untuk belajar dari kesalahan dan mengembangkan sikap kritis dalam menganalisis situasi. Berikan pula kesempatan pada anak untuk berinteraksi dengan orang yang berbeda latar belakang, sehingga anak dapat belajar untuk menghargai keberagaman, agar ia dapat menghargai orang lain di luar dirinya dan mensyukuri apa yang terjadi dan dijalaninya selama ini.

6. Berikan teladan yang baik dengan memperlihatkan sikap rendah hati, sopan santun, dan menghargai orang lain.

Sehebat apapun metode pendidikan dan pengajaran yang diterapkan pada anak, cara yang paling efektif untuk membuat mereka jauh lebih baik adalah dengan memberikan mereka teladan. Mendapati orangtua yang memiliki sikap positif akan membuat anak-anak bangga dan ingin melakukannya juga.

Setelah segala upaya sudah dilakukan, jangan lupa untuk memberikan pengawasan dan bimbingan pada anak dalam bersosial media, sehingga anak tidak terjebak dalam perilaku arogan atau sombong di dunia maya yang mungkin bisa memancing kebencian para netizen di jagat raya.

Semoga bermanfaat.

Share This:
Diantika IE https://ruangpena.id

Author, Blogger, Copy Writer, Content Writer, Ghostwriter, Trainer & Motivator.

Kamu Mungkin Suka

Tulisan Lainnya

+ There are no comments

Add yours