Baru-baru ini banyak bermunculan berita tentang pelajar hamil duluan sehingga berbondong-bondong mengajukan dispensasi menikah ke pengadilan agama. Putus sekolah dan masa depannya menjadi suram tidak tentu arah.
Meskipun diklaim bahwa kasus pengajuan dispensasi ini lebih rendah daripada tahun 2021, tetapi tetap saja angka itu tinggi jika ditilik dari segi agama dan kemerosotan moral bangsa Indonesia.
Kasus di Bandung misal, menurut data, tahun 2022 mengalami penurunan daripada sebelumnya. Dilansir dari ayobandung.com tahun 2021 mencapai angka 350 dan kini sebanyak 202. Entah harus disyukuri karena menurun atau malah patut dicurigai. Apakah memang benar-benar menurun atau memang sebagian lagi memilih untuk tidak menikah dan memilih tindakan perbuatan dosa berikutnya, aborsi. Semoga saja tidak.
Kasus dispensasi nikah pelajar di berbagai daerah yang belakangan ini marak diberitakan malah membuat kita tidak habis pikir dan geleng kepala. Namun nasi sudah menjadi bubur. Bukan saatnya mencari kambing hitam yang patut dipersalahkan. Kini waktunya bercermin brsama. Sudahkah kita semua berkontribusi untuk mencegah kemerosotan moral bangsa?
Pada kenyataannya, mereka yang masih tergolong remaja masih berada dalam usia pendidikan. Sedangkan pendidikan adalah sebuah sistem yang tidak hanya bisa mengandalkan salah satu elemen saja. Semua unsur harus dan wajib terlibat dalam membenahi karakter anak muda kekinian.
Banyak pelajar hamil duluan, setidaknya kita tidak tinggal diam. Banyak tindakan yang bisa dilakukan sebagai upaya pencegahan agar tidak terjadi lagi pada generasi berikunya. Kita harus memangkas alur rantainya.
Berikut adalah tindakan preventif yang bisa dilakukan keluarga untuk mencegah pergaulan bebas yang menyebabkan pelajar perempuan hamil duluan.
- Menanamkan ilmu agama
Agama adalah tameng paling utama dalam mencegah sikap penyimpangan. Dalam agama ada yang namanya hukum dosa dan pahala. Barang siapa yang melanggar ketentuan dan larangan Tuhan, maka akan mendapatkan hukuman di akhirat kelak. Dengan menanamkan keimanan dan ketakwaan sedini mungkin diharapkan dapat meminimalisir pergaulan bebas dan tindakan yang kebablasan karena pemahamannya terhadap agama dan ketaatan kepada Tuhan telah membentengi mereka.
2. Memberikan perhatian yang cukup kepada anak
Pada kasus pelajar yang terjerumus pada pergaulan bebas adalah anak-anak yang mengalami broken home dan kurang mendapatkan perhatian dari orangtuanya. Baginya tempat ternyaman adalah teman-temannya yang dapat menerima seluruh kekurangan dan kelebihan mereka.
Karena di rumah orangtua sibuk dengan pekerjaan, akhirnya mereka mencari orang yang bisa dijadikan tempat bercerita dan berbagi rasa. Ketika ia merasa nyaman ada yang menerima dia sepenuhnya maka ia akan rela melakukan apa saja tanpa batasan termasuk merelakan kehormatannya tanpa berpikir panjang.
3. Mengajarkan budaya malu sejak dini
Dewasa ini dengan makin maraknya aplikasi media sosial, banyak orangtua yang abai pada aurat anak-anak dan pergaulannya dengan lawan jenis. Para ibu bahkan malah bangga merekam dan memposting aksi anaknya yang menggunakan pakaian terbuka ke halayak ramai. Di sana lah anak-anak belajar, bahwa membuka aurat adalah sebuah prestasi yang membanggakan. Mendapatkan like dan disukai bayak orang dan menjadi populer adalah sesuatu yang hebat. Akibatnya anak-anak perempuan senang ketika dijadikan rebutan para pria. Karena merasa cantik dan populer.
4. Memberikan seks education sejak dini
Seks edukasi bukanlah hal yang tabu. Jika disampaikan dengan cara yang tepat, justru akan jauh lebih menyelamatkan anak-anak kita. Sampaikan padanya sejak kecil bahwa ada dua jenis manusia yang memiliki batasan mana yang harus dipertontonkan dan mana yang bukan. Mana yang boleh disentuh orang lain dan mana yang hanya sia saja yang boleh tahu. Ajarkan juga tentan gperbedaan anatomi tubuh dan bahayanya jika mendapatkan ancaman, serangan, gangguan bahkan sampai menjelaskan bagaimana cara menjaga alat reproduksi dengan baik serta bahanyanya jika tidak menjaganya.
5. Menciptakan sistem peraturan yang konsisten
Peraturan yang diterapkan secara konsisten, semisal memberlakukan jam main, Jam tidur, pembatasan penggunaan gadget, akses internet yang diawasi orangtua. Perturan pun boleh ditambahkan sampai kepada mewajibkan memberi tahu jika akan pergi, mengabari sedang ada di mana dan dengan siapa. Semua itu adalah aturan yang dibuat untuk melindungi mereka.
Sampaikan pada mereka jika aturan itu bukan untuk mengekang, tetapi untuk keselamatan mereka. Lakukanlah dengan konsisten. Orangtua pun wajib melakukan hal yang sama. Saling terbuka dan memberi kabar demi untuk keamamanan dan keselamatan bersama.
6. Kenali teman dan lingkungan pergaulan anak
Teman anak adalah teman kita juga. Keluarga temannya adalah kerabat yang harus kita kenali juga agar mudah berkomunikasi dan berdiskusi jika ada hal-hal yang perlu dikonsultasikan bersama. Maka kenali lah lingkungan main anak-anak, kenali teman dekatnya, buat mereka nyaman dengan para orangtuanya. Jika orangtua mengenali lingkungan dan teman-teman anak maka pertemanan dan kedekatan anak dengan orang lain selain temannya pun akan mudah terdeteksi. Kita akan mendapatkan bala bantuan seandainya memerlukan informasi seputar keberadaaan dan pergaulan anak-anak kita.
7. Dukung potensi positif anak
Hal yang cenderung memicu pemberontakan dan penyimpangan pergaulan adalah tidak adanya dukungan dari orangtua. Anak-anak remaja yang sedang berada pada puberitas dan mencari jati diri sendiri cenderung ingin didukung dan diterima. Akhirnya ketika di rumah merasa mendapatkan penolakan teman curhat dan pacar adalah tempat yang dianggap tepat.
Jangan biarkan itu terjadi! Fasilitasi anak-anak dengan kekgiatan positif sesuai dengan hobinya. Dengan begitu selain potensi anak tersalurkan, anak-anak pun memiliki lingkungan main yang jauh lebih kondusif dan lebih terawasi.
8. Memberikan teladan
Usaha apapun yang dilakukan tidak akan bisa tertanam di benak anak, jika orangtua tidak mampu menjadi teladan. Anak-anak akan melihat orangtuanya terlebih dahulu. Ketika orangtua menanamkan aturan, maka orang pertama yang harus mematuhi aturan tersebut adalah pembuatnya. Ketika orangtua memerintahkan taat agama, maka berikanlah teladan yang baik bagi mereka. Karena pengajaran yang paling efektif ddibandingkan dengan cara apapun adalah dengan cara memberikan teladan yang baik.
Semoga generasi muda selanjutnya tidak lagi tergiring pada pergaulan bebas. Sehingga tidak lagi banyak pelajar yang hamir duluan dan masa depan mereka lebih dapat terselamatkan.
Semoga bermanfaat.
+ There are no comments
Add yours