Hidup sukar ditebak. Penuh misteri. Banyak teka-tekinya. Melelahkan. Namun dengan bersyukur kita bisa merasa lega dan tenang. Meskipun kualitas rasa lega dan tenang tersebut selalu berbanding lurus dengan rasa syukur yang dimilikinya.
Manusia, dengan segala keterbatasannya hanya bisa sedikit menerka-nerka melalui akalnya. Namun, nyatanya masih sering meleset. Dalam hal ini, Tuhan berkehendak dan berkuasa kepada makhluknya.
Aku memiliki beragam keinginan. Ingin ini, ingin itu, banyak sekali. Apakah semua tercapai? Belum. Apakah aku kecewa? Kadang. Biasalah manusiawi. Yang penting jangan berlebihan. Kira-kira begitu menurutku.
Sampai saat ini, aku merasa masih seperti sedia kala. Tak ada perubahan yang mencolok. Hanya usia yang bertambah. Tutur kata dan perilaku belum ‘mendewasa’. Impian tempo dulu, masih membayangi langkahku. Kadang aku menganggap angan-angan semu. Atau ibarat mimpi di siang bolong. Apa sebab? Ya, karena tingginya impian tak sebanding dengan usaha dan doa. Pertanyaan kembali menyeruak dalam benak, apakah aku harus merevisi mimpiku? Entahlah.
Ikhtiar tetap jalan, walaupun putus nyambung. Doa tetap dipanjatkan, meskipun tak begitu serius. Pantas kiranya jika aku menertawakan diriku sendiri. Bagaimana tidak, mimpinya menjulang tinggi, namun minim aksi. Bukankah itu yang dinamakan ‘khayalan tingkat tinggi’? Mirip lagunya Peterpan, band favoritku di zaman sekolah.
Mungkin di antara kawan-kawan pernah merasa letih, lesu, lunglai tak berdaya, ketika mimpinya tidak terwujud. Padahal, usaha dan doa sudah optimal. Sementara, hasilnya stagnan, bahkan menurun. Apakah Tuhan tidak adil? Eits, tunggu dulu. Jangan sembrono ambil kesimpulan.
Kita tidak tahu apa yang terbaik bagi kita. Bisa jadi Tuhan menunda di waktu yang pas untuk mengabulkan doa-doa kita. Atau jangan-jangan mimpi sudah tercapai, tapi kita belum menyadarinya.
Aku pribadi mesti belajar mengendalikan ambisi pribadi yang menggebu. Tidak semua hal harus tercapai dalam waktu cepat. Yang terpenting bagaimana aku mensyukuri limpahan nikmat Tuhan yang tak terhitung jumlahnya. Dengan begitu, batin terasa lebih lega. Masalah masa depan, aku yakin, akan indah pada waktunya.
Kata Gus Baha, hidup ini gak usah dibuat sulit, gak usah dibikin ruwet, yang penting asalkan tidak bermaksiat kepada Allah dan bermanfaat untuk orang lain. Itu saja sudah cukup. Semoga aku bisa mengamalkan petuah Ulama asal Rembang itu.
Terakhir, semoga aku dan Anda semua bisa mensyukuri segala nikmat yang diberikan Allah. Baik dengan lisan, maupun dengan perbuatan. Terima kasih.
+ There are no comments
Add yours