
Ekspresi Ketika Debat Soal Politik di Medsos
Di tengah panasnya suhu politik belakangan ini, media sosial jadi semacam “medan perang” yang tidak pernah tidur. Setiap hari, kita disuguhi debat panjang di kolom komentar, saling sindir di status, bahkan perang meme antar kubu. Kadang seru, tapi sering juga bikin capek hati.
Yang jadi masalah, perbedaan pendapat sering berubah jadi permusuhan. Padahal, bukankah beda pandangan itu hal yang wajar dalam demokrasi? Sayangnya, banyak dari kita yang lupa bahwa kritis itu penting, tapi fanatisme yang membabi buta justru bisa jadi bumerang.
Kenapa Kita Harus Tetap Kritis?
Kritis itu bukan berarti nyinyir, bukan pula berarti benci. Kritis artinya peduli. Artinya kita nggak asal telan mentah-mentah semua informasi, kita berani bertanya, mencari tahu, dan menilai dengan kepala dingin.
Politik itu menyentuh hidup kita sehari-hari mulai dari harga bahan pokok, pendidikan, pekerjaan, bahkan kebebasan berpendapat. Kalau kita cuek, bisa jadi kebijakan yang merugikan lolos begitu saja. Tapi kalau kita peduli, setidaknya kita bisa jadi bagian dari pengawas dan penggerak perubahan.
Bahaya Fanatisme dan Polarisasi
Fanatisme bikin kita kehilangan logika. Segala hal yang dilakukan “jagoan” kita dibenarkan, seburuk apa pun. Sementara apa pun yang dilakukan “lawan” selalu salah di mata kita. Akibatnya? Diskusi sehat nyaris mustahil, dan relasi sosial jadi korban.
Polarisasi bikin kita gampang percaya hoax, alergi terhadap fakta yang berbeda dari keyakinan kita, bahkan bisa sampai memutus silaturahmi hanya karena beda pilihan politik. Padahal, politik itu dinamis tapi hubungan baik antar manusia harusnya tetap jalan.
Bagaimana Caranya Tetap Kritis Tanpa Ikut Toxic?
Ada beberapa hal sederhana yang bisa kita lakukan:
1. Saring sebelum sharing.
Jangan asal sebar info, cek dulu sumbernya. Kadang satu klik bisa menimbulkan kekacauan yang nggak perlu.
2. Fokus pada isu, bukan semata tokoh.
Tanya: “Apa kebijakan yang dibawa?” bukan cuma “Siapa orangnya?”
3. Diskusi, bukan debat kusir.
Tujuan diskusi itu saling memahami, bukan saling menjatuhkan. Kalau udah mulai panas, mending tarik napas dulu.
4. Pilih konten edukatif.
Banyak akun yang bahas politik dengan cara yang netral dan informatif. Pilih yang membuat kamu makin cerdas, bukan makin marah-marah.
5. Jaga empati dan etika digital.
Di balik layar itu manusia juga, Hormati meskipun berbeda pandangan.
Kita tidak perlu jadi politisi untuk ikut peduli. Jadi netizen yang cerdas, kritis, dan tetap waras itu juga kontribusi yang penting. Politik seharusnya jadi ruang untuk belajar bersama, bukan ajang saling menjatuhkan.
Anak muda punya peran besar dalam membentuk arah bangsa. Tapi itu baru bisa terjadi kalau kita tetap berpikir jernih, berhati luas, dan berani bersikap adil bahkan pada yang berbeda pandangan sekalipun.