Ruangpena.id| Pelukis terkenal dengan lukisan fenomenal di zamannya. Seniman senior ini telah menutup usia 86 tahun di Yogyakarta, Sabtu (12/8/2023) pagi, dikutip kompas.id.
Lukisannya yang dikabarkan terjual dengan harga yang fantastis senilai Rp1 miliar. Karya tersebut pernah ditampilkan dalam pameran di Bentara Budaya Yogyakarta pada 16-17 Agustus 1998.
Pelukis ini dikabarkan wafat di Rumah Sakit Panti Rapih, Kota Yogyakarta. Dan ini dibenarkan Putra Djoko Pekik, Nihil Pakuril, tentang kabar duka yang menimpanya tersebut.
”Iya benar,” jawabnya, dikutip dari Kompas pada Sabtu pagi.
Biografi Djoko Pekik dilahirkan di Purwodadi, Jawa Tengah, pada 2 Januari 1937.
Kemudian dia melanjutkan studi seni rupa di Akademi Seni Rupa Indonesia (ASRI) di Yogyakarta tahun 1957-1962.
Di Akedemi inilah cikal bakal Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta nantinya.
Selanjutnya berkenaan Gerakan 30 September 1965, ia pernah dipenjara aparat karena dianggap berhubungan dengan Lembaga Kebudayaan Rakyat (Lekra).
Dia kemudian menjadi tahanan politik selama beberapa tahun di penjara Benteng Vredeburg, Yogyakarta.
Momen yang pernah dihadirinya menggunakan kursi roda saat menghadiri upacara pernikahan Kaesang Pangarep dengan Erina Gudono di Pendopo Agung Ambarrukmo, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Sabtu (10/12/2022).
Selanjutnya temannya seprofesi melukis, Nasirun menuturkan, dia sosok orang yang sangat mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan dalam karya-karyanya.
Dia menyebut karya seni almarhum yang baik harus memiliki manfaat, bukan sekadar ekspresi dari senimannya.
”Pak Pekik itu kemanusiaan karena seniman dulu itu kan sandarannya benar. Mungkin definisi seni yang baik itu adalah yang punya kemaslahatan,” ujar Nasirun saat ditemui di RS Panti Rapih, Sabtu.
Dikatakannya sambil menjelaskan sosoknya, ia pernah mendapat pesan kepada dirinya agar melanjutkan perjuangan untuk menghasilkan karya seni yang selalu berkaitan kemanusiaan.
Dalam sejumlah kesempatan, dirinya bersama Pekik, dan beberapa seniman senior lainnya, pernah bilang bahwa orang hanya akan dikenang jika berjuang dengan sandaran kemanusiaan.
Pada masa sekarang nilai-nilai kemanusiaan menjadi sesuatu yang sangat mahal.
”Hari ini mungkin kemanusiaan itu menjadi barang yang sangat mahal. Itu yang almarhum selalu tekankan setiap ketemu. Beliau selalu bilang, teruskan-teruskan,” ujar Nasirun.
Menurut pandangannya, Djoko Pekik juga memiliki ruang seni di Yogyakarta yang tidak hanya digunakan untuk pameran seni rupa.
Di tempat itu sering digelar pentas seni pertunjukan dan diskusi. Di samping itu, seniman itu juga menunjukkan keberpihakannya kepada kesenian tradisional.
”Pak Pekik punya kepedulian kepada kesenian-kesenian tradisi. Ini sesuatu yang luar biasa dari sosok almarhum,” ungkap Nasirun.
Dalam berbagai kesempatan, Djoko Pekik kerap berpesan agar meneruskan perjuangan untuk menghasilkan karya seni tentang kemanusiaan.
Kurator seni rupa, Kuss Indarto mengatakan, Djoko Pekik merupakan seniman penting karena berhasil melahirkan masterpiece dengan karya fenomenal Berburu Celeng.
”Tidak banyak seniman yang mampu menciptakan karya hebat atau master piece yang fenomenal yang menohok ingatan publik,” katanya.
Menurut Kuss, lukisan terbaiknya menjadi karya penting bukan karena lukisan tersebut berharga mahal.
Penilaiannya karya yang monumental itu menjadi penanda penting peralihan kekuasaan dari Orde Baru ke masa Reformasi.
”Itu menjadi karya monumental karena menjadi penanda penting kondisi sosial politik yang bergeser dari pemerintah Orde Baru ke Reformasi,” terang Kuss.
+ There are no comments
Add yours