Nasihat Kang Mus Tentang Nasib dan Dahsyatnya Doa Seorang Ibu

Estimated read time 6 min read
Share This:
See also  Perempuan

Kang Mus

Waktu itu Kang Mus bilang, “Kita ini sama saja, Dian…. Sama-sama didoakan seorang ibu sehingga kita sampai di titik ini.”

Saya menghela napas panjang seraya tersenyum mendengar kalimat itu darinya. Seseorang yang semula hanya tahu dan melihat di layar kaca hari itu untuk pertama kalinya bisa bertemu langsung dan terlibat dalam sebuah proyek pekerjaan sama-sama.

Sebagai seorang penulis pemula yang masih sangat harus banyak belajar, adalah sebuah keberuntungan bisa bertemu bahkan kerja bareng dalam sebuah pekerjaan dengan seorang aktor terkenal dan saya menyebutnya ini sebuah kajaiban.

Masih terngiang di telinga, suara Kang Mus yang memiliki nama asli Epy Kusnandar itu mengomentari novel saya dalam sebuah video yang dikirimkan oleh ronny Urban. Saat itu saya baru saja berhasil menerbitkan novel kedua saya yang berjudul Handaru (Lelaki Juga Punya Hati) di akhir tahun 2020.

Gara-gara novel itu, seorang penyiar baik hati bernama Ronny ‘Urban’ Budiman mengenalkan saya dengan beliau. Karena kebetulan kang Ronny sedang terlibat dalam serial Preman Pensiun 5, dan entah dari mana awalnya, tiba-tiba Handaru sudah ada di tangan kang Muslihat. Tidak lupa, kang Mus pun berkata bahwa suatu saat kami akan bertemu dengan alasan, kang Mus pun ingin belajar nulis.

Kang Muslihat
Berfoto bersama sebelum berangkat dari I-Radio Bandung

Singkat cerita, kami akhirnya dipertemukan dalam sebuah pekerjaan untuk sebuah bank swasta tersohor di Jabar dan Banten yang sebentar lagi merayakan hari jadinya. Kang Mus sebagai tallent dan saya sendiri diberikan kesempatan untuk menjadi penulis skenario untuk beberapa teaser atau klip pendek yag tentu saja bertujuan untuk mempublikasikan produk unggulan bank tersebut.

Hari itu pun tiba. Kami harus memenuhi undangan pertemuan untuk membahas proyek itu secara serius. Bertolak dari Studio I-Radio Bandung kami menuju lokasi pertemuan. Agar lebih efisien, semuanya sepakat untuk berangkat sama-sama dalam satu mobil. Kali itu, menggunakan mobilnya kang Ronny Urban.

See also  Lelaki yang Tidak Pernah Marah

Saya adalah satu-satunya perempuan dalam pertemuan itu. Dengan perasaan canggung, saya memilih untuk menunggu “jatah posisi duduk” karena semuanya orang yang luar biasa di mata saya. Saya berusaha untuk lebih tahu diri.

Oh iya, saat itu pekerjaan tersebut tidak lepas dari peran penting seorang sutradara andal sekaligus tim produksi Preman Pensiun, Dodi Sanjaya. Dua orang rekan Ronny sekaligus penyiar I-Radio Bandung yang selalu kocak; Wanda Urban dan Elmi Urban sama-sama terlibat. So happy pokoknya saya waktu itu.

“Di depan Dian!” ucap kang Epy Kusnandar dengan sangat ramah.

Karena memang di belakang para lelaki sudah duduk rapi, akhirnya saya duduk di sebelah kang Ronny yang sudah duduk di belakang kemudi.

Percakapanpun dipenuhi dengan bahasan tentang rencana kami. Saya lebih banyak diam mendengarkan sekaligus terus mrncoba memahami arah pembicaraan. Saya selalu senang bertemu orang baru dan mengambil pelajaran dari setiap perbincangan.

Setengah waktu perjalanan berlalu. Pembicaraan pun beralih menjadi bahasan yang jauh lebih ringan. Suasana menjadi lebih cair tentunya bagi saya si orang baru, karena kalau mereka tentu saja sudah sangat akrab dan dekat.

“Hapunteh ya, Kang. Saya duduk di depan Akang semua!” kalimat pertama yang saya lontarkan setelah hanya menjawab dengan ‘iya’ dan senyuman atas respon dari beberapa pertanyaan mereka.

“Dian…, tidak perlu sungkan,” jawab kang Dodi yang ternyata memiliki sifat teramat menyenangkan di balik wajahnya yang memiliki kesan pendiam, tegas dan serius.

“Saya gak enak, Kang. Saya merasa gimana gitu, Akang semua orang-orang hebat sudah tersohor, masa saya punggungin,” ucap saya jujur.

Sebelum pertemuan itu, selama ini saya hanya mengerjakan permintaan tulisan di balik layar. Menerima tugas via email dari perusahaan konsultan media tempat saya bekerja (dulu), mengerjakannya di rumah, selesai langsung kirim lagi via email. Jika ada revisi, maka saya akan memperbaikinya secepat mungkin.

Saya sangat jarang bertemu langsung dengan orang yang mengajak kerja sama. Pernah satu dua kali itu pun hanya dilakukan untuk mengkonfirmasi dan menyepakati alur dan konten buku yang mereka inginkan. Kini saya harus berhadapan dengan orang-orang yang selama ini saya anggap tidak mungkin akan dipertemukan.

See also  Mendalami Konsep Rejeki dari Percakapan yang Bermakna

“Dian, kita ini sama saja. Sama-sama punya ibu,” jawab Kang Mus. “Kita sama-sama didoakan oleh seorang ibu, sehingga kita bertemu di sini. Dian didoakan ibu, Akang juga sama didoakan oleh ibu Akang di rumah. Jadi tidak perlu merasa bersalah,” jelasnya.

Waktu itu seketika saya langsung merenung. Benar sekali apa yang dikatakan Kang Mus. Bahwa semua orang memiliki peruntungan dan garis hidupnya masing-masing yang digariskan oleh Tuhan dan digiring oleh doa-doa tulus dari ibundanya. Doa ibunda lah yang selalu terkabul oleh Allah SWT tanpa sekat.

Saya tersenyum lega, “Iya Kang.”

Selama kerja sama itu berlangsung bahkan hingga beberapa waktu setelahnya, kami masih sempat bertemu. Terlebih kang Mus sedang sering bolak-balik ke sebuah lokasi proyek ANP yang letaknya berdekatan dengan tempat saya tinggal; sekitaran Kawah Kamojang.

Dari beberapa pertemuan singkat tetapi sarat makna itu, saya mengenal kang Epy Kusnandar sebagai sosok yang sangat rendah hati. Orang yang tidak mau disanjung sebagai aktor. Sosok baik hati dan penolong. Seperti ketika kali kesekian pertemuan, kang Muslihat mendadak turun dari mobilnya dan membantu saya menyebrang jalan untuk kemudian bergabung dengan rombongan ketika akan ada acara di daerah Garut Kamojang lalu. Beliau yang awalnya duduk di depan, lagi-lagi mempersialakan saya untuk duduk di samping pengemudi.

Kali itu mobil berhenti di depan sebuah masjid besar daerah Samarang atas dimana banyak jamaah di sana. Ketika kang Muslihat turun dari mobil, semuanya mendatangi dan berebut untuk bersalaman. Dengan ramah kang Mus berpamitan kepada mereka, “hapunten nya, abdina rusuh (maaf ya, saya sedang buru-buru),” ujarnya sambil tetap menjabat tangan mereka satu per satu.”

Bagi saya, kang Mus telah banyak memberikan teladan. Perlakuannya kepada sang ibu pun luar biasa. Tanpa harus beliau tujukan untuk menasihati, banyak sekali sikap dan kalimat yang berhasil membuat saya merenung panjang dan beberapa justru membangkitkan semangat saya.

See also  Ronny Urban MC Kondang Jawa Barat

“Akang sebentar lagi ada di usia mapan, Dian,” katanya di suatu kesempatan pertemuan ke dua atau ketiga kalinya. “Mapan itu Lima Delapan, Akang sudah harus semakin mendekatkan diri dan memperbaiki diri,” ujarnya.

Kang Mus
Meeting di Bank di era covid

Saat hari pertama kabar buruk itu menimpanya, jujur saya merasa terkejut. Mencari kebenaran berita lalu saya berdoa, semoga tidak ada yang lebih buruk lagi. Lantas untuk satu dau hari ogah menyimak apapun pemberitannya.

Namun ketika seseorang memesan Handaru, saya kembali ingat sama kang Mus yang turut memberikan komentar baik tentang buku ini.

Ya, tentu saja, manusia tidak ada yang sempurna. Seperti halnya kang Mus yang berkata bahwa, “kita ini sama saja” saya semakin sadar, semua manusia adalah tempatnya salah dan dosa. Sama saja dengan saya, dan mungkin Anda semua yang sedang membaca tulisan ini.

Kita semua pasti memiliki sisi yang tidak selamanya baik. Namun di balik itu, tentunya setiap orang pasti memiliki prinsip-prinsip hidup yang baik yang selalu ingin diamalkan karena diyakini bahwa itu sebuah kebaikan yang mulia.

Apapun pelajaran hidup yang telah saya ambil dan dapatkan dari sosok Epy Kusnandar akan tetap saya pegang terlepas dari apa yang sedang terjadi kini kepadanya. Karena sejatinya mengambil nasihat itu bukan tentang siapa yang memberikan nasihat, tetapi tentang apa urgensi dari nasihatnya itu sendiri.

Dan untuk Kang Epy, saya berdoa, semoa doa-doa terbaik dari ibu kita selalu menjadi penyelamat dan membawa kita kembali kepada jalan keselamatan. Semoga Allah memberikan yang terbaik. Memberikan kita kemampuan untuk mengambil hikmah mendalam atas segala sesuatu yang terjadi.

Tetap semangat dan terus berdoa, Kang. Semoga semuanya segera selesai dengan akhir yang indah dan penuh berkah untuk Akang sekeluarga. Aamiin ya robbal alamiin.

Share This:
Diantika IE https://ruangpena.id

Author, Blogger, Copy Writer, Content Writer, Ghostwriter, Trainer & Motivator.

Kamu Mungkin Suka

Tulisan Lainnya

+ There are no comments

Add yours