
Mah Amel Melayani Pembeli (Sumber : Dokumen Pribadi)
Penjaja sayur setiap pagi itu biasa dipanggil Mah Amel. Dia adalah pahlawan nutrisi di desa kami khususnya bagi keluarga kami. Orang sekitar sangat terbantu atas pekerjaan Mah Amel ini. Selain keluarga bisa hemat, Mah Amel melayani transaksi dalam jumlah kecil. Orang-orang di desa tampaknya akan jarang menggunakan teknik foodprep untuk memenuhi nutrisi keluarganya karena beberapa alasan.
Saya adalah seorang perempuan yang tinggal di desa. Saya telah berkeluarga dan memiliki satu orang anak. Seperti yang banyak orang ketahui, kehidupan di desa layak dihuni untuk keluarga kecil yang ekonominya belum stabil seperti kami.
Jika diukur dengan zaman dan media sosial, saya adalah perempuan yang masuk ke dalam golongan generasi Z. Biasanya, jika dilihat di media sosial sekarang ini, perempuan seusia saya ketika berumah tangga, akan mempersiapkan banyak hal sebelum menikah. Dari proses pembentukan parenting, cara bersosialisasi, cara memenuhi kebutuhan pangan keluarga, hingga tatanan isi kulkas di rumah, dan banyak lagi pembahasan cara hidup masa kini di media sosial.
Dalam berkeluarga, siapa yang tak tahu teknik foodprep?
Teknik foodprep ini mengajarkan kita untuk mempersiapkan menu keluarga yang telah dipersiapkan da dijadwalkan dalam jangka waktu tertentu. Misalkan belanja untuk kebutuhan lima hari makan keluarga, atau belanja makanan secara mingguan untuk menghemat pengeluaran.
Menurut banyak influencer, cara ini memangkas anggaran lebih efektif daripada beli bahan makanan setiap hari.
Tapi di sini ada tidak ya, ibu-ibu yang memang menu makanan keluarga dan menu makan anaknya ditentukan oleh penjaja sayuran? Biasanya ada yang lewat atau penjual sayur di warung sekitar rumah. Saya adalah perempuan yang tidak melakukan foodprep, karena terbiasa membeli sayur segar setiap hari.
Saya biasa menentukan menu makanan keluarga sewaktu berada di tempat penjual sayuran saja. Bagaimana anggaran hari itu cukup dan diperhitungkan, bisa memenuhi kebutuhan makan tiga orang anggota keluarga. Saya biasa membeli sayur di warung sembako samping rumah, disana menjajakan banyak kebutuhan primer manusia.
Kita bisa menemukan kebutuan kebersihan rumah, kebutuhan makan dan bumbunya, jajanan anak, kue-kue basah dari pasar juga bisa kita jumpai. Pemiliknya adalah seorang ibu beranak satu, dia masih muda tapi semangatnya sangat membara. Orang-orang menyebutnya Mah Amel, ia setiap hari sebelum subuh sudah membuka gerainya. Bahkan saat puasa, dari sahur dia membuka warung, berjaga-jaga kalau orang sekitar membutuhkan sesuatu yang darurat pada saat sahur.
Mah Amel membuka warung sebelum subuh, karena dia akan menjajakan gorengan dan makanan kecil untuk sarapan di warung. Setelah menjajakan menu sarapan, ia berangkat ke pasar yang jauhnya kurang lebih lima atau enam KM. Biasanya, ia menghabiskan waktu tidak sampai 2 jam berkeliling dan bertransaski di pasar membeli banyak kebutuhan pokok.
Mah Amel adalah penjaja sayuran yang berangkat setiap hari ke pasar, ia menerima berbagai pesanan. Dari mulai bumbu instan, obat-obatan, makanan, perabot, dan apa saja yang sekiranya ada di pasar, ia terima. Meski hidup di desa, tak selamanya kebutuhan hidup terpenuhi begitu saja dari hasil bumi, ibu- ibu tetap membutuhkan tempe dan tahu, atau daging segar dalam porsi kecil untuk memenuhi nutrisi keluarga di hari itu.
Ibu-ibu di desa nampaknya akan jarang menggunakan teknik foodprep ini. Karena saya lihat, orang-orang akan setiap hari datang ke warung Mah Amel, sebab jika orang-orang melakukan foodprep, mereka akan belanja seminggu atau dua minggu sekali, tapi dalam jumlah yang banyak. Uniknya, setiap hari dan setiap pagi, orang-orang akan menunggu di halaman warung untuk menyerbu sayuran segar yang ia bawa dari pasar.
Mah Amel selalu membawa sayur segar dari pasar, ia juga sering menjembatani kalau ada orang desa yang akan menjual dalam skala besar, ia tampung di warumg atau dijual ke pasar dini hari. Mulai dari labu, mentimun, hingga bawang daun. Siapa saja yang membutuhkan, bisa membeli melalui Mah Amel saja, tak perlu mencari penjual bawang di kampung, atau membelinya ke pasar.
Mengingat akses kita ke pasar masih jauh, dan memakai kendaraan pribadi pun nampaknya habis di ongkos. Mah Amel sangat membantu bagi ibu-ibu di desa yang mungkin hari itu hanya butuh sebungkus garam dan satu buah tempe. Keberadaan Mah Amel sangat membantu warga untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari.
Masyarakat desa dengan keseharian dan pendapatan yang bisa dibayangkan, nampaknya masih jarang yang menggunakan metode foodprep, termasuk saya. Penjaja sayuran setiap hari seperti Mah Amel ini, memudahkan orang-orang yang hanya butuh ikan asin saja, atau yang hanya butuh sebungkus tahu saja, tanpa harus jauh-jauh ke pasar. Jadi, bagaimana cara ibu mempersiapkan dan memenuhi nutrisi keluarga di rumah? Pakai teknik foodprep atau tidak?