Rama dan Rania telah menjalani hubungan kurang lebih satu tahun, Rama adalah seorang staf di bank swasta sedangkan Rania adalah mahasiswa semester akhir yang sedang melaksanakan tugas akhir di kampus. Rania sering meminta tolong pada Rama untuk berkonsultasi tentang tugas akhirnya sebelum direvisi oleh pembimbing. Rama adalah laki-laki cerdas, pendiam, dan sangat berpendirian, dia adalah laki-laki yang banyak diidolakan perempuan di kampusnya dulu.
Rania adalah adik tingkat Rama di kampus, pada semester akhir Rama waktu itu, Rania baru masuk. Sejak masa orientasi ternyata Rania sudah menyukai Rama, dan akhirnya setelah berkian lama, Rama luluh juga oleh Rania. Berawal dari keterlibatan Rania di suatu acara sedangkan Rania menjadi panitia yang bertanggung jawab mempersiapkan segala sesuatu dan menghubungi tamu-tamu yang akan datang termasuk Rama. Sejak saat itu Rama dan Rania ternyata bertukar cerita dan Rama tidak menyangka kalau Rania menyukainya.
Tak dapat dipungkiri Rama adalah sosok yang mungkin banyak diidolakan oleh juniornya, karena selain punya paras yang tampan ia juga sangat lihai dalam berkomunikasi di depan publik, dan juga tutur katanya yang lembut membuat semua perempuan luluh dibuatnya. Tak sangka, Rania adalah perempuan yang sekarang menghuni hatinya. Rania juga perempuan cerdas, ia menjadi mahasiswa yang tekun dan cekatan mengerjakan tugas akhirnya.
Bagaimana tidak? gesitnya ia mengerjakan revisi sangat didukung oleh kekasihnya, Rama. Rama juga cepat merespon jika kekasihnya sedang mengalami kesulitan selama Rania mengerjakan tugas, teman-teman menilai mereka sebagai pasangan yang ideal. Perempuan yang cerdas berpasangan dengan laki-laki baik nan tampan juga mandiri, semua orang melihat mereka seperti pasangan serasi cocok, teman-teman banyak yang setuju kalau mereka sampai ke jenjang pernikahan.
Tapi sayangnya kabar hangat itu menjadi sesuatu yang membimbimbangkan untuk Rama, Rama adalah sosok laki-laki yang lumayan selektif memilih pasangan, namun sekalinya dia jatuh cinta pada perempuan dia akan sangat dalam mencintainya. Dulu sebelum bertemu dengan Rania, dia sempat berhubungan lama dengan Rumi teman seangkatannya, tak banyak orang tahu kedekatan mereka waktu itu memang lebih dari ikatan sahabat seperti yang orang-orang tahu. Dalam persahabatan mereka nyatanya lebih dalam dan jauh di hati Rama, ia menyimpan perasaan yang besar, dan menaruh hatipada Rumi, begitupun sebaliknya.
Rumi dan Rama memang berbeda keyakinan, jadi teman-teman mereka banyak yang bilang, “Tidak mungkin lah kalian punya hubungan yang jauh, kami tahu kalian bisa jaga diri.” Rumi sangat jauh menaruh hati pada Rama, dan pada kenyataannya Rama juga tidak ingin jauh-jauh dari Rumi. Tak banyak yang tahu, Rama ternyata sempat patah hati karena pernah disalahkan oleh orang tua Rumi, “Apa-apaan kamu? kamu mau ngajak anak ke tempat dan suasana yang enggak-enggak ya? Awas aja kamu jangan main-main sama agama!”
Akhirnya pertemanan mereka renggang karena Rumi dan Rama memutuskan untuk menjaga jarak beberapa waktu, Rumi meminta agar mereka berpisah saja. Bahkan kalau bisa mereka harus bisa saling melupakan, karena menurut Rumi seandainya mereka terus-menerus seperti ini, ia takut terlalu jauh mencintai Rama. “Aku tidak ingin meninggalkan orang tuaku, Aku tidak ingin menentang restu, dan lagi memang orang tuaku benar. Aku takut jauh mengikutimu.”
Selama ini Rama dan Rumi saling belajar tentang kepercayaannya masing-masing, mengantar Rumi sembahyang dan singgah di masjid selepas bepergian adalah hal yang lumrah selama ini. Pertemanan mereka sangat dalam, sehingga orang tua rumi tidak menyukai pertemanan mereka karena menganggap Rama membawa pengaruh buruk untuk Rumi. Rama memang sadar betul keputusannya sangat fatal, sebab Rumi pernah hampir memutuskan untuk masuk Islam hari itu, Rama sadar bahwa ia harus menjauh sekarang juga, karena Rumi akan pindah agama demi dia.
Rama memutuskan untuk menyetujui keinginan Rumi untuk menjaga jarak bahkan jika bisa hanya berteman saja selamanya. Sakit hati sekali saat Rama menyadari ada benteng tinggi di antara mereka. Meskipun mereka saling mencintai, akhirnya setelah lulus Rumi meninggalkan kota dan kembali ke kampungnya untuk menetap di sana. Kabar terakhir yang Rama dapat dari Dania sahabat perempuannya yang sangat karib dengan Rumi, ternyata ia telah menikah setelah kuliah.
Rama sangat bahagia dan sangat tenang menjalani hari karena mendengar kabar itu. “Tak perlu dengan aku kan Rum, dengan orang lain pun kau bisa bahagia,” bisik Rama dalam hati. Rama melihat foto-foto dari Dania ada acara prosesi pernikahan Rumi dan laki-laki pilihan orang tuanya, “Semoga kamu benar-benar mencintainya dan menjadikannya pasangan seumur hidupmu.”
Setelah sekian lama Rama menyendiri dengan alasan belum ada yang cocok, akhirnya pertemuan Rama dan Rania seperti menemukan oase di tengah padang pasir. Rania pun sangat bahagia karena akhirnya perasaan yang ia pendam selama ini terbalas oleh Rama, entah kenapa memang Rama seperti secepat itu jatuh cinta padanya, Rania tentunya sangat berbahagia sebab senior yang diidolakan dari dulu, akhirnya memiliki perasaan yang sama dengannya.
Rama dan Rania sering mengerjakan tugas bersama-sama, Rama sering membantu Rani dan bertukar pikiran mengenai banyak pertanyaan dalam perkuliahan. Rani dan Rama berasal dari jurusan dan kampus yang sama, semua yang dikonsultasikan Rania bisa Rama jawab dengan banyak presfektif.
Sampai suatu hari Rania meminta Rama membantu menyelesaikan satu revisi dari dosen pembimbing utamanya, menurut revisi dosennya ada sedikit rumus yang tertinggal dalam skripsinya, namun saat itu keadaannya darurat, dimana Rani harus meminjam laptop Rama untuk sementara, karena laptop Rani Rusak sehingga harus diperbaiki dan belum bisa diambil di tempat servis. Betapa kagetnya Rani setelah melihat ternyata ada foto-foto Rama dengan mbak Rumi yang masih tersimpan rapi dalam satu folder di laptop. Rani masih memaklumi sebab Mungkin saja dia lupa atau tidak menghapus memorinya sebab dalam folder itu banyak foto Rama dan teman-temannya dan mana mungkin dihapus.
“Ini kan kenangan juga,” ujar Rania dengan santai. Selepas itu Rania tetap mengerjakan skripsinya dengan fokus, dan setelah selesai dia menyerahkan pada desain pembimbingnya melalui email, setelah disetujui datanglah persetujuan untuk mengikuti sidang dan surat pemberitahuan kalau Rania harus melengkapi berkas agar segera dapat jadwal sidang. Dengan sangat gembira menceritakan pada Rama bahwa setelah dia mengirim email kemarin dia langsung bisa ikut sidang setelah administrasi diselesaikan.
Rania kubur dalam-dalam apa yang ia pikirkan tentang folder file itu, karena memang benar di laptop Rama filenya itu isinya teman-teman alumni semua. Ada foto-foto Rama dan Rumi berduaan tapi Rania sama sekali berusaha untuk tidak berpikir apa-apa tentang foto itu. Satu malam sebelum sidang, Rama main ke rumah Rania dan berniat untuk menyemangati Rania dengan membeli beberapa coklat, permen, dan makanan kecil.
Kedatangan Rama bukan hanya untuk menyemangati Rania yang akan melaksanakan sidang, tapi Rama berbicara pada Rania kalau nanti selepas sidang menunggu Rania wisuda Rama akan bilang ke orang tua Rania kalau ia mau cepet-cepet lamar perempuan pujaannya itu. “Kamu berhubung udahan nih kuliahnya, kita adain acara kecil-kecilan untuk keluarga kita, untuk kasih tau niat serius kita ya.”
Rania tanpa berpikir panjang dia sangat merasa bahagia dan langsung mengiyakan permintaan Rama, bagi Rania ini seperti mimpi.
Semenjak dia menjadi mahasiswa baru dia sangat mengidolakan orang yang sama sampai sekarang menyelesaikan skripsi. “Iya Mas Rama, aku mau dan aku bersedia, nanti aku bicara sama mama selepas sidang,” wajah Rani sangat cantik dan berbinar, ia sangat bahagia.
Rania kembali memikirkan foto-foto yang ada di laptop Rama, di suatu pertemuan Rania memberikan diri bertanya pada Rama. “Mas sebelum kita tunangan dan benar-benar memikirkan pernikahan, aku mau tanya deh sama kamu. Emang kamu sengaja ya simpan foto-foto mbak Rumi? maaf ya kalau aku lancang lihat galeri kamu waktu aku mau simpan file di laptop, aku nggak sengaja lihat foto-foto kamu dan teman-teman kelasmu. Tapi kok masih ada foto-foto berdua sama mbak Rumi? masih disimpan ya di laptop kamu? apa kamu belum benar-benar mencintai aku?” Tembak Rania dengan pertanyaan beruntun pada Rama.
Dari tatapan mata Rama, Rani lanjut bertanya. “Mas, seandainya mbak Rumi berkeyakinan yang sama dengan mas, mungkin nggak ya kalau Rani sekarang duduk di hadapan mas?”
Rama menjawab lesu, “Mungkin kalau emang Rumi bersedia dan meneruskan belajar Islamnya, nggak tahu sekarang kayak gimana kita.” Rama tersenyum seperti membayangkan momen dulu seperti apa.
Akhirnya momen itu membuat Rania sangat merasa sedih, sebab dari tatap matanya Rania masih melihat ada harap bahwa mbak Rumi ada di sisinya saat ini. Rania dengan tiba-tiba bilang kepada Rama, “Mas nggak papa deh aku nggak mempermasalahin itu, aku minta tunangan kita ditunda ya.”
Rama kaget bukan kepalang, “Lho kenapa? Kan aku udah mempersiapkannya buat hari itu, rencana di hari itu buat kita kedepannya, kok kamu tiba-tiba banget kayak gitu?”
Rani menjawab dengan tetap tersenyum walau hatinya sakit, “Enggak kok mas ini cuma ingatan Rani aja, ya siapa tahu kita belum terlalu siap dan pengen mikir lagi dulu aja, gitu. Mas juga kalau misalkan bener-bener sayang sama aku, mas juga kayaknya harus mempersiapkan mental untuk melakukan pernikahan sama aku, bahkan untuk nanti benar-benar saling mencintai. Aku maunya gitu mas. Udah deh, Mas pulang yuk?” Ajak Rania tiba-tiba.
Sepulangnya bertemu dengan Rania, Rama pulang dengan keadaan penuh bertanya-tanya. “Kenapa ya setelah Rania menanyakan kalau di laptopku masih ada foto Rumi dia langsung berubah pikiran gitu buat tunangan sama aku? Ah, bodohnya aku. Apa iya masa laluku ini belum habis? Apa iya perasaanku belum sepenuhnya tumpah pada Rania?”
“Ya Tuhan bagaimana ini bagaimana kalau ibu tahu? bagaimana kalau semua orang tahu kalau Rania melihat foto Rumi di laptopku? sepertinya itu alasannya kenapa dia menunda pertunangan kita.”
Rama benar-benar menyadari kalau dia belum terlalu jauh dari masa lalunya, dia minta maaf pada Rania.
Rania dengan berbesar hati menemani Rama untuk berubah, “Mas kalau benar-benar cinta sama Rania dan sayang Rania, Rania dengan senang hati nemenin semua proses mas, tapi kalau mas nggak yakin sama Rani tanya sama diri mas sendiri apa Rani adalah tujuan Mas yang sebenarnya? kalau udah yakin baru nanti kabarin Rani ya.
(Terinspirasi dari lirik lagu Nyoman Paul berjudul Mundur Perlahan)
+ There are no comments
Add yours