Makin tua makin jadi. Ungkapan ini sering kita dengar sebagai ungkapan negatif tentang seseorang yang memiliki perilaku buruk, tetapi bukannya semakin membaik, semakin ia tua maka semakin menjadi lah perilaku buruknya itu.
Namun lain halnya dengan ibu-ibu majelis taklim Masjid Qudwah Solokanjeruk. Ungkapan makin tua makin jadi justru ditunjukkan dengan sikap positif dan menginspirasi. Semakin banyak usia mereka maka semakin menjadi kecintaannya terhadap kitab suci Alquran. Membaca, mempelajari dan memperbaiki bacaan.
“Ngaderes sareng ngalereskeun bacaan. Tahsin, tajwidz, sareng sajabina (membaca dengan rajin dan memperbaiki bacaan. Tahsin, tajwidz dan lainnya),” ungkap ibu Hajah Evi sebagai salah satu inisiator kegiatan Ta’limul Qur’an di Masjid Qudwah Rancakasumba Solokanjeruk kabupaten Bandung.
Perempuan-perempuan hebat paruh baya hingga usia senja begitu bersemangat menghadiri kajian ilmu Ta’limul Qur’an setiap Sabtu petang. Membuat timbul perasaan malu sendiri ketika menyadari bahwa usia yang masih terbilang muda ini malah bermalas-malasan menghabiskan waktu tidak karuan. Berdalih lelah dengan kesibukan padahal apa yang bisa dibanggakan dari kelelahan dunia?
Lihatlah ibu-ibu majelis taklim masjid Qudwah yang selalu konsisten mempelajari dan membaca Alquran sama-sama itu. Semakin tua semakin jadi kecintaannya kepada kitab suci Alquran. Malu lah kita atas kelalaian dan rasa malas yang kerap menguasai.
Ah, jangankan di medan perang, melawan malas pun begitu jarang menang.
“Memang power of Ema Ema. Mereka lebih militan dari pada Bobotoh. Hujan tiris tunduh cape, siap siaga demi Islam. Hidup Ema Ema militan. Allahu akbar!” kata salah satu jama’ah mengungkapkan rasa kagumnya.
“Keren, ibu-ibu pemburu pahala,” kata yang lainnya.
“Semangat terus ibu ibu ini ga pernah kendor,” ungkap Asep Sukmana salah satu jamaah yang sering menjumpai dan menyimak langsung aktivitas ibu-ibu hebat tersebut.
Kajian serupa memang tentu saja banyak kita temukan di tempat lain. Bukan hanya dilakukan oleh ibu-ibu Majelis Taklim Masjid Qudwah saja. Bukan hanya Hajah Evi dan kawan-kawannya.
Namun tidak kah semangat tolabul ilmi yang masih berkobar di dada mereka yang sudah berusia senja turut membakar semangat kita yang masih muda untuk turut membangkitkan kecintaan kita kepada Alquran?
Tamasya saja butuh bekal. Apakah perjalanan panjang yang akan kita tempuh kelak setelah kematian pun tidak memerlukan bekal?
Mari ikuti jejak pada ibu-ibu militan itu. Mari turut memperbaiki bacaan Alquran kita.
Rasulullah SAW. bersabda: “Siapa saja membaca satu huruf dadi Kitabullah (Alquran) maka dia akan mendapat satu kebaikan. Sedangkan satu kebaikan dilipatkan kepada sepuluh semisalnya. Aku tidak mengatakan alif lâm mîm satu huruf. Akan tetapi, alif satu huruf, lâm satu huruf, dan mîm satu huruf.” (HR At-Tirmidzi).
Semoga bermanfaat.
+ There are no comments
Add yours