
Alumni SPMA Ciamis (sekarang SMKN 1 Cipaku), tentunya tahu Pak Kandar. Salah satu guru yang kesabarannya sangat luas. Beliaulah guru kehidupan yang nyata. Manusia murah senyum dan sangat ramah itu, telah berpulang lebih dulu dan menyisakan banyak kenangan.
Sore hari diiringi rintik hujan di 15 Februari lalu, menyisakan rasa getir yang mendalam. Hari itu saya hampir seharian tidak memegang ponsel, karena saya sedang mengurangi intensitasnya di hadapan anak saya. Sebagai usaha memberi contoh bahwa mengoperasikan ponsel lama-lama itu kurang baik untuk kami.
Awalnya anak saya diberi jatah beberapa menit, lalu saya sengaja memutuskan akses internet karena takut anak saya banyak mengakses yang tidak-tidak, atau menelpon orang. Tanpa saya sadari, tindakan saya itu membuat banyak orang yang ingin menghubungi menjadi sulit, dan informasi penting saat itu tidak saya dapatkan secepat orang lain. Saya mengeluarkan dan membuka ponsel dari lemari, mengaktifkan internet di sore hari. Setelah anak saya cukup anteng dengan mainan barunya.
Saya lantas membuka aplikasi pesan singkat, dan membuka banyak pesan dari teman sebaya dan juga rekan alumni. Mereka mengabarkan dan menyebarkan informasi, bahwa salah satu guru terbaik kami di SMK, yaitu Pak Kandar, telah meninggalkan kami untuk selama-lamanya.
Dulu, saat saya masih SMK, saya tidak suka dengan kebiasaan teman saya yang sedikit-sedikit memotret, sedikit-sedikit ambil ponsel dan merekam. Akan tetapi, ternyata hal itu menjadi sesuatu yang menjadi alasan mengapa saya harus berterima kasih pada mereka sampai hari ini.
Saya pernah menemukan tulisan dari salah satu pakar fotografi yang bunyinya seperti ini, “Cerita mungkin bisa sangat kuat untuk menjelaskan sesuatu di masa lalu, tapi foto dan tulisan sangat diperlukan untuk membuka memorinya.” Salah satunya, foto ini yang diambil saat kami akan berfoto dan membuat buku alumni.
Sebenarnya buku yang kami cetak sangat sederhana isinya, hanya terpampang wajah kami dan kesan pesan selama bersekolah di SMK. Mungkin dulu terlihat tidak berkesan, tetapi setelah hari ini kita menjadi manusia dewasa, rasanya momen SMA itu adalah hal yang sangat menyenangkan dan tidak bisa dilupakan. Tempo hari saya ingat betul pak Kandar menarik saya untuk ikut berfoto, Pak Kandar adalah salah satu guru terbaik yang kami punya.
Ia menjadi wali kelas kami selama dua tahun, mungkin hanya dia yang terang-terangan sudi menjadi wali kelas kami. Jelas-jelas kelas kami adalah yang paling buruk di antara yang lainnya, mungkin sepanjang sejarah, kelas kami lah yang paling sering membuat guru mengelus dada tiba-tiba. Kelas kami tiga tahun tidak punya jadwal piket, kelas kami tiga tahun tidak benar-benar punya alat kebersihan, sampai-sampai kelas kami lebih baik mengisi kantong denda daripada ikut lomba antar kelas.
Pak Kandar sabar, lebih sabar, dan sangat sabar. Bahkan ketika menerima kabar tentang anak didiknya yang dihukum bergerombol gara-gara bolos mata pelajaran teknik komputer, mereka harus berkeliling lapangan setelah membersihkan seluruh kamar mandi di sekolah. Saya ingat betul, momen di mana dalam jadwal pelajaran kelas kami ada Produktif (Mata Pelajaran Kejuruan) di lapangan, lalu disambung Bahasa Inggris.
Setelah Bahasa Inggris, kelas kami harus mengikuti mata pelajaran Produktif (lagi). Tentu saja dengan alasan kebersihan dan ketertiban, anak-anak harus membersihkan diri dan berganti pakaian, dari kaus praktek menjadi seragam sekolah biasa. Anak-anak merasa, jadwal yang didapat kelas kami tidak efektif jika setelah mata pelajaran Bahasa Inggris, harus pergi lagi ke kebun untuk belajar Produktif lapangan di jadwal setelahnya.
Menghadapi kami yang berinisiatif komplain pada Wakasek Kurikulum atas jadwal yang mengharuskan kami berganti pakaian lapangan berkali-kali, pak Kandar tetap sabar. Kebetulan, pak Kandar adalah salah satu guru Produktif kami waktu itu. Seingat saya, dulu jadwal kembali diubah untuk menyesuaikan, dan mungkin menghindari kenakalan-kenakalan kami yang berlanjut.
Hingga suatu hari, kelas kami dipindahkan ke tempat yang sangat jauh. Setelah kami duduk di kelas 11, butuh waktu sekitar sepuluh menit jalan kaki untuk sampai di ruang guru. Mungkin guru kami gusar atas suara kami yang sangat bising setiap jeda waktu pergantian guru mata pelajaran.
Tiba saatnya, kelas kami ingin memberikan sedikit kejutan untuk guru kami yang paling baik itu. Saya berperan sebagai siswa yang bertugas memanggil bapak ke ruangan, dan mengajaknya ke kelas. Guru yang mengajar produktif di SMK, duduk di ruangan yang dekat dengan bengkel, sedangkan bengkel saat itu sangat dekat dengan kelas kami.
Kami menyebutnya bengkel, karena di sana terdapat banyak alat dan mesin pertanian, urusan administrasi jurusan dan meja guru ada di sana. Jadi kami dengan mudah bertemu dengan wali kelas kami, yang memang menjadi orang penting di bengkel itu. Di ruangan kelas kami yang terletak di belakang bengkel, anak lain sedang menulis dan menghias papan tulis, sementara saya menjemput bapak.
Ada yang memegang balon warna-warni, ada yang memegang kue ulang tahun, ada yang pegang kado, ada yang dengan tangan kosong bersiap bertepuk tangan mengejutkan bapak. Saat itu saya mengarang cerita yang sudah dipersiapkan sebelumnya. Saya bercerita dengan ekspresi gelisah dan berlagak panik, “Pak, ayo kita ke kelas sekarang, bapak harus lihat Ogie, dia tertimpa kaca. Anak-anak susah dibilangin, mereka main bola dalam kelas.”
Kelas kami yang memang jauh dari ruang guru, dan ruang kelas lainnya, sangat mungkin terjadi hal seperti itu. Bapak yang terlanjur ikut panik bilang, “Kalau Ogie luka segera bawa ke Puskesmas, pakai mobil bapak.” Bapak mengikuti saya, dan ketika datang ke kelas, wajah bapak berubah menjadi senyum yang merekah.
Kami tidak benar-benar main bola dalam kelas seperti apa yang saya ceritakan. Bapak tersenyum dan bercerita bahwa bapak sudah kadung kaget. Bapak tersipu dan tidak ingin acaranya dilanjutkan, tapi karena kelas kita dekat ke bengkel dan ruangan bapak, jadi kami membawakan kado dan kue ulang tahun ke bengkel saja.
Akhirnya, karena perlakuan kami yang seperti itu, guru lain di bengkel jadi tahu kalau Bapak ulang tahun hari itu. Pak, momen itu sangat berkesan ya. Semoga bapak selalu mengingatnya meskipun kami banyak nakalnya.
Terima kasih atas sabar bapak selama ini, bagi saya, bapak adalah role model yang paling istimewa. Bapak tidak pernah bercerita bahwa bapak adalah orang yang berkecukupan. Bapak hanya cukup dengan pribadi sederhana, maaf jika saya tidak benar-benar mengingat apa yang bapak sampaikan ketika kami belajar di kelas dulu.
Maaf jika kami mungkin tidak benar-benar tekun mempelajari apa yang bapak sampaikan di kebun dan di kelas dulu. Tapi, momen paling indah dan paling mudah diingat oleh kita sebagai murid bapak adalah keteladanan yang bapak sampaikan, kedisiplinan yang bapak contohkan, kesabaran yang Bapak perlihatkan. Bapak ramah dan tidak mudah marah.
Itu semua sangat membekas pak, bapak sudah mendapatkan poinnya di hati kami. Jadi guru adalah memberikan teladan, terbukti dari kesedihan dan linang air mata yang sampai pada kami, murid bapak angkatan satu dekade lalu. Maafkan murid-murid mu yang ternyata telah sibuk dengan kehidupan nyata.
Bapak harus percaya, langit sekarang sedang bergemuruh atas suara doa anak-anak didikmu. Bapak meninggalkan banyak kenangan, Bapak bukan hanya mengajarkan kami untuk menghadapi masa depan. Tapi, Bapak mengajarkan kami cara hidup yang baik.
Terima kasih Bapak.
Penuh Cinta, dari muridmu.