
Menulis itu mudah jika kita menjadikannya sebagai prioritas. Pernah mendengar ungkapan bahwa “sibuk itu palsu, semua tergantung pada prioritas?”
Semua aktivitas, tidak akan pernah benar-benar Anda lakukan jika Anda sendiri tidak berusaha untuk melakukannya. Mengganti sprai yang sudah terpasang selama dua pekan, mencabut rumput di halaman, menemui sanak saudara dan orangtua yang berada di luar kota, atau memenuhi janji bertemu dengan kolega, sampai membayar utang-utang Anda. Jika Anda sendiri tidak memandang bahwa hal tersebut adalah sesuatu yang penting dan memiliki prioritas maka tidak akan Anda upayakan.
Demikian pula dengan menulis. Banyak orang yang katanya ingin bisa menulis, tetapi tidak menyempatkan diri untuk untuk mencoba kemampuannya.
Banyak yang pintar dengan ratusan ide brilian, sudah pandai menulis, tetapi tidak juga menghasilkan tulisan. Ketika seseorang menyarankannya untuk menulis, mereka beralasan belum sempat karena banyak kesibukan.
Saya pun demikian. Hampir selalu memiliki banyak alasan untuk tidak lagi menuangkan ide dan gagasan yang nyatanya selalu ada di kepala. Berbagai kesibukan yang terasa begitu menyita waktu, telah menjadikan saya punya pikiran dangkal; kesibukan menyita waktu saya sampai tidak sempat menulis.
Betapa kepala saya dipenuhi banyak pertanyaan tentang bagaimana saya punya waktu istirahat? Bagaimana saya bisa menyelesaikan tugas-tugas pekerjaan saya di lembaga tempat saya bekerja sebagai kepala sekolah?
Pertanyaan-pertanyaan itu selalu muncul. Termasuk, bagaimana saya dapat menemani putra semata wayang saya setelah saya bekerja seharian? Akan sangat melelahkan bukan, jika saya masih memaksakan diri untuk terus mengasah kemampuan menulis saya?
Akan tetapi, sebuah kalimat yang tadi saya sebutkan di atas, bahwa “sibuk itu palsu, semua tergantung pada prioritas,” begitu menampar saya. Selama saya tidak menyempatkan, maka saya tidak akan pernah menulis sampai kapanpun. Karena nyatanya, kesempatan itu diciptakan bukan hanya ditunggu sampai benar-benar sempat.
Untuk menulis, meluangkan waktu agar dapat melakukannya adalah hal yang tepat daripada terus menunggu waktu luang untuk menuangkan ide yang kadang hanya singgah sesaat di kepala kemudian lupa.
Karena alasan itu, saya mencoba kembali menjadikan aktivitas menulis sebagai salah satu prioritas. Agar saya terus mendapatkan pelajaran berharga. Supaya saya semakin terbiasa dan mendapatkan kualitas tulisan yang lebih baik dari sebelumnya. Termasuk agar karya saya yang berjudul ‘Secarik Pesan Terakhir’ dan ‘Handaru’ segera ada “temannya”. Karena saya percaya bahwa belajar yang membuahkan hasil adalah belajar yang dilakukan secara terus menerus dan berulang.
Saya bukanlah penulis yang serba bisa. Saya hanya seorang penulis pemula yang bercita-cita dapat memberikan manfaat dan berdaya guna. Semoga Anda yang membaca tulisan saya sampai di sini pun memiliki keinginan yang sama.
Mari terus belajar, jangan takut ide kita tidak didengar. Ayo terus berusaha jangan sampai gagasan yang ada di kepala melayang begitu saja di udara. Tuliskanlah walau dalam sebuah paragraf pendek sekalipun. Percayalah, setiap tulisan pasti bertemu dengan pembacanya.
Semoga bermanfaat.