Pernah kah berpikir dan bercita-cita, jika kita bisa menjadi guru yang bisa diandalkan? Menjadi panutan bagi para siswa, dan disenangi oleh banyak orang karena jasa kita.
Jangan sampai terdengar kalimat semacam, “guru masa gitu?” di telinga kita gara-gara kita tidak bisa menunjukkan sikap yang mencerminkan seorang guru.
Seorang guru atau pendidik selayaknya menjadi sosok yang senantiasa dirindukan oleh siswanya, dipercaya oleh para orangtua untuk menjadi partner mendidik anak mereka, serta menjadi suri tauladan untuk banyak orang.
Perkataan. “guru masa gitu?” hanya didapatkan oleh mereka yang enggan belajar dan asal-asalan dalam menjalani profesi guru.
Jadi guru itu mudah sekaligus tidak juga menjadi mudah. Tidak seperti profesi lain, menjadi guru bukan hanya mengandalkan keahlian dan pemahaman tentang segala sesuatu sesuai bidangnya, seperti layaknya seorang akuntan yang paham betul tentang ilmu akuntansi. Namun jika dijalani dengan hati dan ketulusan maka menjalani tugas sebagai guru akan sangat menyenangkan dan membuat rasa tenang tersendiri.
Selain menguasai ilmu paedagogik yang di antaranya penguasaan materi dan teori pembelajaran, penguasaan kurikulum, pemahaman terhadap karakteristik siswa sampai dengan tindakan evaluasi, dalam pendidikan, seorang guru harus memiliki kompetensi lain yang wajib dimiliki oleh seorang guru. Tanpa kompetensi lain yang melengkapi kemampuan paedagogik tadi, guru tidak akan mampu menjadi guru profesional yang dapat digugu dan ditiru.
Dengan kesiapan hati maka potensi lain yang seharunya ada akan berkembang dengan sendirinya pada pribadi seorang guru.
Ingin menjadi guru yang bisa diandalkan? Kenali kembali kompetensi wajib yang harus dimiliki oleh seorang guru setelah kompetisi paedagogik.
1. Kompetensi kepribadian
Kompetensi kepribadian adalah segala sesuatu yang mengangkut tentang akhlak seorang guru. Kompetensi ini lah yang sangat menentukan bahwa seorang guru patut dijadikan teladan atau tidak oleh siswanya, oleh teman sejawat, dan oleh masyarakat di sekelilingnya.
Seorang guru yang tidak menghayati kompetensi ini dengan hatinya maka tidak akan menjaga tindakannya. Karena kompetensi kepribadian itu sendiri meliputi,
a. Bertindak sesuai dengan norma agama
b. Menampilkan diri menjadi pribadi yang dapat diteladani oleh peserta didik dan masyarakat dan berakhlak mulia
c. Menunjukkan etos kerja yang tinggi, disiplin, rasa bangga, dan percaya diri
d. Menunjukkan pribadi dewasa, arif dan bijaksana
e. Menjunjung tinggi kode etik profesi
2. Kompetensi sosial
seorang guru harus memiliki kompetensi sosial yang matang. Tidak pemalu, tidak diskriminatif, memiliki kemampuan komunikasi yang efektif baik dengan siswa, orangtua dan wali siswa, maupun dengan teman sejawat, atasan dan masyarakat.
Hati-hati, jika guru sudah mulai berpihak, maka tujuan pendidikan tidak akan tercapai dengan sempurna. Karena tidak jarang, ketika ada seorang anak dengan perilaku menyimpang malah dibiarkan begitu saja, karena guru tersebut sudah mendapatkan hadiah dari orangtua siswa yang bersangkutan. Siswa yang harusnya diberikan tindakan edukasi atau bahkan konsekuensi, malah dibiarkan karena tidak enak dengan orangtuanya.
3. Kompetensi profesional
Seorang yang profesional berarti seseorang yang ahli di bidangnya. Ketika guru sudah profesional berarti sudah dapat dipastikan jika ia akan mendapatkan sambutan yang baik ketika masuk kelas. Siswa senang dan antusias ketika belajar bersamanya.
Guru profesional tidak akan bingung dan kehabisan cara untuk menyampaikan pengajaran dan pendidikan kepada siswanya. Ia memiliki pemahaman yang mendalam tentang prinsip-prinsip didaktik metodik, serta memahami teknik evaluasi yang tepat pada setiap proses dan pencapaian siswanya.
Tiga kompetensi pendukung yang wajib dimiliki oleg seorang guru tersebut tersebut yang akan melengkapi pribadi seorang guru sehingga menjadi sosok yang ajeg dan menjadi panutan. Tidak hanya paham teori dan bisa mengajarkan materi kepada siswa tetapi bagaimana dengan kehadirannya membuat siswa ingin terus belajar dan belajar, ingin berubah menjadi lebih baik, dan tidak berhenti berkembang dan berusaha.
Siap menjadi guru yang lebih baik? Jangan sampai ada kalimat yang mendarat di kuping kita dari orang-orang di luar sana yang mengatakan, “Guru masa gitu?”
Semoga bermanfaat.
+ There are no comments
Add yours