Menjadi orang dewasa memang tidak mudah. Bahkan banyak orang yang berangan-angan ingin kembali ke masa anak-anak dimana seluruh waktu hanya dihabiskan dengan bermain, makan minum dan istirahat. Naik level sedikit, kesibukan bertambah dengan belajar dan memikirkan bagaimana caranya mendapatkan nilai bagus di sekolah.
Sedangkan pola hidup orang dewasa jauh dari kata santai apalagi berleha-leha. Banyak hal yang harus diselesaikan karena terikat dengan tugas dan tanggung jawab di pundak. Baik itu tanggung jawab karena kontrak dengan perusahaan tempat bekerja maupun kontrak langsung dengan Allah ketika seseorang dilabeli titel suami/istri dan atau sebagai orangtua bagi anak-anak yang harus dibimbing dan dinafkahi dengan sepenuh hati.
Namun sayangnya kekinian masih banyak orang yang belum sadar akan tugas dan kewajiban. Tidak sepenuhnya sadar bahwa ada hak orang lain atas dirinya ketika sudah menjadi orang dewasa. Hak anak atas pendidikan dan bimbingan ayah. Hak istri atas pendampingan dan penjagaan suaminya. Hak suami atas pengabdian istrinya. Serta hak seluruh anggota keluarga yang menjadi tanggungan seorang yang bertitel kepala keluarga.
Entah karena masa kecilnya belum selesai dan belum kenyang main, banyak orang berusia dewasa tetapi masih memiliki sifat kekanak-kanakan. Jangankan pemenuhan tanggung jawab atas keluarganya, tanggung jawab atas tugasnya sendiri pun kerap lalai karena masih tergoda dengan keinginan ngopi, nongkrong, atau kongkow dengan teman-teman seperti saat dulu muda.
Dunia orang dewasa tentu berbeda jauh dengan dunia anak remaja. Seasik-asiknya pertemuan dengan teman, maka orang dewasa tetap wajib ingat pulang. Tetap harus ingat pada peran dan tanggung jawab utama; ngumpulin pahala, nyari rejeki dan bahagiakan anak dan istri/suami (bagi yang sudah berkeluarga) dan nyenengin ayah dan ibunya bagi para anak yang sayang pada orangtua.
Karena sejatinya orang dewasa harus pandai menakar skala prioritas. Mengurutkan urusan dari yang terpenting sampai kepada yang biasa saja. Mengklasifikasikan aktivitas mana yang mengandung risiko tinggi jika tidak dikerjakan, dan risiko rendah jika ditinggalkan.
Namun ada hal yang lebih penting, yang seharusnya lebih banyak dipilih oleh orang dewasa. Yaitu prioritas urusan yang berhubungan dengan sang Maha Pencipta.
Urusan ini sudah tidak bisa diabaikan lagi. Semisal tanggung jawab seorang ibu kepada anaknya, kewajiban istri kepada suaminya, tanggung jawab ayah dalam mendidik anak-anak serta tanggung jawab suami atas nafkah lahir dan batin istrinya.
Semua orang yang berada dalam lingkup keluarga tidak hanya cukup diurus dengan uang sebagai nafkah lahiriah. Batiniah pun harus tetap terpenuhi dengan cara memberikan rasa aman, perasaan dicintai dan dihormati, rasa aman karena dilindungi dan adanya kehadiran, diajarkan ilmu agama dan lain sebagainya.
Orang dewasa sangat perlu mengesampingkan ego dan keinginan yang sifatnya sementara alias singgah sejenak saja. Sejatinya orang dewasa harus paham, bahwa kadang harus mengorbankan sesuatu untuk menyelamatkan sesuatu yang lainnya.
Kadang harus mengesampingkan keinginan nongkrong dengan teman, demi untuk memenuhi tanggung jawab seorang ayah yang kehadirannya dirindukan oleh anak-anak di rumah. Harus mengorbankan keinginan ikut reuni di hari raya demi agar bisa berkumpul lebih lama dengan keluarga. Seringkali harus menanggalkan seluruh ego dan impian demi sesuatu yang berhukum dosa dan pahala.
Tidak mudah memang. Menjadi orang dewasa itu cukup menyebalkan dan melelahkan. Tak jarang saat ego datang, ingin rasanya berbicara bahwa diri ini punya hak kok untuk bersenang-senang. Diri kita juga berhak kok jadi diri sendiri dan melakukan hal-hal yang membahagiakan diri sendiri.
Namun ternyata tidak selamanya bisa dilakukan sendirian. Kalaupun ingin bersenang-senang, maka bersenang-senanglah dengan orang-orang yang selama ini selalu mengkhawatirkan dan menunggu kita pulang.
Menjadi orang dewasa memang tidak mudah. Namun menunaikan tugas dan tanggung jawab sebaik-baiknya insyaallah akan meringankan beban kita ketika kelak harus pulang ke alam keabadian. Kita bisa belajar untuk melakukan segala sesuatunya karena Allah agar senantiasa tersadarkan bahwa seluruh tujuan hidup adalah untuk beribadah kepada-Nya.
Berada di usia dewasa berarti hitungan usia pun semakin merangkak maju. Bukan lagi saatnya main-main terus, karena urusan dosa dan tanggung jawab adalah hal yang serius.
Jangan sampai menyesal di kemudian hari, waktu terus bergulir. Manfaatkan waktu sebaik mungkin untuk menunaikan amanah yang memang sudah terlanjur menempel di pundak.
Renungan ini ditulis dengan segenap rasa penyesalan karena telah menyia-nyiakan waktu dan kesempatan dalam memenuhi tanggung jawab sebagai seorang yang dikatakan orang dewasa.
Semoga bermanfaat juga sebagai bahan renungan para pembaca. Semoga kita semua dapat memperbaiki diri setiap hari.
+ There are no comments
Add yours