Guru Kehidupan

Estimated read time 4 min read
Share This:
See also  Andai Saya Sekolah Jam 5 Pagi, Pasti Gak Bisa Bantu Emak Lagi

 

guru

Saat masih sekolah kalian pasti punya guru idola. Biasanya kita akan sangat senang bertemu dengannya. Karena dia yang telah menginspirasi dan menjadi alasan kita kembali bersemangat bersekolah. Sepatutnya kita banyak mengucapkan terima kasih pada mereka, karena pengalaman sekolah kita menjadi sangat berkesan.

Bicara soal guru idola, aku memiliki dua mertua yang profesinya menjadi guru. Mereka diidolakan oleh banyak siswanya, mereka banyak disukai siswa karena karakternya yang menonjol. Mereka beda dari lain, masing-masing memiliki daya tarik yang membuat murid-muridnya mudah menemukan kesan baik pada mereka.

Kedua mertuaku adalah guru sekolah dasar yang mengawali pendidikan dengan berkuliah di bidang pendidikan jasmani, jadi hari ini mereka berkarir sebagai guru olahraga. Apa yang aku ceritakan bukan soal menjadi guru atau karir mereka tapi kehidupan mereka, keseharian  mereka dan cara mereka bermasyarakat.

Aku dan suamiku telah menikah sejak dua tahun yang lalu. Sekarang kami menjalani pernikahan tahun ketiga. Kami sangat melihat betul contoh keluarga yang dipertontonkan oleh keluarga mertuaku. Keluarga yang baik, bentuk sederhana kesempurnaan, hangat, dan penuh cinta.

Bapak mertuaku adalah lelaki yang karakternya sulit ditemui pada laki-laki lain. Jujur aku sering berdebat kecil dengan suamiku mengenai banyak hal, dari kesalahpahaman mengenai cara mendidik dan merawat anak, urusan rumah bahkan finansial. Setelah waktu berlalu aku perlahan menyadari betul bahwa mungkin cara berpikirku adalah menganggap suamiku akan berkarakter sama dengan bapak, tapi pada kenyataannya justru banyak perbedaan.

Banyak pria penganut praktik patriarki di luar sana, mungkin bapak adalah salah satu pria yang menolak hal ini. Bapak yang kukenal selama ini adalah pria yang sangat baik, menyayangi keluarga dan tak pernah bernada keras saat berbicara. Meskipun aku hanya melihat sikapnya di dalam rumah, tapi yang jelas aku bangga atas caranya membangun keluarga.

See also  Sekolah Content Creator

Bapak tidak selalu mengatakan bahwa apa yang kita lakukan salah dan keliru, tapi bapak sering memberi contoh dan memberikan pandangannya sebagai orang tua. Bapak adalah pria serba bisa, tabu baginya melibatkan orang lain selagi ia masih mampu mempelajari jalan keluar suatu masalah. Sejauh aku mengenalnya ia sangat menghargai perempuan, hampir semua pekerjaan rumah bapak kuasai, bahkan bapak orangnya sangat teliti, maka tak heran hasil pekerjaannya akan sangat rapi.

Sedangkan mama mertuaku adalah perempuan hebat. Selain bekerja sebagai guru, mama mertuaku adalah pengrajin hantaran pernikahan dan telah memiliki banyak pelanggan. Ia juga melayani pemesanan kue, apalagi menjelang hari raya atau ketika tetangga akan mengadakan suatu acara mama sering menerima pesanan.

Mama mendidik anak-anaknya dengan sangat baik, mengajarkan bahwa hidup bukan hanya tentang hari ini. Ia menanamkan bahwa kebaikan yang hari ini kita lakukan tidak terbalas instan melainkan tabungan yang akan anak dan cucu kita rasakan. Aku pun menantunya diajarkan demikian, tak peduli bagaimana kita, yang penting selalu menjadi baik setiap harinya.

Seperti guru lain, aktivitas mama dan bapak berjalan seperti biasa.  Setiap hari setelah tunai bekerja mereka pulang ke rumah untuk beristirahat. Terlepas dari bagaimana aktivitasnya sehari-hari, yang kulihat mereka sebenarnya bukan hanya bekerja, tapi dedikasi dan keikhlasan.

Aku banyak belajar dari mereka, bahwa menjadi guru bukan hanya menunjukan pada muridnya bagaimana cara melakukan sesuatu sesuai kurikulum. Melainkan jadi contoh terbaik bagaimana cara menjalani hidup sebagai manusia seutuhnya di dunia. Mampu memperlakukan orang lain dengan baik, menghargai, dan memberi kesempatan.

Jika bekerja dengan keras bertujuan mengumpulkan uang dan membeli sesuatu untuk memenuhi dan menyenangkan diri sendiri, maka itu adalah cara hidup. Sedangkan ketika berpenghasilan cukup dan berbagi pada sesama, maka disanalah manusia merasa hidup. Dari mama dan bapak aku melihat arti bahwa berbagi adalah nilai dan arti kehidupan.

See also  Waspada, Dampak Bullying Bisa Menimbulkan Trauma Seumur Hidup

Tidak jarang mama dan bapak menolong anggota keluarga lain yang membutuhkan bantuan, baik melalui dorongan moril atau materil. Mama dan bapak terkenal baik di lngkunga kita, mereka sering berkontribusi dalam hal memajukan daerah. Pada ajang perlombaan antar kampung misalnya, bapak dan mama akan sangat rela mencurahkan ide dan tenaga mereka tanpa diminta siapapun.

Kedua mertuaku adalah manusia rendah hati, mereka menjadi teladan yang baik bagi kami anak-anaknya. Mereka senang berbagi dan menolong orang lain, bahkan mama sering menceritakan ada anak didiknya yang memiliki kesulitan finansial dan dibantu olehnya. Banyak cerita orang di kampungku yang hidupnya telah dibantu oleh mereka, aku percaya sebab menurutku mereka memiliki hati yang luas.

Kita ingin suatu saat bisa meniru serta mengganti apa yang mama dan bapak lakukan selama ini. Saat ini hanya bisa berdoa suatu saat nanti jika kita dan keluarga kecil nanti sudah bisa seperti mama dan bapak, maka kita akan menjadi lebih baik dari hari ini. Kita sadar bahwa kasih sayang orang tua sepanjang hayat dan tak akan mampu bagi kita untuk membalas segala sesuatu yang pernah mama dan bapak berikan.

Kelak, kita akan meniru bapak dan mama untuk menjadi pembelajar sejati. Kita sebagai orang tua muda layaknya bercermin pada mereka supaya mampu hidup dan menebarkan kehidupan bagi orang lain. Bekerja sekerasnya agar tak bergantung pada orang lain.

Share This:

Kamu Mungkin Suka

Tulisan Lainnya

+ There are no comments

Add yours