Mengisi Ulang Baterai Jiwa: Delapan Penyebab Hilangnya Motivasi
Di sebuah kota kecil yang dikelilingi pegunungan hijau dan sungai yang mengalir tenang, hidup seorang pria bernama Amir. Sehari-harinya, Amir dikenal sebagai orang yang penuh semangat dan selalu memancarkan senyuman. Namun, belakangan ini, sinar semangatnya nampak meredup. Ia merasa seperti telepon genggam yang sudah kehabisan baterai dan tak bisa berfungsi lagi. Suatu hari, ia memutuskan untuk mencari jawaban atas kegundahannya itu.
Akhirnya Amir pergi ke masjid di pusat kota, tempat ia biasa menemukan ketenangan dan kedamaian. Qodarulallah di sana, ia bertemu dengan sahabat lama yang sekarang sudah bijak bernama Syeikh Hasan Giri. Dalam percakapan yang hangat, Amir mengungkapkan kegelisahannya. “Syeikh, sekarang-sekarang ini aku merasa kehilangan motivasi. Semua yang kulakukan terasa berat dan seolah tanpa tujuan,” keluh Amir.
Syeikh Hasan tersenyum lembut. “Mir, setiap orang membutuhkan ‘charger’ dalam hidupnya. ‘Charger’ itu bisa disebut motivasi. Namun, ada saatnya di mana motivasi kita bisa terkuras oleh berbagai hal,” jawab Syeikh Hasan Giri bijak. Ia pun lalu menceritakan sebuah kisah inspiratif dari zaman Rasulullah SAW.
Suatu hari, Rasulullah SAW mendapati sahabatnya, Abu Umamah, sedang termenung di dalam masjid di luar waktu shalat. Rasulullah SAW mendekati dan bertanya, “Kenapa kamu ada di sini di luar waktu shalat?” Abu Umamah menjawab dengan suara lemah, “Aku dilanda kegalauan dan dililit utang, wahai baginda Rasul.” Mendengar hal itu, Rasulullah meneruskan, “Aku akan mengajarkanmu beberapa perkataan positif, jika engkau mengucapkannya, mudah-mudahan Allah SWT akan menghilangkan segala kesulitanmu dan melunasi utang-utangmu. Bacalah doa ini pada pagi dan sore hari.”
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ الْهَمِّ وَالْحَزَنِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ الْجُبْنِ وَالْبُخْلِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ غَلَبَةِ الدَّيْنِ وَقَهْرِ الرِّجَالِ
“Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari rasa gundah dan sedih, aku berlindung kepada-Mu dari rasa lemah dan malas, aku berlindung kepada-Mu dari sifat pengecut dan bakhil, dan aku berlindung kepada-Mu dari lilitan utang dan paksaan orang lain.”
Syeikh Hasan menjelaskan bahwa setelah mengamalkan doa tersebut, Abu Umamah merasakan perubahan besar dalam hidupnya. Kegelisahannya hilang, dan utangnya bisa ia lunasi. Doa tersebut mengandung delapan faktor yang sering menjadi penyebab hilangnya motivasi, yang juga dialami oleh Amir.
Sheikh Hasan melanjutkan penjelasannya mengenai delapan faktor tersebut, yang terbagi dalam tiga kategori utama yaitu, jiwa, fisik, dan eksternal.
Faktor Jiwa
1. Hamm (Galau dengan Masa Depan). Kegalauan tentang masa depan membuat seseorang cemas dan sulit berpikir jernih.
2. Hazn (Sedih dengan Masa Lalu). Kesedihan berlebihan tentang masa lalu menghalangi seseorang untuk maju.
3. Jubn (Pengecut). Ketakutan berlebihan menghambat seseorang mengambil risiko dan menghadapi tantangan sehingga idenya selalu mati prematur.
4. Bukhl (Bakhil). Sifat kikir menghalangi seseorang untuk berbagi dan berkontribusi kepada orang lain.
Faktor Fisik
1. Ajaz (Merasa Tidak Punya Potensi). Perasaan tidak berdaya membuat seseorang tidak produktif.
2. Kasal (Malas, Padahal Mampu). Kemalasan menghalangi seseorang mencapai tujuan meskipun memiliki kemampuan.
Faktor Eksternal
1. Ghalabat al-dain. Lilitan Utang. Beban utang menurunkan motivasi dan mengurangi produktivitas.
2. Qahr al-Rijal. Hidup dibawah kendali orang lain. Tekanan dari orang lain membuat hidup tidak merdeka dan tidak akan mampu melahirkan karya-karya monumental.
Amir mendengarkan dengan seksama, ia merasa setiap kata dari Syeikh Hasan membuka mata hatinya. “Lalu, bagaimana aku bisa mengatasi semua ini, Sheikh?” tanya Amir penuh harap.
Syeikh Hasan tersenyum bijak. “Selain membaca doa tersebut, penting bagi kita untuk selalu memotivasi diri sendiri dan juga menerima suntikan motivasi dari orang lain,” jawabnya. “Mengucapkan doa dan afirmasi positif setiap hari adalah cara untuk membersihkan jiwa dari penyakit mental yang menghambat kita. Ini seperti mengisi ulang baterai jiwa kita,” lanjut jebolan salah satu Pesantren di Persis itu.
Amir merasa mendapatkan pencerahan. Ia-pun mulai rutin membaca doa yang diajarkan Rasulullah SAW setiap pagi dan petang. Selain itu, ia juga membuka diri untuk menerima motivasi dari orang-orang sekitarnya. Ia menemukan kembali semangatnya dan merasa lebih ringan menghadapi tantangan hidup.
Dari hari ke hari, semangat Amir kembali bersinar terang. Ia belajar bahwa dengan memahami dan mengatasi faktor-faktor yang menyebabkan hilangnya motivasi, seseorang bisa tetap menjaga semangat hidup dan terus berkembang, apapun rintangan yang menghadang.
Wallahu ‘alam bis shawab.
Masyaalllah keren pak