Perempuan Setengah Gila

Estimated read time 4 min read
Share This:
See also  Sesuatu yang Kerap Membuatku Hilang Arah

Perempuan setengah gila

Beban hidup yang terlalu berat membuat perempuan setengah gila. Bukan hanya pundaknya yang harus memikul, kepala dan hatinya pun sering dihantam beban besar yang terpaksa harus dihadapinya sendirian.

Sejak suaminya pergi dengan perempuan lain, ia tidak henti-hentinya mengutuki diri. Menyalakan, menyesali, mempertanyakan, kenapa dan mengapa?

Setiap hari sebelum ia akhirnya pergi mencari penghidupan sendiri, ia duduk berlama-lama di depan cermin.

Cermin usang yang retak karena pernah dilemparnya dengan gelas minum ketika ia merasa benar-benar sudah tidak berguna.

Sekarang bagaimana?

Sekarang ia sudah lebih bisa berdamai dengan keadaan. Lebih menerima bahwa takdir tidak selalu mulus seperti yang diinginkan. Manusia hanya hidup di bawah ketentuan Tuhan. Walau terkadang, amarah masih menyelimuti seluruh hati saat lelah datang menghampiri.

Ya, ia selalu berusaha untuk menerima dan mengikhlaskan takdir.

Lantas, soal suaminya yang dibawa oleh perempuan lain? Apakah itu juga takdirnya yang harus diterima?

Tidak berhenti ia mengutuk dan menyalakan diri sendiri. Alisnya yang tidak pernah dibentuk, pipinya yang tidak pernah disentuh dengan makeup kecuali pelembab dan bedak tipis, bibirnya yang tidak pernah diwarnai dengan warna merah merona.

Ah, tapi ia pun ingat. Bahwa suaminya dulu pernah bicara, bahwa ia bukan ingin perempuan yang dandan berlebihan. Lelaki hanya butuh seseorang yang bisa menjadi penyemangat. Bisa diajak diskusi, debat tanpa baper. Lelaki butuh perempuan tangguh yang cerdas untuk menjadi penyeimbang. Bukan perempuan yang seluruhnya minta tolong dan manja.

Namun ketika dirinya sudah berusaha menjadi apa yang diinginkan suaminya. Ketika ia sudah larut dalam study, kuliah sampai jenjang S2, menyibukkan diri dengan masukan ilmu pengetahuan dan wawasan agar dapat menyeimbangkan dirinya dengan keinginan suami yang ingin bisa berdiskusi banyak hal, kini ia harus merelakan suaminya bersenang-senang dengan perempuan cantik dan lebih memiliki penampilan menarik dibandingkan dengan dirinya.

See also  6 Tanda Perempuan Merasa Nyaman Sama Kamu

Perempuan itu nyaris gila. Memikirkan segala. Tentang sebab akibat dari perselingkuhan yang dilakukan suaminya. Tentang sebab akibat ia mulai ditinggalkan. Tentang sebab akibat, mengapa suaminya lebih memilih perempuan itu setelah apa yang diinginkan suaminya ia ikuti semuanya.

Pertanyaan pun muncul. Apakah menjadi pintar itu harus selalu diiringi dengan perubahan penampilan juga?

Ah, tidak. Ada banyak orang yang bilang, bahwa semakin tinggi pendidikan seorang perempuan maka penampilan dan dandanannya akan semakin sederhana. Semakin enggan berpenampilan terlalu mencolok apalagi dandan secara berani.

Seketika ia pun tertawa. Memandang wajahnya di cermin. Menertawakan dirinya sendiri yang semakin enggan berdandan berlebihan. Menggunakan pakaian pun yang penting rapi dan sopan. Warna-warna yang diambil adalah warna-warna pastel, hitam, abu, putih. Bukan warna merah mudah atau apapun yang terlalu menarik perhatian.

Tawanya belum usai. Ketika ia ingat bahwa perempuan yang menggoda suaminya justru perempuan dengan baju yang berwarna-warni. Pipi ber-blushon tebal. Sangat dibuat-buat jika pipinya itu terlihat merona.

Rok yang terlalu minim. Belahan dada yang terlalu rendah karena mengenakan baju berbentuk V neck yang disengaja. Bau parfum yang begitu menyengat.

Lantas dia kembali mengutuki diri. Rasanya ia ingin marah besar atas ketidak adilan sang suami.

“Bangs*t, siapa yang meminta istrinya menjadi cerdas dan kuliah lagi, hah? Kamu sengaja ya, membuat aku sibuk agar kamu bisa leluasa mencari mangsa? Membiarkan dirimu digoda perempuan seksi dan haus sentuhan pria hidung belang?”

Tangannya mengepal kuat. Satu hantaman dilayangkan ke cermin miliknya.

“Prang!!!”

Cermin pecah berantakan. Tangan terluka berlumuran darah.

“Ha ha ha. Aku sang master bisnis, tidak akan pernah menyerah, meski dilukai oleh perempuan murahan dan bajing*an seperti kalian. Lihat saja akan aku buktikan bahwa aku bisa hidup lebih sukses daripada kalian. Dan kamu lelaki brengs*k, akan aku buat penyesalan yang tidak berujung di hati dan kepalamu,” ucapnya di sela isak tangis.

See also  Sentimen Negatif Dari Sesama Perempuan, Bagaimana Cara Menanggapinya?

Perempuan setengah gila itu megambil tisu, membersihkan luka-luka sayatan kaca. Membersihkan pecahan cermin hingga bersih tak bersisa. Lalu ia bergegas pergi meninggalkan rumah.

Entah kemana tujuannya, yang pasti di hatinya sudah ada tekad yang bulat. Dengan seluruh kekuatan yang ada ia siap menaklukkan dunia meski dengan tangan kosong.

Berbekal kemampuan pengetahuan yang ia dapat di bangku kuliah, akan ia tunjukkan bahwa perempuan yang tidak berdandan menor bisa lebih berkelas daripada mereka yang hanya mengandalkan kecantikan palsunya di hadapan semua pria.

Aku harus bangkit. Aku harus tetap waras. Aku tidak boleh gila. Aku harus jadi pemenang atas semua kekacauan ini!” bibirnya bergumam seolah membaca mantra yang berisikan kekuatan.

 

Share This:
Diantika IE https://ruangpena.id

Author, Blogger, Copy Writer, Content Writer, Ghostwriter, Trainer & Motivator.

Kamu Mungkin Suka

Tulisan Lainnya

+ There are no comments

Add yours