Dukungan orang tua adalah segalanya bagi anak. Sokongan moril, materil dan segala apa yang bisa dilakukan demi kebaikan dan kesuksesan anak adalah hal yang selaiknya dilakukan oleh orang tua pada anaknya. Lagi pula siapa yang ingin anaknya gagal?
Namun nyatanya belum semua orang tua memahami bentuk dukungan terbaik untuk perkembangan anak. Banyak orang tua di luar sana yang masih memanjakan anak sebagai penerjemah rasa sayang.
Mirisnya, ada orang tua yang lebih memilih untuk mendamprat guru karena menegur anaknya di dekolah. Misalkan saja kasus damprat orang tua sampai menyebabkan seorang guru harus kehilangan bola mata karena menegur anak saat merokok di lingkungan sekolah daripada meluruskan apa yang harus diluruskan. Memilih marah kepada orang lain, ketika mendengar anaknya mendapatkan perlakuan tidak menyenangkan tanpa terlebih dahulu bertabayyun tentang apa yang sebenarnya telah terjadi. Pokonya, “semua yang terbaik buat kamu, mama lakukan,” ucapnya.
Salah kaprah ini kadang masih sering dilakukan oleh orang tua yang masih berpikiran sempit dan menyalahartikan kasih sayang dan tanggung jawab pendidikan anak.
Pendidikan anak yang utama ada pada pundak orangtua. Sekolah hanyalah sebagai partner saja. Tempat untuk memberikan pengajaran, sementara didikan sikap, karakter, penguatan mental selaiknya ditanamkan sejak dini semenjak anak dalam kandungan oleh para orang tua di rumahnya masing-masing.
So, ketika datang ke sekolah anak sudah siap belajar dan menerima pelajaran dari ibu dan bapak guru dengan perasaan riang gembira serta menyadari tugansnya sendiri bahwa datang ke sekolah itu memang untuk belajar. Siap dengan aturan yang berlaku, siap bersikap tertib dan berkasih sayang sesama teman, siap taat dan patuh terhadap guru, hormat kepada orang yang lebih tua, karena sudah diajarkan di rumah oleh orangtuanya.
Sedangkan yang terjadi sekarang, orangtua menuntut anak menjadi lebih baik dan penurut kepada orang tua ketika pulang sekolah. Orangtua melimpahkan tanggung jawab penuh pendidikan terhadap guru dan wali kelas di sekolah. Padahal, sekolah adalah tempat belajar, tempat seseorang dididik menjadi manusia seutuhnya. Sekolah bukan lah tempat yang dijadikan tempat menemukan asisten pengasuhan dan penjagaan sepenuhnya.
Ada hal-hal yang memang harus mulai dilatih agar anak lebih berani. Ada yang harus diperbaiki agar lebih disiplin lagi, ada hal yang harus dibenahi agar anak lebih mampu beradaptasi. Di manakah hal itu ditanamkan? Tengtu saja di lingkungan rumah dan sekolah berfunsi sebagai tempat pelatihan.
Dukungan orang tua sangat diperlukan agar perkembangan anak berhasil dengan baik, mendapatkan kesuksesan di masa depannya. Karena dukungan kepada anak bukan soal memberikan segala yang anak mau. Bukan soal membelikan apa yang anak butuh. Bukan soal memastikan anak selalu merasa aman, nyaman dan merasa baik-baik saja. Namun dukungan orangtua adalah tentang bagaimana menjadikan anak memiliki mental terbaik yang mampu menjaga dirinya sendiri ketika tidak lagi bersama orang tuanya lagi.
Makan sendiri dengan rapi, mematuhi aturan di manapun berada, menyayangi teman dan menghormati gurunya, belajar dan berlatih untuk bisa melakukan sesuatu sendiri tanpa bantuan, serta banyak lagi yang sesungguhnya diberikan di sekolah tetapi kerap ditentang oleh sebagian orang tua dengan alasan, “kalau di rumah dia tidak seperti itu.”
Anak berkelahi, sekolah mencarikan penyelesaian dengan melatih anak meminta maaf dan memaafkan. Anak makan berantakan dilatih untuk bisa makan sendiri dengan rapi dan duduk manis. Anak dilatih untuk tidak mengambil milik dah hak orang lain dan sebagainya.
Sekarang, kalau makan saja tetap disuapi di rumah, bagaimana ia di sekolah? Jika berkelahi saja masih harus selalu menang dan orang lain selalu disalahkan, bagaimana anak belajar menerima kenyataan bahwa tidak semua yang diinginkan harus selalu didapatkan?
Mari sama-sama belajar menjadi orangtua yang bijak. Mengantarkan anak untuk sukses tidak berarti selalu memanjakan dan menina bobokan anak. Karena limpahan kasih sayang tidak selalu berbentuk hadiah dan perhatian. Sesekali boleh berbentuk “cambukan” tepat agar anak lebih bisa taat.
Semoga bermanfat.
+ There are no comments
Add yours