Jangan hanya dapat dahaga, puasa harus lah benar-benar diajalankan dengan penuh keimanan dan kepatuhan terhadap ajaran-Nya. Banyak orang yang dengan mudah melakukan ibadah puasa karena memang sudah sangat terbiasa menahan lapar dan dahaga. Karena kerap sibuk bekerja, lapar dan dahaga siang hari sudah sangat terbiasa. Bahkan rasanya sudah lupa. Apalagi mereka yang pergi pagi pulang petang. Tubuhnya sudah terpola.
Akan tetapi apa kabar dengan ketaatannya dalam menjalankan ibadah wajib yang lain? Sebab puasa sekali lagi bukan hanya tidak makan minum sepanjang hari. Namun soal perbaikan kualitas ibadah itu sendiri. Dapatkah ia menahan hawa nafsunya untuk tidak berbuat tindakan tercela yang bermuatan dosa?
Sebab banyak yang berpuasa tetapi masih saling menggunjing satu sama lain. Masih melihat hal yang haram dilihat. Melakukan maksiyat bahkan dengan sengaja menunda dan meninggalkan kewajiban solat lima waktu; ibadah yang paling pertama akan dihisab di akhirat kelak.
Bicara soal solat, ibadah ini adalah tiang agama. Apa gunanya puasa jika solatnya ditinggalkan? Mendapatkan apa atas puasa kita selain haus dan dahaga?
Ini bukan lah nasihat untuk pembaca. Melainkan pengingat diri yang masih belum bisa memperbaiki diri. Jangankan menjadi teladan untuk orang lain. Mendisiplinkan diri saja agar menjalankan puasa sebenar-benarnya, mengumpulkan pahala di bulan yang dijanjikan jika melakukan ibadah dan kebaikan pahalanya dilipat gandakan. Rasulullah Saw. bersabda, “Barang siapa pada bulan ini mendekatkan diri (kepada Allah) dengan satu kebaikan, ia seolah-olah mengerjakan satu ibadah wajib pada bulan yang lain.” Tidak kah tertarik dengan janji ini?
Kita belum tentu bisa berumur panjang. Tidak ada pula jaminan bahwa sisa usia kita akan seluruhnya bermanfaat dan menjadikan bekal kematian sebagai pemberat amalam.
Maka, mari mumpung bulan suci Ramadan, kita saling mengingatkan dalam menjalankan kebaikan. Bukankah sebaik-baiknya teman adalah mereka yang mengajak kita kepada ketaatan?
Andai teman baik kita sudah lelah berhenti mengingatkan karena ajakannya selalu diabaikan, maka berkuranglah satu kawan yang mengajakmu mendekat kepada surganya Allah SWT.
Jangan pernah sia-siakan mereka yang masih rajin dan berusaha mengingatkan. Itu adalah pertanda bahwa rasa sayangnya begitu dalam untukmu. Jangan sampai mereka bosan mengingatkan bahkan mendoakanmu.
Jika ibadah terasa begitu sulit. Mulailah merasa khawatir. Jangan-jangan Allah memang sudah sangat jauh dari diri kita. Jangan merasa tenang. Lekas-lekas lah memohon ampunan dan meminta hidayah.
Karena hidayah itu bukan serta merta turun begitu saja. Melainkan dijemput dengan penuh kesadaran seorang hamba.
Saya pun di sini berdoa untuk diri saya sendiri. Semoga ketaatan dan hidayah itu senantiasa mengelilingi diri ini. Karena sangat mengerikan jika sampai saya mati dalam keadaan jauh dari Allah. Mau apa yang disampaikan nanti sebagai jawaban ketika ditanya, ‘digunakan intuk apa saja usiamu selama hidup di dunia?’ nanti.
Maka matilah kita dalam kebaikan. Setidaknya dalam keadaan sadar bahwa Allah lah yang selama ini memberikan kita hidup, rejeki, nyawa, dan segala kenikmatan yang kita dapatkan. Semoga apa yang menjadi milik kita ini adalah kasih sayang Allah. Bukanlah sebuah istidraj, yanga merupakan bentuk tipu daya dari Allah SWT yang diberikan kepada seseorang yang sering melakukan maksiat dan jarang beribadah, namun hidupnya terus dilimpahi kenikmatan. Naudzubillah hi mindzalik. Semoga Allah menjauhkannya dari kita semua.
Mari saling mengingatkan. Mari saling mendoakan. Semoga Ramadan ini kita dapat mengumpul banyak pahala dan keberkahan. Bukan hanya mendapatkan dahaga dan rasa lapar belaka.
Wallahu ‘alam bishowwab.
+ There are no comments
Add yours