Ruangpena.id – Ada begitu banyak alasan yang bisa membuat seseorang tenggelam dalam kesibukan pekerjaan, hingga tanpa sadar jalani hustle culture.
Tenggelam dalam pekerjaan hingga setiap saat bisa terus memikirkannya, hingga akhirnya merasakan ‘kena mental’.
Salah satu tanda apabila kesehatan mentalmu terganggu ialah kamu tak mampu lagi kelola emosimu. Celakanya, gejala ini bisa muncul di tempat kerja, sehingga bisa membahayakan karirmu.
Untuk mengatasi situasi ini, terdapat 4 tips umum yang dapat membantumu kelola emosi dengan lebih baik, dari Psikolog Klinis Kalea, Kartika Rachmadi saat mengisi webinar Managing Emotional Stability at Workplace yang diadakan oleh Talent Fit Indonesia, pada Selasa, 16 Mei 2023.
Akan tetapi, mari kita pahami terlebih dahulu istilah hustle culture.
Menurut Psikolog UGM, Indrayani yang dimuat dalam laman resmi UGM pada 4 Januari 2023, istilah ini berkembang dari perilaku ‘gila kerja’ atau workaholic.
Tuntutan kinerja profesional dengan standar kualitas yang tinggi, berkembang menjadi suatu produktivitas yang merusak atau toxic.
Seakan-akan, yang disebut produktif itu harus bekerja keras, lembur, hingga bila tidak dilakukan muncul perasaan bersalah.
Seringkali orang-orang tidak lagi sadar bahwa mereka telah terseret dalam hustle culture karena sudah jadi keseharian. Lama kelamaan mulai terasa adanya ketidakseimbangan antara kehidupan pekerjaan dengan kehidupan pribadi.
Di sisi lain, orang juga tak lagi mampu mengenali dan mengendalikan emosi yang ia rasakan.
Ketika emosinya akan muncul ke permukaan, dirinya lantas merasa itu bisa mengganggu, sehingga ia berupaya untuk menahannya.
Saat tekanan dari eksternal dan internal semakin tak tertahankan, maka emosinya bisa seketika meledak dan sulit dikendalikan lagi.
Wujudnya beragam, mulai dari ketidakpuasan, cemas, amarah, sedih dan merasa tak berdaya, hingga berdebat dengan rekan kerja atau atasan.
Menurut Kartika Rachmadi, ada anggapan umum yang keliru mengenai bagaimana orang menunjukkan emosinya di lingkungan kerja. Hal itu umumnya dipandang sebagai perilaku tidak profesional.
“Karena memang tidak memungkinkan. Coba kamu tiba-tiba di tengah meeting, nangis di depan presentasi dengan klien. Itu kan agak berat yah,” paparnya.
“Makanya, banyak orang itu hesitate untuk ngeluarin emosinya, pokoknya harus tahan supaya dia terlihat profesional” lanjutnya.
Untuk itu, menurutnya, empat tips umum berikut bisa membantumu untuk meregulasi emosi agar bisa dikelola dengan lebih baik.
1. Sisihkan Waktu untuk ‘Get in Touch‘ dengan Emosimu Setiap Hari
Kamu perlu menyisihkan waktu yang cukup untuk ‘get in touch‘ dan ‘aware‘ dengan emosi-emosi yang selama ini dirasakan.
“Supaya kita bisa cultivating (bagaimana) regulate emotion dengan lebih baik. Supaya bisa fokus sama apa yang matters,” jelasnya.
2. Pelihara Dirimu
Seringkali disalahartikan dengan ‘me time‘. Bentuknya lebih sering berupa perawatan diri atau berlibur.
Padahal, memelihara diri bukan bermakna suatu aktivitas yang sifatnya bersenang-senang atau joyfull saja.
“Kalau buat saya, nourish yourself atau memelihara diri itu bisa makan atau jalan (kaki), dan kadang-kadang itu yang bisa (merasa) enjoy, (tapi) bukan yang antusiasnya besar,” katanya.
3. Di dalam Tubuh yang Sehat, Terdapat Jiwa yang Kuat
Di dalam tubuh yang sehat, terdapat jiwa yang kuat. Atau, dalam bahasa Inggris istilahnya healthy body, healthy mind.
“Setidaknya, kalau tidak cukup waktu untuk memelihara kesehatan mental, maka jaga kesehatan badannya,” tegasnya.
4. Jangan Ragu Meminta Bantuan, Jika Menghadapi Tantangan
Yang paling penting, don’t hesitate to get help.
“Kalau memang sudah gak bisa. Gak bisa di-handle sendiri, jangan ragu untuk meminta bantuan. Karena biasanya (emosi) itu bisa ‘bocor’ di rumah atau di tempat lainnya,” pungkasnya.
Semoga tips kali ini bisa bermanfaat.(*)
+ There are no comments
Add yours