
Harvey Moeis dan Herlina Lim adalah dua sosok kaya raya yang baru-baru ini ditetapkan jadi tersangka oleh Kejaksaan Agung.
Harvey Moeis adalah orang yang punya kekayaan melimpah luar biasa. Moeis mempersembahkan hadiah ulang tahun yang tak mungkin terlupakan oleh sang anak: sebuah pesawat jet sungguhan. Tindakan ini bukanlah sekadar pemberian mainan, melainkan simbol kemewahan yang menjadi ciri khas dari kehidupannya yang super kaya. Sehingga dengan dunianya, tidak ada batasan untuk mewujudkan impian anak-anak mereka.
Harvey, yang merupakan suami dari artis Sandra Dewi, dikenal sebagai orang yang dermawan. “Jika memberi sesuatu kepada orang lain, kadang seolah gak masuk akal, ungkap sang istri, Sandra Dewi dalam sebuah Podcast.
Namun, seberapa besar kekayaan yang dimiliki oleh putra Bangka Belitung ini?
Sementara itu, Herlina Lim menampilkan kemewahan yang tak kalah mencengangkan. Dengan melihat rumahnya yang megah serta isinya yang serba mewah, sulit untuk tidak tercengang. Ia seolah hidup dalam istana yang dipenuhi dengan kekayaan. Diakui oleh banyak orang sebagai sosok “crazy rich” di Pondok Indah Kapuk (PIK), kekayaan Herlina menjulang tinggi di atas langit-langit Jakarta. Bahkan, para pejabat pun harus merangkak korupsi triliunan rupiah untuk bisa setara dengan kekayaannya. Namun, dari mana asal kekayaan yang luar biasa ini?
Namun, takdir berkata lain bagi kedua sosok “crazy rich” tersebut. Mereka akhirnya ditangkap oleh Kejaksaan Agung, mengenakan baju berwarna pink sebagai tanda pengenal mereka. Saat ini, mereka harus menginap di hotel prodeo, di tengah tuduhan terlibat dalam bisnis tambang ilegal di pulau Bangka Belitung, yang merupakan penghasil timah terbesar di Indonesia.
Namun, Harvey dan Herlina hanyalah dua dari banyak tersangka yang ditangkap. Pejabat Antam, pejabat daerah, dan sejumlah tokoh lainnya juga ikut terlibat dalam jaringan bisnis ilegal ini. Kerugian negara akibat aksi mereka diperkirakan mencapai Rp271 triliun.
Modus operandi ini telah berlangsung cukup lama, dengan backing yang kuat dari elite Jakarta dan jaringan korupsi yang melibatkan jenderal dan elit lokal. Namun, berkat upaya Kejagung di bawah pimpinan Burhanudin, “mafia tambang” akhirnya terungkap dan diadili.
Namun, pertarungan belum berakhir. Para tersangka yang kaya raya ini memiliki kekuatan finansial yang tak terbatas, sehingga mampu menyogok siapa pun dan menyewa pengacara “spek dewa” ke persidangan. Mereka juga bisa mendekati hakim dan penuntut umum, bahkan bila dijatuhi hukuman, hukumannya mungkin tidak seberat yang diharapkan. Namun, kita tetap berharap agar mereka dihukum sesuai dengan perbuatan mereka, dengan seluruh harta kekayaannya disita sebagai hukuman yang pantas. Meskipun, harapan ini mungkin terasa sedikit pesimis karena berbagai pengalaman yang sering terjadi di dunia hukum kita.
Kita kembali menengok kepada Harvey Moeis dan Herlina Lim, dua sosok “crazy rich” yang hidup dalam dunia kemewahan. Bagi kita yang hidup dari hasil kerja keras, kemewahan mereka terasa sejauh langit dari bumi. Namun, kita gak usah pesimis apalagi iri dengan yang mereka punya. Kita patut bangga dan moga jadi teladan karena mencapai keberhasilan dari jerih payah sendiri. Namun, ketika kekayaan didapatkan melalui cara yang tidak halal alias ilegal, itu bukan lagi kisah yang indah. Seperti halnya dalam politik, menang dengan cara yang tidak fair membuat semua terasa hampa.
Padahal prinsip Islam mengajarkan bahwa harta yang diperoleh dengan cara yang halal akan memberikan keberkahan. Kekayaan itu seharusnya bermanfaat bukan hanya untuk diri sendiri dan keluarga, tetapi juga bagi orang lain, terutama mereka yang membutuhkan. Ingat, di dalam kekayaanmu terdapat hak fakir miskin.
Oleh karena itu, di akhir ramadhan ini, jangan lupa untuk membayar zakat fitrah dan zakat mal agar keberkahan senantiasa menyertai kita semua.
Wallahu ‘alam bis shawab!