Menjadi orang tua adalah hal yang penuh tantangan, apalagi untuk mengemban tugas dalam membentuk pribadi anak. Belum lagi jika dialami oleh orang tua muda yang begitu banyak melihat perubahan sekaligus perbedaan yang ditemukan antara kehidupan masa kecilnya yang masih terkenang dengan kehidupan anaknya saat ini.
Tidak dapat dipungkiri lingkungan sangat berpengaruh besar untuk pembentukan karakter anak. Namun menjadi orang tua baru apalagi seorang ibu tentunya dituntut lebih cermat untuk membentuk pribadi anak yang nantinya siap menghadapi kehidupan. Hidup berbaur dengan masyarakat sebagai dunia nyatanya kelak, siap menjadi contoh untuk adik-adiknya, atau bahkan keturunannya suatu saat nanti.
Di sisi lain, keluarga menjadi wadah paling dalam, tempat paling inti, dan pengalaman paling dasar seseorang dalam proses bermasyarakat. Maka dari itu, keluarga harus dibentuk melalui kehangatan, tuntunan, dan contoh yang baik.
Banyak ungkapan orang tentang anak yang mungkin membuat orangtua berpikir bahwa bagaimanapun keadaannya orangtua adalah tameng untuk anak-anaknya. Orang tua harus menyaring apa saja yang tidak baik untuk anaknya sedini mungkin. Baik itu kata-kata yang tak pantas, perilaku negatif, dan segala bentuk interaksi yang tidak baik untuk pembentukan karakter anak.
Misalnya ada tetangga yang bilang “masih orok mah masih mending neng, nanti kalau sudah ada tiga atau empat tahunan minta mainan lari-lari jauh dari rumah pasti kamu marahin anak deh, dijamin bikin ngamuk sejadinya, nanti kalau udah tahu uang awas jajan mulu lho, atau bisa jadi pergi ke warung ngutang dulu, nanti kalau minta uang tambahan ke neneknya orang lain pasti ngira orang tuanya udah nggak mampu lagi kasih uang jajan.”
Kata-kata seperti itu tidak jarang justru diungkapkan oleh orang terdekat. Sebagai orang tua kita harus membekali anak dengan berbicara kalimat-kalimat halus dan mudah dimengerti oleh anak. Hal itu dilakukan tentunya agar anak memahami cara hormat dan menghargai orang lain terutama orang tuanya.
Hindari membentak anak, karena biasanya yang sampai pada anak adalah nada bicaranya bukan pesannya. Sering dijumpai pada banyak anak mengatakan “ibu memarahiku karena aku menumpahkan susu di atas karpet.” Bukan “ibu memberi tahuku tata cara menyimpan tempat minum jika sedang bermain dengan adik.”
Begitu pun dengan urusan uang jajan. Orang tua harus menamkan pola pikir bahwa “ini akan cukup untukku.” Maka anak akan perlahan terbiasa merasa cukup dan tidak meminta tambahan uang untuk memenuhi keinginannya. Sisi lainnya adalah, anak juga perlahan akan merasakan bahwa tidak selamanya keadaan ekonomi keluarganya akan baik-baik saja.
Namun orang tua juga sesekali bisa membuat atau membelikan hadiah mainan untuk apresiasi atas prestasi-prestasi kecilnya yang telah ia perbuat. Hargai setiap langkahnya, maka anak akan nerasa diberi ruang dan peran di dalam rumah.
Kesimpulannya, orang tua adalah pemegang peran utama dalam membentuk peradaban selanjutnya. Maka jangan patahkan semangat banyak anak! Dukung mereka melalui minat dan bakatnya. Kita tidak tahu di kepala anak mana yang menyimpan cikal bakal penemu obat kanker, seorang aktivis pelestari lingkungan, cikal bakal ilmuan, atau mungkin sang pemuka agama yang dapat membawa umat ke kehidupan peradaban agama yang lebih baik dan selamat, serta masih banyak lagi cikal bakal yang diharapkan semua orang tua.
Semoga bermanfaat.
+ There are no comments
Add yours