Kadang ketakutan merajai hati si penakut. Tidak sedikit cerita yang menggambarkan kemunculan sosok misterius yang membuat bulu kuduk berdiri. Seperti yang dialami Indri seorang santri di pondok pesantren.
Indri gadis cantik bermata bulat yang selalu di hiasi celak di balik lensa kacamata berbingkai warna hitam. Teman-teman biasa memanggilnya Inong, entah dari mana asal muasal panggilan selucu itu. Gadis remaja beranjak dewasa ini selalu ceria. Tinggal di sebuah asrama pondok pesantren seakan tidak jadi beban dalam hidupnya. Gelak tawa dan canda gurau mewarnai hari di sela setumpuk tugas sekolah maupun hafalan beberapa kitab, tugasnya sebagai seorang santri.
Inong, adalah salah satu dari sekian banyak santri yang punya hobi mandi tengah malam. Ya, maklum yang namanya di pondok pesantren kalau mandi di jam normal itu antriannya bisa nyampe kantor kelurahan.
Jika di hari-hari biasa Inong and the gank biasanya madi mepet di jam menjelang adzan magrib. Namun, jika di hari kamis sore mereka memilih tidak mandi sampai esok pagi, karena jika malam Jumat aura di pondok agak sedikit horor.
Pondok pesantren di malam Jumat memiliki agenda khusus berbeda dengan malam-malam yang lain. Selepas magrib hingga isya, semua santri berkumpul di masjid untuk membaca Yasin dan Burdhah serta sholawat Nabi. Sudah bisa di pastikan area asrama kan sepi dari penghuni.
Hanya ada dua katagori yang masih berda di dalam gedung berlantai dua tersebut. Pertama, mereka yang mendapatkan jadwal menguras bak mandi. Kedua, mereka yang belum mandi sore dan nekat mandi di tengah malam.
Setelah meminta izin keluar dari msjid dengan ustadzah, Inong masih terpaku di atas kasur lantai yang di tumpuk di sudut kamar. Handuk ia sampirkan di kepala menyerupai kerudung. Jemarinya bergerak dan bibir mungilnya bergumam. “Mandi, nggak, mandi, nggak ….” Pada hitungann jari kelima, “mandi!”
“Ah! Masa mandi sih?” Ia bergumam sendiri. sebelumnya Inong sudah mengajak teman-temannya untuk mandi. Namun, mereka menolak dengan alasan takut. Mereka lebih memilih berkumpul dan duduk-duduk di gazebo atau teras musholah pondok, selepas kegitatan rutin. Untuk apa? Ya … untuk menikmati malam libur, karena di pondok pesantren libur itu bukan di malam minggu tapi di malam jumat, dan hal semacam itulah satu-satunya hiburan para santri.
Memang banyak rumor tentang keangkeran pondok pesantren apa lagi d area kamar mandi, entah benar atau tidak. Seperti yang Inong dengar ketika salah satu ustadzah bercerita tentang kemunculan anak-anak yang disinyalir anak demit di dalam kamar mandi.
Akhirnya Inong memutuskan untuk mandi sesuai petunjuk hitungan jarinya. Ia yakin rumor itu hanya akal-akalan ustadzahnya saja untuk menakuti anak-anak yang suka ngumpet di kamar mandi dengan berbagai alasan, agar tidak mengikuti kegiatan pondok.
“Ah, nanti juga banyak anak-anakk yang piket kamar mandi. Jadi aku gak sendiri.” Inong bicara dengan dirinya sendiri sambil melangkah penuh tekad dan keyakinan menuju kamar mandi favoritnya, paling ujung.
Kamar mandi paling ujung memang favorit semua santri, karena di sana letak bak dan keran air berasal. Kamar mandi Pondok Pesantren di disain sangat panjang dan di pisah-pisah dengan tembok menjadi bilik-bilik kamar mandi. Jadi, sumber airnya hanya berpusat di satu kamar mandi yang menjadi favorit Inong dan kawan-kawan.
Tiba-tiba bulu kuduk Inong meremang, tepat di saat ia membuka pintu kamar mandi, kepalanya celingukan ke kiri, kanan dan ke belakang. Mencari anak-anak yang piket kamar mandi belum juga menampakan batang hidungnya.
Inong mulai gusar, aura tubuhnya terasa panas. Irama jantung tak beraturan, nyali mulai ciut. Ia mulai melakukan ritual mandi dengan harapan lekas selesai.
Di tengah kepala penuh busa shampo, lampu listrik padam. Memang PLN daerah pondok suka rada rese, terkadang mati lampu bisa sampai tiga kali dalam sehari. Mengalahkan resep minum obat dari puskesmas.
Busa shampo mengalir menyisakan perih di mata. Tangan gadis tersebut masuk ke dalam kolam mencari gayung yang tadi sempat terlempar. Bersamaan dengan itu suara kecipak air dari arah kamar mandi sebelah terdengar.
Tak lama saat matanya masih terpejam ia memegang sesuatu seperti betuk lengan di dalam kolam, ya … itu memang sebentuk tangan menyodorkan gayung ke telapak tangannya. Ia berusaha membuka mata. Namun, padamnya aliran listrik membuatnya tak dapat melihat apa-apa. Dengan gerak cepat Inong, membilas busa sabun. Suara itu kembali terdengar.
Lampu menyala, detik itu juga Inong melihat sosok di dalam bak mandi. Tubuhnya gemetar dan terasa kaku. Seketika ia berteriak. “Ampuuun!” kedua tangan mengucek mata hingga benar-benar jelas penglihatannya.
Sosok itu benar-benar menampakan wujudnya, sangat jelas di hadapan Inong. Bocah yang bertugas memebersihkan kamar mandi sedang berenang mengelilingi kamar-kamar mandi.
“Bocah edaaan!” teriak Inong pada akhirnya.
“Maaf, Kak … Maaf aku salah kamar mandi habis tadi gelap sih.” Bocah tersebut bicara sambil kembali berenang ke kamar mandi lainnya.
“Jangan mulai dulu nguras kolamnya, aku belum selesai mandi!” ucap Inong kesal dengan mulut monyong lima senti.
+ There are no comments
Add yours