Memiliki komitmen untuk tepat waktu, tidak banyak orang yang mampu melakukannya. Namun sekalinya seseorang memiliki komitmen yang kuat, maka ia tidak akan pernah melanggarnya tanpa alasan yang benar-benar bisa diterima. Dalam artian, alasan-alasan yang bisa ditolerir. Kalau alasannya ada agenda mendadak sih, kurang elok ya… Kan seyogyanya kita harus bisa memprioritaskan agenda. Jika sudah lebih dulu diagendakan, mengapa harus menyanggupi agenda lain yang datang lebih belakangan? Ah, sudahlah.
Orang yang memiliki komitmen tinggi pada waktu, akan merasa sangat bersalah ketika terlambat hadir pada agenda yang telah ditetapkan. Bahkan ada beberapa orang yang menjadi tidak percaya diri ketika datang terlambat dari waktu yang telah ditentukan.
Sayangnya, orang-orang yang memiliki komitmen kuat untuk tepat waktu sekarang sudah sangat sukar ditemui. Budaya “ngaret” tumbuh subur di antara kita. Kebanyakan orang, lebih memilih untuk datang lebih lambat dari waktu yang telah ditentukan dengan dalih, “mulainya juga suka ngaret jadi mending terlambat saja,” ketimbang datang lebih awal untuk mengefektifkan waktu kegiatan.
Mereka lebih “tega” membuat seseorang menunggu dalam waktu lama daripada bergegas datang ke tempat pertemuan. Ketika ditanya, “maaf saya tadi ada urusan.”
Egois memang. Ketika jawaban itu meluncur begitu saja dari lisan seseorang yang datang terlambat. Seolah hanya dialah orang satu-satunya yang memiliki urusan penting untuk diselesaikan.
Maka pertanyaan yang selalu hadir di benak saya adalah, “memangnya situ saja yang punya urusan? Orang yang menunggui Anda pun sama. Bisa jadi, banyak sekali hal penting yang harus selesaikan, hanya karena ia memiliki komitmen soal waktu, maka ia rela mengesampingkan hal lain dan memprioritaskan janji yang telah dibuat. Sungguh, ia telah berusaha menghormati Anda, tetapi sayangnya Anda tidak.
Andai saja semua orang berusaha untuk hadir tepat waktu, tidak ada lagi orang yang merasa dirugikan. Tidak akan ada agenda yang terlewat. Semua orang bisa melanjutkan rencana masing-masing yang telah dibuat berurutan. Time schedule yang sudah disusun sedemikian rupa.
Namun jika satu orang saja terlambat, maka banyak sekali waktu yang terbuang. Agenda jadi molor, hal penting yang harus dilakukan bisa terlewatkan begitu saja. Jika sudah begitu, maka siapa yang salah? Si tukang ngaret, atau yang punya disiplin tinggi yang terlalu bodoh dan bersedia datang begitu tepat waktu?
Dari bahasan ini saya hanya ingin mengulangi kalimat yang sering dikatakan oleh orang banyak di luar sana. Bahwa hal paling berharga yang diberikan seseorang melebihi apapun, adalah waktu.
Tidak ada yang bisa membeli atau menggantinya. Jika telah terbuang, maka siapa yang bisa mengembalikan berbagai peluang, ribuan kesempatan, dan hal penting yang telah dilewatkan ketika seseorang meluangkan waktunya untukmu.
So, ketika kamu gagal datang pada sebuah pertemuan, batal hadir pada sebuah pelatihan atau seminar, ingkar janji pada sebuah kesepakatan, tanpa usaha untuk memberikan penjelasan logis yang bisa diterima dan dimaafkan, fix kamu jahat.
Saran dari saya, jangan sekali-kali menyepakati sesuatu yang tidak benar-benar kita sanggupi. Kalau yakin bisa, katakan bisa. Kalau ragu sebaiknya tidak. Karena banyak orang yang salah kaprah soal janji.
Orang-orang yang hobi ngaret biasa mengatakan, “jika sempat saya ke sana.” Padahal, seharusnya sekuat tenaga untuk membuat sempat.
Jika tekad untuk selalu datang tepat waktu, maka tidak akan ada terlambat yang terlalu. Ia akan mampu menangani kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi.
Lokasi pertemuan jauh, maka ia akan mengukur jarak dan waktu. Menyediakan waktu lebih awal untuk mengatasi kemacetan, mengatasi kemungkinan ban bocor, memutar jalan untuk menghindari jalur lambat dan apapun akan dilakukannya.
Namun jika tidak punya komitmen, jarak tempuh satu jam, ia akan baru berangkat ketika waktu tinggal setengah jam. Ketika lokasi di area macet, ia tidak takut. Ketika kondisi kendaraannya kurang fit, ia pun tidak peduli. Satu-satunya yang ia harapkan dan andalkan adalah, pemakluman dan toleransi dari seseorang yang sedang menunggu menghabiskan waktu sia-sia di tempat janjian mereka.
Dah gitu aja.
+ There are no comments
Add yours