Mengenal Cara Puasa Agama Dunia

Estimated read time 6 min read
Share This:
See also  Sekolah Content Creator

Cara puasa agama dunia

Artikel ini adalah artikel lanjutan dari paparan tentang cara puasa agama besar dunia sebelumnya. Agar wawasan kita lebih bertambah lagi, mari kita lanjutkan baca sampai selesai ya!

Puasanya Timur Ortodoks

Agama Timur Ortodoks adalah sebuah denominasi Kristen yang berasal dari wilayah Timur Tengah dan Eropa Timur. Agama ini adalah salah satu dari tiga denominasi utama dalam Kekristenan, selain Katolik dan Protestan. Agama Timur Ortodoks juga dikenal sebagai Gereja Ortodoks atau Gereja Katolik Timur.

Ada beberapa periode puasa, termasuk Lent, puasa para rasul dan beberapa puasa hari lainnya. Setiap rabu dan jumat dinilai sebagai hari puasa, kecuali bagi mereka yang gagal dalam “minggu bebas puasa” yang sudah direncanakan. Secara umum, dalam puasa mereka daging, produk olahan susu, dan telur dilarang pada hari-hari lainnya. Menurut mereka, berpuasa dapat menahan diri dari kerakusan, dan membantu membukakan pintu kasih sayang Tuhan.

Puasanya Agama Yahudi

Puasa dalam agama Yahudi dipraktekkan pada sejumlah hari libur dalam Yudaisme: ada dua hari puasa besar dan empat hari puasa kecil. Selama Yom Kippur dan Tisha B’Av, puasa berlangsung pada bulan Tishrei lebih selama 25 jam dari terbenamnya matahari hingga matahari terbenam di mana mereka yang memilih untuk berpartisipasi, tidak makan, minum, menyikat gigi, berhubungan seksual, dan pemakaian wewangian menyisir rambut atau mandi. Puasa kecil memungkinkan segalanya kecuali makan dan minum dari fajar hingga malam. Puasa selama Yom Kippur adalah pertobatan atas dosa-dosa yang dilakukan sepanjang tahun. Adapun tujuannya adalah untuk membersihkan pikiran dan tubuh dari dosa dan kekotoran, serta memperkuat hubungan dengan Allah.

Puasanya Agama Sikh

Agama Sikh bermula di India pada abad ke-15 oleh Guru Nanak, seorang mistik dan penyair. Guru Nanak dipercaya telah menerima wahyu dari Tuhan dan melalui pengalaman mistisnya, dia mengajarkan ajaran yang menjadi dasar agama Sikh. Agama Sikh merupakan salah satu agama monoteistik yang menempatkan kepercayaan kepada satu Tuhan yang dikenal sebagai Waheguru atau Satnam.

See also  Jadwal Imsak dan Buka Puasa Kawasan Ciamis, Kuningan, Banjar dan Cilacap, Selasa 12 Maret 2024

Puasa dalam agama Sikh disebut sebagai Upavas. Puasa ini dilakukan untuk membersihkan pikiran dan memfokuskan diri pada Tuhan. Upavas dalam agama Sikh dilakukan pada hari-hari tertentu dalam kalender Sikh.

Puasa dalam agama Sikh terutama dilakukan selama hari-hari tertentu dalam tahun kalender Sikh, seperti puasa untuk memperingati kelahiran Guru Nanak atau untuk memperkuat disiplin diri. Umat Sikh yang melakukan puasa biasanya menghindari makanan yang mengandung daging atau alkohol, serta menghabiskan lebih banyak waktu untuk membaca tulisan suci Sikh.

Puasanya Agama Jainisme

Jainisme adalah salah satu agama yang berasal dari India, yang memiliki sejarah yang panjang dan kompleks. Agama ini didirikan pada sekitar abad ke-6 SM oleh seorang pria bernama Mahavira, yang dianggap sebagai pengajar utama dalam agama Jainisme.

Ajaran utama dalam agama Jainisme adalah konsep ahimsa atau non-kekerasan, yang menekankan pentingnya untuk tidak menyakiti makhluk hidup apa pun, baik itu manusia, hewan, atau tumbuhan. Ahimsa dianggap sebagai salah satu prinsip utama dalam mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan di dunia ini.

Meskipun agama Jainisme tidak sepopuler agama-agama lainnya seperti Hinduisme, Budhisme, atau Kristen, agama ini memiliki pengikut setia di seluruh dunia dan dianggap sebagai salah satu agama yang paling toleran dan damai.

Jainisme akan berpuasa sepanjang tahun tetapi terutama pada Mahavira Jayanti, Paryushan, Diwali, Kartik Purnima, dan Mauna Agiyaras. Faktanya, lebih banyak wanita daripada pria yang melakukan puasa. Ini dilihat sebagai penebusan dosa dan cara untuk mensucikan tubuh dan pikiran, artinya tidak cukup hanya tidak makan, Anda juga harus tidak mau makan. Ada lima jenis puasa dalam Jainisme mulai dari puasa lengkap hingga Rasa Parittiga. Puasa yang terakhir adalah Santhara yaitu puasa sampai mati. Puasa ini tidak dilihat sebagai bunuh diri melainkan sebagai ketika seseorang menganggap tubuh mereka tidak lagi mampu melayani spiritualitas dan ketika kematian sudah dekat, mereka yang memilih Santhara dirayakan secara luas dan publik

See also  Melatih Kemandirian Anak dengan Rasa Tega

Puasanya Agama Bahá’í

Agama Bahá’í memiliki siklus bulanan 19 hari, dan di dalamnya terdapat hari puasa yang disebut sebagai “Ala” atau “Inti”. Pada saat hari puasa ini, pengikut Bahá’í yang berusia di atas 15 tahun diharapkan untuk menahan diri dari makan dan minum mulai dari fajar sampai matahari terbenam.

Selain itu, pada saat hari puasa, pengikut Bahá’í juga diharapkan untuk meningkatkan ibadah dan refleksi spiritual mereka, serta berpartisipasi dalam kegiatan sosial dan kebajikan untuk membantu sesama. Meskipun ada hari-hari tertentu dalam bulan puasa di mana makanan dan minuman diperbolehkan, namun pengikut Bahá’í diharapkan untuk menahan diri secara keseluruhan dari makanan dan minuman selama bulan puasa.

Selain bulan puasa, ada juga beberapa hari penting lainnya dalam kalender Bahá’í yang dianggap sebagai hari-hari peringatan dan puasa, seperti “Ayyam-i-Ha” dan “Naw-Ruz”. Namun, pada hari-hari tersebut tidak diwajibkan untuk berpuasa, namun pengikut Bahá’í dianjurkan untuk menghabiskan waktu dengan beribadah, melakukan kegiatan sosial dan kebajikan, serta merenungkan makna spiritual dari hari-hari tersebut

Puasanya Agama Konfusianisme

Sebagai filsafat dan ajaran moral, Konfusianisme tidak mengajarkan adanya praktik berpuasa secara khusus. Konfusianisme lebih menekankan pada nilai-nilai moral, etika, dan tata krama dalam kehidupan sehari-hari yang dianggap penting untuk menciptakan masyarakat yang harmonis dan sejahtera.

Namun, di dalam kebudayaan Tiongkok yang dipengaruhi oleh Konfusianisme, terdapat tradisi puasa yang berkaitan dengan kepercayaan dan kebiasaan lokal. Salah satu contoh adalah “Puasa Kong Meng” atau “Puasa Konfusius” yang diperingati pada tanggal 27 bulan kedelapan dalam kalender Tionghoa, yaitu tanggal kelahiran Konfusius.

Meskipun demikian, tradisi puasa ini tidak diwajibkan dan tidak memiliki aturan yang ketat. Beberapa orang mungkin memilih untuk berpuasa sebagai bagian dari penghormatan dan penghargaan terhadap Konfusius, sementara yang lain tidak mempraktikkan puasa sama sekali

See also  Puasa Jangan Hanya Dapat Dahaga

Puasanya Agama Shinto

Shinto adalah agama asli Jepang yang memiliki fokus pada penghormatan terhadap roh-roh leluhur dan dewa-dewa yang dipuja dalam tradisi dan kebudayaan Jepang. Shinto tidak memiliki praktik berpuasa yang khusus, tetapi ada beberapa festival atau perayaan yang melibatkan praktik penyangkalan diri atau puasa sementara.

Salah satu contoh festival yang melibatkan puasa sementara dalam tradisi Shinto adalah “Omisoka”, atau malam pergantian tahun. Pada malam ini, orang-orang Shinto menghindari makanan yang berlemak dan berat agar tubuh mereka bersih dan siap menyambut tahun yang baru. Selain itu, ada juga festival Shinto yang disebut “Mitarashi Matsuri” di mana peserta melakukan “misogi”, yaitu membersihkan diri secara fisik dan spiritual melalui mandi dan berpuasa sementara.

Namun, perlu dicatat bahwa praktik-praktik tersebut bukan merupakan praktik puasa yang wajib dalam agama Shinto. Sebaliknya, mereka merupakan praktik penyangkalan diri atau pembersihan fisik dan spiritual sebagai persiapan dalam menghadapi perayaan-perayaan penting dalam agama Shinto.

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa Secara keseluruhan, puasa adalah praktik keagamaan yang dilakukan oleh banyak agama di seluruh dunia. Meskipun ada perbedaan dalam waktu, durasi, dan tujuan dari puasa di setiap agama, namun tujuan utamanya sama yaitu untuk memperkuat spiritualitas, membersihkan pikiran dan tubuh dari dosa dan kekotoran, menyempurnakan moral/akhlak makhluknya  serta memperkuat hubungan dengan Tuhan. Wallahu ‘alam!

Catatan: Tulisan ini diambil dari beberapa sumber.

Share This:
Nurdin Qusyaeri

Dosen IAI Persis Bandung, Penulis Buku Natsir Dari Persis Untuk Indonesia

Kamu Mungkin Suka

Tulisan Lainnya

+ There are no comments

Add yours