Hal pertama dan paling utama yang harus dilakukan oleh seorang pendidik adalah mendidik dirinya sendiri. Tidak sedikit di luar sana seorang pendidik yang pendidikannya begitu tinggi, menelurkan begitu banyak karya ilmiah, menyampaikan kuliah-kuliah, menyelenggarakan seminar-seminar, tapi lupa mempraktikannya di rumah.
Mungkin masih hangat dalam ingatan kita soal berita beberapa waktu lalu tentang sepasang suami istri yang berpendidikan tinggi, berprofesi sebagai seorang dosen di perguruan tinggi tapi kemudian keduanya terjerat dan terjerumus kedalam penyalahgunaan obat-obatan terlarang. Yang menjadi jauh lebih miris lagi mengenai nasib dari kedua anak-anaknya.
Sempat diberitakan anaknya yang laki-laki berkeliling komplek menggunakan sepeda nampak kebingungan dan dalam keadaan lapar. Seorang tetangga nampak kasihan lalu memberinya makan. Yang tidak kalah mirisnya adalah keadaan rumah dari pasangan suami istri tersebut. Rumah mereka nampak begitu acak-acakan, cucian menumpuk dan sampah berserakan di mana-mana.
Belum lagi, soal kasus-kasus guru cabul dan guru yang menjadi bandar sabu, semakin banyak terungkap. Kasusnya begitu “semarak” dan semakin memperburuk citra pendidikan Indonesia.
Ini memang contoh kasus yang ekstrim dan tidak mencerminkan para pendidik di indonesia secara umum. Akan tetapi, ini menjadi bahan evaluasi bagi kita semua terutama bagi kalangan pendidik. Bahwa pendidik adalah sebuah profesi di satu sisi, dan pendidikan adalah suatu kewajiban di sisi lainnya. Tentu saja tugas mendidik adalah tugas kita semua sebagai orangtua. Jangan sampai keprofesionalan kita begitu dielu-elukan oleh orang lain karena berhasil menelurkan para ahli, para profesional, para eksekutif yang sukses di bidangnya masing-masing, tetapi anak sendiri begitu tertinggal. Karena kita begitu sibuk membangun citra diri sebagai profesional, ahli, berpendidikan tinggi, berwawasan luas, tapi sekali lagi gagal mengurus anak sendiri.
Padahal anak kita adalah amanah yang mesti dipenuhi segala kebutuhannya baik sandang, pangan, papan dan yang lebih penting adalah adab dan ilmu pengetahuan, yang akan menjadi bekal untuk kehidupannya di masa depan kelak.
Membangun citra diri memang penting tapi yang jauh lebih penting lagi adalah memperbaiki diri sendiri. Pada hakikatnya citra diri itu terbangun dengan sendirinya, tanpa harus ada naskah, skenario, atau kamera. Jika kita masih sibuk dengan itu, masih sibuk memikirkan komentar orang lain, masih haus dengan pujian dan sanjungan, lalu apa bedanya kita dengan artis dan aktor dalam dunia perfilman?
Tulisan ini jangan sampai disalahartikan untuk mendiskreditkan para pendidik atau bahkan para pegiat seni di dunia perfilman. Tulisan ini sebetulnya berangkat dari keresahan diri sendiri melihat fenomena yang ada dan tentu saja menjadi bahan renungan bagi diri sendiri sebagai seorang pendidik.
Terima kasih semoga bermanfaat.
The point of view of your article has taught me a lot, and I already know how to improve the paper on gate.oi, thank you. https://www.gate.io/de/signup/XwNAU