
Gambar: Mufid Majnun (Unsplash)
Menjelang Hari Raya Idul fitri, masyarakat Indonesia disibukkan oleh berbagai persiapan seperti mudik, belanja kebutuhan pokok, membeli pakaian baru, hingga menyiapkan hidangan khas Lebaran. Namun di balik semua itu, satu hal yang hampir selalu berulang setiap tahun adalah meningkatnya angka kriminalitas. Mulai dari pencurian, penjambretan, penipuan hingga pembegalan semuanya marak terjadi. Lantas, apakah ini ada kaitannya dengan budaya pemberian Tunjangan Hari Raya (THR)?
• Tekanan Ekonomi vs Budaya Konsumtif
THR pada dasarnya adalah hak pekerja yang diberikan menjelang hari raya lebaran. Tujuannya baik yaitu membantu karyawan memenuhi kebutuhan Lebaran dan meningkatkan daya beli masyarakat. Tapi, budaya konsumtif yang berkembang di masyarakat bisa menjadi bumerang, terutama bagi mereka yang tidak menerima THR atau memiliki penghasilan minim.
Saat kebutuhan meningkat drastis menjelang Lebaran, sementara pemasukan tidak berubah, tekanan ekonomi bisa menjerumuskan seseorang untuk memilih jalan pintas, termasuk melakukan tindak kriminal.
• Kesenjangan Sosial yang Terasa
Fenomena “panen THR” yang dirasakan oleh pekerja formal kadang kontras dengan realita para pekerja informal, buruh harian, atau pengangguran. Di sinilah kesenjangan sosial muncul. Ketika satu pihak bisa berbelanja dan berbagi, pihak lain hanya bisa melihat tanpa bisa ikut serta. Dalam situasi tertentu, kecemburuan sosial ini bisa memicu tindakan negatif.
• Bukan Salah THR, Tapi Konteks Sosialnya
Penting untuk digarisbawahi bahwa THR bukanlah penyebab langsung kriminalitas. Justru, jika dikelola dengan baik dan merata, THR bisa menjadi solusi sosial yang mengurangi tekanan ekonomi menjelang hari raya.
Yang perlu diwaspadai adalah ketimpangan antara yang menerima dan tidak, antara yang cukup dan yang kekurangan. Maka dari itu, penting bagi perusahaan untuk taat membayar THR, dan bagi pemerintah untuk memastikan bahwa pekerja informal pun mendapat dukungan ekonomi menjelang Lebaran.
THR adalah bagian dari budaya sosial-ekonomi Indonesia yang patut dipertahankan. Namun, kita juga perlu waspada terhadap dampak tidak langsung dari ketimpangan ekonomi dan budaya konsumtif menjelang hari besar. Dengan perhatian dan kepedulian yang merata, semoga Lebaran tak hanya penuh sukacita, tapi juga aman dan damai untuk semua.