Kerinduanku

Estimated read time 3 min read
Share This:
See also  Bangkit

Kerinduanku

Ma, bolehkah aku bicara tentang kerinduanku? Akhir-akhir ini aku sering mendengarkan lagu yang liriknya membuat hatiku terpaku dan bisu. Aku tercengang ma, bisa-bisanya ya ada lagu semenusuk ini. Tak ku sangka, lagu yang terdengar sangat sederhana ternyata menyasar pasarnya dengan bidikan yang sempurna.

Ada kalimat di sebuah buku yang pernah kubaca, sangat menyayat.
“Komedi yang diputar berulang tak pernah membuatku kembali terbahak-bahak, tapi kesedihan yang terulang akan selalu terdengar menyakitkan dan menyesakan” begitu kira-kira penggalannya.

Setelah Kunto Aji dengan lantunan berjudul Pilu Membiru-nya, kini ada Sal Priadi yang telah membantu aku menyampaikan perasaanku pada dunia. Beberapa waktu yang lalu aku menghubungi kakak tertuaku dan bilang “Seandainya ada mama, kita sekarang bagaimana ya?”

Padahal sering sekali aku bertanya pada diriku sendiri dan tak pernah menemukan jawabannya. Hal lucu setelah mendengar penggalan liriknya adalah, aku yang setiap melihat bunga selalu berbisik pelan, “Ma, sepertinya di salah satu bunga ini memang ada senyumanmu. Karena di antara mereka ada yang paling merekah, aku yakin itu mama”

Aku hanya memandangi bunganya dan aku nggak petik apapun kok, karena aku tahu mama suka bunga.
Kata Sal di lagunya, “Tiba-tiba mekar di taman meski bicara dengan bahasa tumbuhan ceritakan padaku bagaimana tempat tinggalmu yang baru.”

Ma, duniamu yang baru pasti lebih lega kan? nggak perlu ngurusin anak bandel kaya aku, di sana mama tinggal tidur dan pakai baju bagus tiap hari. Gak perlu pakai daster lusuh dan tambalan sana sini, aktivitas mama juga pasti sesukanya aja di sana, nggak perlu bikin nasi kuning dan kroket atau bubur kacang lagi untuk mengajari kami bagaimana cara mengelola uang. Kami disini banyak belajar mengenai ekonomi ma, terima kasih atas pembelajarannya yang meskipun sangat singkat.

See also  Lirik Lagu Kenangan: Jangan Kau Ragu Akan Cintaku

Mama sekarang nggak sakit lagi, mama ngggak perlu bolak-balik bidan karena disana pasti mama sehat dan bahagia selamanya. Mama makan sepuasnya di sana ya, gak perlu lagi makan nasi dengan sangrai telur tanpa garam. Bahagia di sana ya ma, pasti mama banyak temennya, nggak kesepian.

Maaf ya ma, aku disini belum benar-benar jadi manusia yang mungkin mama harapkan. Masih banyak salah, dosa, dan usaha-usaha untuk kebaikan yang kadang caranya masih salah. Kehidupan telah mengguruiku ma, di setiap inci langkahku hari ini ternyata memang sangat membutuhkanmu.

Hari ini aku sudah jadi ibu dari cucumu. Teringat betul aku yang dulu pertama kali mengalami fase menstruasi seumur hidup tepat seminggu setelah mama tutup usia, saat itulah aku merasa terlahir menjadi wanita namun mama baru saja menutup mata dan usia. Waktu itu aku tak mengerti bahwa hidup tanpamu akan seburuk ini.

Dunia telah menuntun dan mengajariku banyak hal ma, termasuk cara membangun kekuatan bagaimana caranya aku menjalani sisa hidup tanpamu.

Share This:

Kamu Mungkin Suka

Tulisan Lainnya

+ There are no comments

Add yours