Mendapatkan beban amanah pendidikan adalah sebuah tantangan yang tidak mudah. Apalagi ketika kita sendiri bergerak di bidang pendidikan dan menjadi pengelola lembaga pendidikan itu sendiri. Dewasa ini banyak orangtua yang salah kaprah. Memandang bahwa pendidikan anaknya bisa dilimpahkan kepada lembaga pendidikan yang notabene dinilai bagus dari segi management dan praktik pendidikan yang dilakukan oleh pada guru/pengajar yang menangani anak-anak.
Ketika menemukan sekolah yang memiliki program unggulan, guru-guru yang dinilai kompeten, lantas menyerahkan pendidikan anak-anak mereka begitu saja. Sampai ada ungkapan, “saya menitipkan anak ke sini juga karena berharap jika sekolah ini bisa membuat anak saya, bla, bla, bla, bla, …. Akhirnya ketika ada sebuah penyimpangan yang terjadi, orangtua langsung meminta pertanggungjawaban sepihak kepada lembaga tempat ia menitipkan anaknya.
Orangtua yang merasa tidak puas mulai memereteli kesalahan-kesalahan yang seolah dilakukan oleh pihak sekolah. Bertanya soal, “apakah di sekolah tidak diawasi?”, “apakah di sekolah tidak diajarkan?” dan pertanyaan memojokkan yang lainnya.
Padahal, pendidikan adalah sistem. Sebuah lingkaran yang harus dibangun oleh semua pihak. Seluruh elemen harus terlibat di dalamnya. Orangtua, guru, sekolah, masyarakat, lingkungan, hingga kepada aparat pemerintahan harus ikut andil dalam membentuk lingkungan yang kondusif demi tercapainya hasil pendidikan anak bangsa secara maksimal.
Ketika sekolah sudah menyelenggarakan sistem pendidikan dengan program terbaik yang termaktub dalam kurikulum capaian sesuai visi dan misi, belum menjadi jaminan bahwa anak didik yang belajar di sana akan menjadi anak manis yang memiliki karakter positif serta kemampuan kognitif yang bisa dibanggakan seluruhnya.
Sekeras dan sesempurna apapun usaha lembaga pendidikan untuk memberikan pendidikan terbaik kepada para peserta didiknya, tetap saja ada faktor eksternal lain yang memengaruhi perkembangan dan pembentukan karakter peserta didik.
Ketika di sekolah sudah diajarkan dan dibiasakan untuk mentaati aturan, di lingkungan rumah sendiri orangtua dan seluruh anggota keluarga besar belum sepenuhnya mentaati aturan. Contoh lain, ketika sekolah sudah mengajarkan tatakrama, di rumah juga orangtua menerapkannya, lingkungan bermain berbicara lain. Lingkungan bermain malah menjadi role model yang justru diambil oleh anak.
Saat anak-anak beranjak remaja. Pondasi agama di rumah dan di sekolah sudah selaras. Aturan untuk tidak melanggar norma agama sudah ditanamkan. Namun ketika ia pulang sekolah berbincang dengan teman-temannya yang justru memiliki aturan yang berbeda, ia menjadi penasaran. Mencari tahu, mencoba lalu menjadi terbiasa melanggar aturan-aturan yang sudah terlebih dahulu ditanamkan.
Ketika sekolah, rumah, lingkungan bermain sudah kondusif, pemerintah belum kosisten dan tegas dalam menindak pelaku kriminal, hukum yang lemah kepada para pelaku penyimpangan moral, belum tegas dalam menindak kasus-kasus kekerasan dan lain sebagainya, anak-anak tentu akan berpikir soal kemungkinan-kemungkinan jika suatu saat ia melakukan penyimpangan itu.
Banyak kasus yang terjadi, ketika anaknya mendapatkan perlakuan tidak baik dari temannya di sekolah, oranhgtua lantas menyalahkan pihak sekolah lantas lupa untuk mengkasi faktor lain yang mungkin memengaruhi prilaku buruk anak tersebut. Bahkan ia sendiri begitu malas untuk menyelidiki, meneliti, bahkan instrospeksi pada diri sendiri.
Beban besar amanah pendidikan sesungguhnya ada pada para orangtua. Sebab amanah seorang anak adalah tanggung jawab penuh para orangtuanya. Sejak Allah meniupkan ruh pada janin di rahim seorang ibu, amanah itu mulai tumbuh menjadi beban tanggtung jawab bagi orangtunya.
Mari terus belajar untuk mengemban amanah besar pendidikan bagi anak-anak kita. Ambilah peran kita sebagai orangtua untuk menjadi pengendali terbesar dalam lingkaran sistem pendidikan pada anak-anak kita. Mulai dari diri sendiri; menciptakan lingkungan kondusif di rumah, menjadi role model pertama untuk diteladani oleh anak-anak, memilihkan sekolah terbaik, meilih lingkungan tempat tinggal dan zona pergaulan yang baik, serta berusaha untuk menjadi warga negara yang baik demi menciptakan lingkungan terbaik bagi tumbuh kembang mereka.
Semoa bermanfaat.
+ There are no comments
Add yours