
Leo Tolstoy, sosok raksasa dalam dunia sastra Rusia, bukanlah orang miskin. Dia tidak pernah menjadi seorang pengemis atau tunawisma. Justru, ia hidup dalam kemakmuran yang melimpah. Namun, Tolstoy memilih jalur kesederhanaan, sebuah jalan yang jarang dipilih oleh orang-orang yang berada dalam posisi kekayaan yang sama dengannya. Dia memilih untuk menyumbangkan hartanya untuk membantu orang-orang yang miskin dan membutuhkan.
Tolstoy tidak hanya dikenal karena karya-karyanya yang megah, seperti “War and Peace” dan “Anna Karenina,” tetapi juga karena filosofi hidupnya yang sederhana dan penuh makna. Salah satu kutipan terkenalnya, “Jangan banyak bicara denganku tentang agama, tetapi ijinkan aku melihat agama dalam perilakumu,” mencerminkan keyakinannya akan pentingnya tindakan nyata dalam menjalani kehidupan beragama.
Kata-katanya yang lain, “Jika kamu merasakan sakit itu berarti kamu hidup, tetapi jika kamu merasakan sakit orang lain, kamu adalah manusia,” menyoroti empati dan kepedulian Tolstoy terhadap penderitaan sesama manusia. Dalam karya-karyanya dan kehidupannya, Tolstoy mengajarkan bahwa kekayaan sejati tidak terletak pada jumlah harta yang dimiliki, tetapi pada kemampuan untuk merasakan dan membantu penderitaan orang lain.
Leo Tolstoy adalah salah satu dari banyak tokoh besar dalam sejarah yang tetap dikenang hingga saat ini. Mengapa mereka terus dikenang? Karena mereka tidak hanya berbicara, tetapi juga bertindak sesuai dengan kata-kata mereka. Contoh lain seperti Mahatma Gandhi dan Bunda Teresa juga menunjukkan hal yang sama. Mereka tidak hanya mengajarkan nilai-nilai kesederhanaan dan empati, tetapi juga hidup sesuai dengan nilai-nilai tersebut.
Namun, zaman telah berubah. Ketika kita berbicara tentang kesederhanaan, terkadang yang terlihat adalah mobil mewah, tas-tas merek ternama seperti Alpard, Hermes, Gucci, atau Armani. Ironisnya, banyak orang yang percaya bahwa memiliki barang-barang mewah ini adalah tanda dari keberhasilan dan kebahagiaan. Mereka bahkan cenderung memuja kekayaan dan kegemerlapan, tanpa memperhatikan nilai-nilai sejati yang seharusnya dihargai dalam kehidupan.
Ketika kita memandang kembali pada tokoh-tokoh seperti Tolstoy, Gandhi, dan Bunda Teresa, kita diingatkan akan pentingnya hidup sederhana dan berempati. Mereka adalah teladan dari kesederhanaan yang sejati, memperlihatkan bahwa kekayaan sejati bukanlah tentang memiliki segalanya, melainkan tentang memberi kepada orang lain dan hidup dalam kedamaian batin. Kita dapat belajar dari mereka bahwa kebesaran seseorang tidak diukur dari harta benda yang dimiliki, melainkan dari kebaikan hati dan kepedulian terhadap sesama.