Siapakah di sini yang pernah merasakan susahnya melawan asumsi mitos di tengah-tengah masyarakat dan keluarganya? Saya jelas pernah merasakan. Berbagai asumsi mitos yang begitu kuat di tengah-tengah masyarakat membuat saya sedikit jengah dan merasa terganggu dengan keharusan-keharusan yang “memaksa kudu dilakukan” jika misalkan tidak maka akan mendapatkan akibat buruk sebagai konsekuensinya.
Di tatar Sunda khususnya, banyak sekali mitos yang beredar di masyarakat, meskipun sebagian besar memiliki perbedaan pada sebab akibatnya. Namun di beberapa tempat ada mitos-mitos yang beredar kuat dengan sebab dan akibat yang sama. Misalkan saja, jangan berdiri di pintu nanti susah mendapatkan jodoh. Atau, ketika hamil tidak boleh melilitkan benda apapun di leher, nanti anaknya akan terlahir dengan lilitan ari-ari. Ada lagi, seorang suami dilarang menyembelih binatang atau menyiksa dalam bentuk tindakan apapun nanti akan berbekas pada anaknya ketika lahir. Serta banyak lagi anggapan-anggapan yang diang gap benar adanya di lingkungan masyarakat Sunda.
Mitos-mitos tersebut biasanya selalu diawali dengan ungkapan “pamali” yang memiliki arti tidak boleh dilanggar. Kata-kata pamali seolah menjadi kata yang sangat menakutkan. Banyak orang yang sangat menghindari berbagai aktivitas yang termasuk aktivitas pamali, karena khawatir akan menimbulkan malapetaka suatu hari nanti.
Entah kapan awal mulanya, pamali-pamali dan mitos-mitos itu mulai muncul. Perlu adanya kajian sejarah yang mendalam untuk menelusuri hal tersebut. Namun terlepas dari itu semua, sebagai manusia moderen yang hidup di era serba canggih dengan lingkungan tempat tinggal terang benderang dengan kehadiran listrik, informasi mudah didapatkan, pengajaran ilmu pengetahuan semakin terbuka, seharsunya kejadian-kejadian miotos sudah mulai bisa ditepis dengan pikiran terbuka dan pembuktiasn secara ilmiah.
Soal mitos lilitan ari-ari di leher anak, misalkan. Jika ditinjau dari segi medis, maka apakah hubungannya dengan melilitkan handuk atau kerudung di leher ibunya? Sungguh tidak masuk akal.
Contoh kasus kedua, ungkapan pamali memotong bagian tubuh hewan atau menyembelih binatang, yang akan berakibat pada terpotongnya bagian tertentu pada anaknya kelak. Jika dipikirkan dengan kepala yang jernih, maka apakah hubungannya? Apakah pisau yang kita sayatkan mengenai anggota tubuh anak dalam kandungan? tentu saja tidak, bukan?
Namun tetap saja mitos-mitos itu beredar di masyarakat. Kaum terpelajar yang mencoba untuk tidak memercayai itu semua malah menjadi korban sanksi sosial karena dianggap tidak mematuhi nasihat orangtua, keras kepala, susah diingatkan dan lain sebagainya. Akhirnya kaum muda yang memiliki pikiran yang lebih terbuka alih-alih terbebas dari mitos, mereka malah dihadapakan dengan aturan-aturan paksaan yang sebenarnya tidak ingin dilakukannya.
Seorang ibu hamil, tinggal bersama dengan mertua, nenek dan kakeknya. Setiap hari tindak tanduknya diawasi oleh orang-orang tersebut, dengan dalih sayang sama si jabang bayi. Agar terlahir dengan selamat dalam keadaan sehat wal afiyat, sang ibu mau tidak mau harus menuruti apa kata ibu mertua dan nenek kakeknya di sana. tidak boleh ini, tidak boleh itu. Bahkan ada beberapa makanan tertentu yang dilarang dimakan dengan alasan takut memiliki dampak buruk pada anak saat lahir. Sang ibu hamil pun merasa dilema, antara keyakinan yang tidak memihak dan keharusan mematuhi nasihat orangtua. Khawatir dianggap pembangkang dan anggapan lainnya.
Jika sudah begitu, apa kabar dengan keyakinan atas kekuasaan Allah yang semestinya benar-benar dijaga? Tauhid bahwa hanya Allah lah satu-satunya yang Maha Berkehendak atas segala sesuatu yang terjadi pada hamba-Nya sudah tidak muncul lagi di tengah masyarakat kita. Terkikis dengan asumsi mitos yang dianggap memiliki kekuatan jauh lebih besar daripada kekuatan Allah Subhanahu Wa Taala.
Mengerikan memang. Padahal memercayai kekuatan lain selain Allah Subhanahu Wa Taala adalah sebuah perbuatan syirik yang tidak akan diampuni Allah kecuali dengan melakukan taubatan nasuha. Meluruskan hati dan pikiran, hilangkan ketakutan kecuali kepada Allah.
Jika Iman sudah tertanam di dada, maka tidak lagi akan ada keraguan untuk tidak memercayai pengaruh mitos, tidak lagi takut dengan kata pamali yang tidak ada korelasinya. Baik dari segi agama maupun dari segi pengetahuan dan keilmuan.
Jadi, meskipun begitu susah melawan asumsi mitos di tengah-tengah masyarakat kita, biarlah iman kita tetap tumbuh di dalam dada. Mohonlah ampunan kepada-Nya agar Allah senantiasa menjada dan memelihara kita serta keturunan-keturunan kita.
Tidak ada daya dan upaya kecuali Allah Subhanahu Wa Taala. Lahaula wa laa kuwwata ilaa Billah.
Semoga bermanfaat.
+ There are no comments
Add yours