
Ilustrasi ulang tahun dan hadiah (gambar: Danila/Unsplash)
Perayaan ulang tahun bukan ajaran Islam. Bahkan Islam tidak memberikan tuntunan perayaan selain dua hari raya, yaitu Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha. Selain kedua hari besar tersebut, tidak dibenarkan mengadakan perayaan.
Bagi umat Islam yang masih merayakan ulang tahun berhati hatilah, khawatir akan tergolong kepada beberapa alasan di bawah ini,
- Merupakan tradisi orang Yahudi dan Nasrani
- Termasuk perbuatan tasyabbuh (menyerupai) dengan orang-orang kafir
- Dianggap perbuatan menghambur-hamburkan uang
- Merayakan ulang tahun tidak ada manfaatnya
Umat Islam dilarang menyerupai umat lain karena akan digolongkan menjadi kaum mereka. Dalam sebuah hadits dikatakan, “Man tasyabbaha biqoumin fahuwa minhum” yang artinya “Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum maka ia termasuk di antara mereka”. Hadits ini diriwayatkan oleh Ahmad ibn Hambal, Abu Daud, dan Ibnu Abi Syaibah.
Jika ingin keturunan kita selamat dari kemiripan kaum lain, maka sebaiknya tidak mengajarkan anak untuk melakukan ritual agama lain.
Ulang tahun pun dianggap pemborosan/perbuatan mubazir. Apalagi sampai menggelar pesta. Dalam sebuah hadis Nabi Shallallahu alaihi wa sallah bersabda, “Sesungguhnya Allah meridhai tiga hal dan membenci tiga hal bagi kalian. Dia meridhai kalian untuk menyembah-Nya, dan tidak menyekutukan sesuatu pun dengan-Nya, serta berpegang teguhlah kalian dengan tali Allah dan tidak berpecah belah. Dia pun membenci tiga hal bagi kalian, menceritakan sesuatu yang tidak jelas sumbernya, banyak bertanya, dan membuang-buang harta.” (HR. Muslim no. 1715)
Dibandingkan mengadakan pesta, maka lebih baik ajarkan anak hal-hal yang lebih positif dan memotivasi pada tumbuhnya keimanan sejak dini. Merayakan hari ulang tahun malh memicu anak untuk melakukannya setiap tahun. Ketika anak-anak dirayakan oleh orang tua, maka ketika remaja dan dewasa tidak dapat dipungkiri kebiasaan perayaan seperti mentraktir teman, berpesta dan hura-hura saat bertambah hitungan usia akan dilakukannya sebagai rutinitas tahunan.
“Salinglah memberi hadiah, maka kalian akan saling mencintai.” (HR. Bukhari)
Alih-alih memberikan hadiah di hari ulang tahunnya, berikut adalah rekomendasi pemberian hadiah kepada anak-anak yang bisa meminimalisir kebiasaan buruk yang tidak dikehendaki agama.
Pertama, ketika datang berkunjung. Bawalah hadiah untuk anak-anak. Tidak perlu mahal, tetapi yang penting ikhlas memberikannya. Berupa makanan, mainan, alat sekolah atau apapun yang sekiranya disenangi anak-anak. Memberikah hadiah dan saling mengunjungi/bersilaturahmi adalah anjuran agama islam
Kedua, saat anak berprestasi. Berilah hadiah yang pantas sebagai bentuk penghargaan dan motivasi untuk anak. Berilah hadiah dengan penuh perhatian dan niat yang baik.
Ketiga, selain karena berprestasi, hadiah juga boleh diberikan saat anak telah berbuat baik. Ketika anak berperilaku terpuji seperti mampu menolong, terbiasa berterima kasih, bisa menabung, membantu orang tua atau karakter positif lainnya. Berilah kejutan kecil, agar anak merasa lebih dihargai dan lebih bersemangat untuk menjadi pribadi yang baik.
Keempat, saat pulang bepergian. Berilah anak hadiah sebagai oleh-oleh. Tidak perlu mahal dan mewah, yang penting tulus diberikan oleh kita sebagai orang tua kepada anak.
Jangan lupa untuk senantiasa mengajarkan anak agar senantiasa bersyukur atas apa yang telah didapatkannya dari Allah. Tidak terkecuali mensyukuri hidup dan napas yang didapatkannya secara gratis dari Allah Subhanahu wa ta’ala.
Jika anak bertambah usia, maka ajarkan anak untuk terus beribadah dan berbuat baik. Karena sejatinya ulang tahun adalah momen dimana manusia semakin tua, jatah usianya semakin berkurang, dan mendekati kematian. Ajak anak untuk memanfaatkan sisa usianya untuk melakukan hal-hal yang lebih diridhoi oleh Allah Subhanahu wa ta’ala.
Semoga bermanfaat.